Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Ayah yang Anaknya Lahir Prematur di Kehamilan 25 Minggu

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Jumat, 12 Jan 2018 07:03 WIB

Awalnya ayah sudah ikhlas kalau kamu akan segera meninggalkan kami setelah lahir prematur di usia 25 minggu, Nak...
Cerita Ayah yang Anaknya Lahir Prematur di Kehamilan 25 Minggu/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Ikhlas dan merelakan semua. Itulah yang dipilih Pujiyanto dan istrinya saat diberi tahu anaknya akan lahir prematur dan tidak berumur panjang. Apalagi dokter bilang akan fokus menyelamatkan sang ibu yang rentan infeksi. Tapi keajaiban terjadi...

"Ternyata anak saya lahir seperti anak-anak yang lahir di usia kehamilan yang normal. Anak saya menangis kencang dan anggota badannya juga bergerak. Dari situ, saya nggak mau mengikhlaskan dia pergi begitu saja. Saya akan berjuang untuk hidupnya," kata Pujiyanto, ayah sang bayi, saat berbincang dengan HaiBunda.

Daffa, demikian nama bayi itu, lahir 6 Januari 2018 lalu. Karena lahir prematur, maka Daffa harus dirawat di NICU. Ya, Bun, di usia segitu memang organ tubuh bayi belum matang. Daffa sendiri sebenarnya diperkirakan lahir di bulan April alias 3 bulan mendatang.

Mencari NICU dengan jaminan BPJS ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Puji menelepon beberapa rumah sakit yang memiliki NICU, tapi selalu penuh. Ada juga yang mau berbicara dulu dengan dokter yang merawat Daffa, tapi ketika di-follow up tidak mendapat kepastian.

Meski tidak mengantongi uang berlimpah, namun demi kehidupan anaknya, Puji pun memutuskan untuk membayar sendiri biaya perawatan NICU. Akhirnya anaknya mendapat ruangan NICU pada Selasa, 9 Januari 2018 malam. Kala itu kondisi si kecil sudah nge-drop.

"Tapi sebenarnya jantung normal, napas normal meski masih dibantu, cuma suhunya. Rabu sore semua memuaskan. Dia cuma kuning, lalu disinar. Sekarang infeksi juga mulai berkurang sedikit-demi sedikit," tutur Puji.

Yang membuat Puji bersemangat, anaknya tampak aktif meskipun ukurannya jauh lebih kecil ketimbang bayi-bayi yang lahir di usia kehamilan cukup bulan. Meskipun berbagai alat ditempel di tubuh kecilnya, Daffa masih aktif seolah menunjukkan semangat hidupnya yang begitu besar.



"'Utang' masih banyak karena dia kan harusnya lahir April, tapi Januari sudah harus dilahirkan. Akan mengejar kenaikan berat badannya dan semua organnya bisa berfungsi sendiri lebih baik. Seperti napas sekarang kan masih dibantu. Masih akan dikejar sampai April," sambung Puji.

Per Rabu kemarin, billing rumah sakit sudah menunjukkan angka Rp 24 juta. Bagi Puji, mengeluarkan uang sebanyak itu tentu nggak mudah. Ya, dia dan istrinya memang bekerja sebagai pegawai swasta, tapi bukan orang yang berkelimpahan materi.

"Saya sekarang masih coba cari NICU yang kerjasama dengan BPJS. Untuk keperluan biaya perawatan, saya coba menggalang dana. Saya ingin berusaha semaksimal mungkin karena nggak mau nantinya saya menyesal," tambah Puji.

Sebagai orang tua, Puji tidak tega melihat keadaan anak pertamanya seperti ini. Tapi dia cuma bisa berdoa, semoga dirinya diberi kekuatan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Dia juga berharap Daffa tumbuh jadi anak yang sehat dan berbakti pada orang tua.

Nah, bagi Ayah dan Bunda yang ingin membantu perawatan NICU Daffa, bisa menyalurkan dananya di sini ya.

Bayi Daffa, lahir di usia kehamilan 25 minggu/Bayi Daffa, lahir di usia kehamilan 25 minggu/ Foto: dok. keluarga


Rembes Ketuban

Dari cerita Pujiyanto, ternyata sang istri mengalami rembes ketuban di usia kehamilan 23 minggu. Peristiwa itu terjadi saat sang istri masih di kantor. Setelah dibawa ke puskesmas, sang istri, Siti Rodiah, dirujuk ke rumah sakit.



Selama dua minggu Siti dirawat di rumah sakit. Kala itu Siti juga mengalami susah buang besar dan kesulitan buang air kecil. Puji pun memindahkan sang istri ke rumah sakit lain.

"Lalu istri saya di-USG dan ketubannya sudah habis. Tapi karena jantung bayinya masih normal, akhirnya diusahakan melahirkan secara normal. Dokter sudah bilang, 'Kita selamatkan ibunya, tapi anaknya diikhlaskan ya karena di bawah standar dan ketuban juga habis'," tutur Puji.

Menurut Puji, selama kehamilan, tidak ada keluhan berarti yang disampaikan istrinya. Setiap kali cek ke dokter juga semuanya normal.

Kini, Siti masih belum bisa menemani si kecil. Dirinya harus memulihkan diri dulu, karena untuk berkemih pun harus menggunakan kateter.

(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda