Waycross, Georgia -
Cerita ibu bernama Christa Hood ini inspiratif banget dan bisa jadi penyemangat ibu-ibu menyusui. Ya, awalnya Christa nggak pernah menyangka air susu ibu (ASI) yang dihasilkannya akan berlimpah ruah sehingga bisa menjadi donor
ASI. Sebab di awal menyusui, dia merasa kesulitan dan hampir putus asa karena ASI-nya sedikit.
"Sebelum menjadi ibu, saya selalu membayangkan diri saya menyusui. Namun, hal-hal tidak berjalan seperti yang direncanakan ketika saya memiliki Ayden," kisah ibu satu anak itu dikutip dari Love What Matters.
Kata Christa, saat menyusui si kecil Ayden, payudaranya terasa sakit. "Perawat mengatakan kepada saya bahwa itu normal dan akan membaik jadi saya coba untuk menahannya," paparnya.
Kemudian, setelah pulang ke rumah, Christa terus berusaha menyusui bayinya. Rasa sakit yang luar biasa masih terus dirasakan, sehingga dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke tiga konsultan laktasi. Sayang upayanya belum membuahkan hasil.
"Dua minggu kemudian, saya melihat puting saya berdarah. Saat itu juga saya berpikir untuk memberi anak saya susu formula. Saya tidak bisa menyusuinya lagi. Selama dua hari, saya memberinya susu formula dan merasa kasihan pada Ayden. Dalam dua hari itu, saya mulai memompa dan rasa nyerinya mulai berkurang," kata Christa.
Akhirnya ia berhasil menemukan jalan keluarnya. Christa mulai memompa ASI secara eksklusif. Setiap hari ia terhubung pada breast pump selama 10 sampai 20 menit setiap tiga jam. Selama satu tahun penuh ia berikan anaknya
ASI ekslusif.
"Selama sembilan bulan terakhir, saya bisa memberi lebih dari 29 liter untuk bantu memberi ASI pada tujuh bayi lain yang membutuhkan susu saat ibu mereka berada di rumah sakit atau persediaan mereka yang sedikit," ujar Christa.
Pada awalnya ia memompa sekitar kurang dari satu liter sehari. Christa merasa ASI-nya cukup untuk diberikan pada anaknya setiap hari. Jadi, ia tidak pernah cukup untuk membekukan jika terjadi keadaan darurat. Karena ingin menyetok, ia mencari informasi di internet cara untuk meningkatkan pasokan ASI.
"Kemudian saya mengetahui power pumping dan itu sangat membantu! Persediaan saya meningkat hingga 1.300-1.400 ml per hari. Saya juga mengonsumsi brownies khusus ibu
menyusui. Ayden menyusu sekitar 828 ml sehari, jadi saya taruh persediaan ASI di lemari es. Saya beri label setiap kantong dengan tanggal dan waktu," kata Christa.
Kata Christa, lewat memompa ASI, ia telah belajar bahwa ASI yang keluar di malam hari warnanya lebih pekat dari pagi. Hal ini karena ada lebih banyak lemak di dalamnya. Saking banyaknya ASI yang ia hasilkan, terkadang ia harus bangun di malam hari dan memompanya. Ia juga membagikan ceritanya dan mendonorkan ASI kepada bayi-bayi yang membutuhkan. Kabarnya, ia mendonorkan pada tujuh bayi yang membutuhkan.
"Rasanya luar biasa mengetahui bahwa saya tidak bisa memberi makan satu, tapi banyak bayi! Melalui perjuangan ini, saya merasa telah diberkati. Jalannya yang panjang dan sulit, tapi saya sudah berhasil melewatinya. Saya bersyukur untuk keluarga dan khususnya suami saya yang telah mengeluarkan makanan dari lemari es beberapa kali demi memberi ruang untuk ASI simpanan saya," tutup Christa.
 Ayden bersama stok ASI./ Foto: Christa Hood |
Soal power pumping, dikutip dari buku 'Don't Worry to be a Mommy!' karya dr Meta Hanindita, SpA, ini adalah teknik yang bisa dipakai untuk meningkatkan produksi ASI. Saat weekend dan di malam hari, kita bisa meningkatkan frekuensi memerah ASI melalui power pumping ini, Bun. dr Meta pun pernah melakukannya. Kata dia, setiap jam setidaknya dr Meta memerah ASI selama 30 menit. Begitu seterusnya selama dua kali 24 jam.
Ia pun berbagi tips supaya power pumping bisa sukses dilakukan. Pumping bisa dibarengi dengan konsumsi galactogogue (makanan atau minuman uang bisa meningkatkan produksi ASI). Selain itu, lakukan kegiatan yang menyenangkan saat memerah misalnya bermain dengan bayi, browsing, atau online shoping.
"Jangan lupa yang terpenting itu niat, jangan patah semangat, berapapun hasilnya, tetap syukuri dan keep pumping," saran dr Meta.
(aci)