3 Jenis ASI yang Diproduksi Ibu Menyusui, Sejak Hamil Sampai Melahirkan
Annisa Karnesyia |
HaiBunda
Kamis, 27 Feb 2020 09:35 WIB
Ilustrasi ibu menyusui/ Foto: iStock
Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi wanita setelah melahirkan mengandung nutrisi penting untuk tumbuh kembang bayi. Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, diwajibkan oleh pemerintah, Bun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga merekomendasikan anjuran serupa. Menyusui bayi selama enam bulan penuh, dapat menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal.
"Harus niat dulu memberikan ASI eksklusif. Jangan sampai putus asa memberikan ASI di enam bulan pertama bayi," kata dr.Reisa Broto Asmoro.
Reisa menyarankan bagi ibu hamil mulai berkonsultasi ke dokter tentang laktasi sebelum melahirkan. Idealnya sejak usia 6 sampai 7 bulan kehamilan.
Sebelum memberikan ASI, Bunda bukan hanya harus tahu tentang manfaatnya ya. Kita juga mesti tahu jenis-jenis ASI agar tak mudah khawatir saat menyusui si kecil.
Menurut perawat anak bersertifikat Donna Murray, RN, BSN, produksi ASI dimulai selama kehamilan. Kemudian, ketika bayi lahir, dia akan memiliki sedikit susu untuk satu atau dua hari pertama.
"Jangan khawatir, sedikit ASI lebih dari cukup untuk bayi yang baru lahir. Bayi mendapatkan cukup ASI jika popok basah di hari pertama dan seterusnya," ujar Murray, dilansir Very Well Family.
Ada 3 jenis ASI yang diproduksi wanita setelah melahirkan. Apa saja? Klik next untuk tahu jenis-jenisnya ya.
Simak juga tips memperbanyak ASI saat menstruasi, di video berikut:
Kolostrum adalah ASI pertama yang diproduksi saat kehamilan dan selama beberapa hari setelah melahirkan. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kuning dan lengket. Tetapi bisa juga tipis dan berwarna putih atau kuning jingga.
"Kolostrum mudah dicerna oleh bayi baru lahir. Mengandung tinggi protein, rendah lemak, dan antibodi, khususnya Immunoglobulin A, serta sel darah putih untuk melawan infeksi," kata Murray.
Jumlah kolostrum yang dihasilkan tubuh terbilang sedikit. Namun, mengandung semua yang dibutuhkan bayi di beberapa hari pertama setelah lahir.
Jenis ASI
Ilustrasi ibu menyusui/ Foto: iStock
2. Susu transisi
Susu transisi adalah kombinasi dari kolostrum dan ASI. Ketika ASI mulai diproduksi kira-kira tiga sampai lima hari setelah melahirkan, ASI bercampur dengan kolostrum. Secara bertahap akan beralih ke ASI selama beberapa hari atau seminggu.
Fase susu transisi adalah waktu yang sering disebut sebagai ASI 'masuk'. Selama waktu ini, Bunda harus memperhatikan bahwa payudara akan terasa penuh dengan ASI. Payudara mungkin menjadi besar, berat, dan bengkak.
"Pada awalnya, susu transisi akan terlihat lebih kuning dan kental. Tetapi, seiring waktu dan semakin banyak susu matur diproduksi dan dicampur, susu transisi akan terlihat seperti susu matang yang lebih tipis dan lebih putih," ungkap Murray.
Mengutip beberapa sumber, susu transisi mengandung immunoglobulin, protein, dan vitamin yang lebih rendah dari kolostrum. Namun, memiliki lemak dan kalori lebih tinggi, Bun.
Jenis ASI
Ilustrasi ibu menyusui/ Foto: thinkstock
3. Susu matur
ASI akan berubah menjadi susu matur saat bayi berusia sekitar dua minggu. Susu matur adalah kombinasi foremilk dan hindmilk. Ketika bayi menyusui, susu pertama yang keluar dari payudara adalah foremilk. Foremilk tipis, berair, dan rendah lemak dan kalori. Saat bayi terus menyusui, hindmilk akan keluar dan berbentuk lebih tebal, creamy, tinggi lemak, dan kalori.
Setelah ASI bertransisi menjadi susu matur, jumlah ASI yang diproduksi akan menyesuaikan kebiasaan menyusu dan kebutuhan bayi. Jumlah ASI matur berubah seiring pertumbuhan bayi.
Saat bayi berusia satu bulan, ia mungkin mengonsumsi 59 hingga 88 ml ASI setiap menyusui. Seorang wanita akan memproduksi sekitar 700 ml ASI setiap hari.
"Susu matur kaya akan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ini berisi semua yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya," pungkas Murray.