HaiBunda

MENYUSUI

Domperidone untuk ASI Booster Ibu Menyusui: Dosis Penggunaan, Manfaat, Efek Samping

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Selasa, 11 Jul 2023 18:13 WIB
Domperidone untuk ASI Booster Ibu Menyusui: Dosis Penggunaan, Manfaat, Efek Samping/Foto: iStock
Jakarta -

Domperidone merupakan salah satu obat yang paling banyak dipercaya para busui. Lantas, benarkah domperidone untuk ASI booster ibu menyusui efektif?

Bagi banyak orang, domeperidone memang dianggap obat ajaib untuk meningkatkan suplai ASI. Tetapi, bagi sebagian wanita ternyata domperidone bisa berbahaya.

Ya, pengalaman menyusui memang tak semudah yang dibayangkan ya, Bunda. Beberapa minggu pertama menyusui tidaklah mudah bagi banyak wanita. Karenanya, bukan hal yang aneh bagi seorang ibu baru menemui kesulitan menyusui bayinya, mengalami permasalahan menyusui seperti pasokan ASI minim ataupun ASI seret.


Saat kondisi ini menghampiri, stres sulit dihindari ya, Bunda. Biasanya, menemukan ASI booster menjadi hal yang banyak dicari sebagai penyelesaian. Termasuk diantaranya mengandalkan domperidone.

Domperidone untuk ASI booster ibu menyusui

Domperidone digunakan di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, termasuk Kanada. Hampir dua juta resep yang ditulis setiap tahun, banyak diantaranya bertujuan untuk meningkatkan ASI.

Jika dilisensikan, domperidone sendiri diindikasikan untuk membantu masalah lambung. Tetapi, obat itu juga merangsang kelenjar hipofisis untuk meningkatkan prolaktin atau disebut hormon pembuat susu, ujar Jack Newman, salah satu dokter di Kanada, dikutip dari laman Todaysparent.

Ketika diberikan pada ibu menyusui, domperidone biasanya menghasilkan suplai ASI yang meningkat, sehingga dokter telah meresepkannya selama 30 tahun di Kanada. Beberapa penelitian dapat mengukur efektivitasnya, tetapi penelitian terhadap 1.000 ibu di Toronto Hospital for Sick Children di Newman clinic  menunjukkan bahwa domperidone meningkatkan suplai ASI sebesar 28 persen.

Sebagian besar ibu melihat peningkatan pasokan segera setelah beberapa hari setelah memulai obat, tetapi untuk yang lain, mungkin diperlukan waktu seminggu hingga 10 hari.

Newman mengatakan sekitar 10 persen ibu yang menggunakan domperidone menderita sakit kepala ringan sementara, efek samping yang umum. Dalam kasus yang jarang terjadi, wanita mengalami migrain dan merasa harus mengobatinya atau menghentikan domperidone. Untuk orang lain, kata Newman, "itu harus digunakan selama dibutuhkan." 

Dia mendorong wanita untuk mengonsumsi domperidone sampai bayi mereka cukup mengonsumsi makanan padat sehingga setiap penurunan suplai ASI yang terjadi saat menghentikan obat dapat diganti dengan makanan tambahan. Ada beberapa penelitian tentang ekskresi domperidone ke dalam ASI, tetapi dianggap aman untuk bayi mengingat kadar yang rendah terdeteksi dalam ASI.

Domperidone memang menjadi obat paling efektif yang digunakan untuk meningkatkan suplai ASI. Obat ini dikembangkan untuk mengobati mual, muntah, gangguan pencernaan, dan refluks lambung, tetapi ternyata efektif bila digunakan untuk meningkatkan suplai ASI.

Perlu Bunda ingat bahwa domperidone tidak dianjurkan untuk digunakan pada ibu dengan aritmia jantung atau ibu yang mengonsumsi obat apa pun yang dapat menyebabkan aritmia jantung. Domperidone dalam jumlah yang sangat kecil masuk ke ASI tetapi belum ada kasus efek jantung berbahaya yang diketahui pada bayi. 

Jika Bunda sedang mengonsumsi obat lain, termasuk obat tanpa resep atau obat pelengkap (juga dikenal sebagai obat tradisional atau alternatif termasuk vitamin, mineral, jamu, aromaterapi, dan produk homeopati) dari toko makanan kesehatan, diskusikan hal ini dengan dokter sebelum mulai menggunakan domperidone.

Bagi Bunda yang ingin mengonsumsinya, domperidone dapat bekerja paling baik untuk Bunda jika Bunda memerahnya secara teratur dengan pompa payudara elektrik setidaknya delapan kali sehari tanpa istirahat lebih dari lima jam.

Domperidone biasanya diminum oleh ibu menyusui setiap delapan jam (tiga kali sehari). Aturan yang disarankan yakni pada pukul 6 pagi, 2 siang, dan pukul 10 malam.  Dosis awal di rumah sakit tidak boleh melebihi 30mg (3 tablet) setiap 24 jam.

Sebaiknya, tanyakan pada konsultan laktasi atau apoteker tentang cara terbaik untuk memasukkan obat ini ke dalam rutinitas di sela-sela menyusui, seperti dikutip dari laman Childrenshealth.

Setelah suplai ASI Bunda terbentuk dengan baik, tetap minum dosis satu tablet (10mg) setiap delapan jam (tiga kali sehari) selama satu minggu lagi. Kemudian dimungkinkan untuk mengurangi obat secara bertahap selama beberapa hari dan kemudian berhenti. Dianjurkan untuk menghubungi konsultan laktasi sebelum Bunda berencana untuk menghentikan pengobatan ini. 

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan ibu menyusui lainnya? Langsung aja yuk, klik di sini.

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Busui, Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Hasilkan Rasa ASI yang Lebih Enak

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Artis Resmi Cerai di 2025, Terbaru Acha Septriasa

Mom's Life Amira Salsabila

Ungkapan Hati Aurelie Moeramans saat Hamil Pertama Kali, Merasakan Keajaiban

Kehamilan Amrikh Palupi

Rayakan Ultah Sang Putra, Dewi Lestari dan Mantan Suami Tampil Bersama

Mom's Life Nadhifa Fitrina

20 Resep Kue Simpel untuk Berbagai Acara, Cubit hingga Lumpur

Mom's Life Amira Salsabila

Bayi Sering Kaget & Kejang saat Tidur, Tanda Bahayakah? Ketahui Penyebab & Cara Mengatasinya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Artis Resmi Cerai di 2025, Terbaru Acha Septriasa

20 Resep Kue Simpel untuk Berbagai Acara, Cubit hingga Lumpur

Ungkapan Hati Aurelie Moeramans saat Hamil Pertama Kali, Merasakan Keajaiban

Bayi Sering Kaget & Kejang saat Tidur, Tanda Bahayakah? Ketahui Penyebab & Cara Mengatasinya

Indra Bekti Turun 12 Kg Usai Didiagnosis Fatty Liver, Ini 5 Potret Terbarunya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK