Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Mengenal Rawat Inap Relaktasi, Bantu Busui Atasi Permasalahan MengASIhi

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Senin, 26 Aug 2024 09:00 WIB

Ilustrasi Melahirkan
Mengenal Rawat Inap Relaktasi, Bantu Busui Atasi Permasalahan MengASIhi/Foto: Getty Images/iStockphoto/SDI Productions
Jakarta -

Relaktasi menjadi jalan bagi seorang ibu untuk kembali mengASIhi anaknya usai terjeda beberapa waktu. Yuk, mengenal apa itu rawat inap relaktasi, bantu busui atasi permasalahan mengASIhi.

Memutuskan untuk berhenti sejenak menyusui Si Kecil karena berbagai alasan bisa dilakukan para busui. Mereka mungkin bisa tidak menyusui selama beberapa hari, minggu, bulan, atau tahun. Setelah itu, tak menutup kemungkinan para ibu untuk kembali menyusui. Fase inilah yang disebut dengan relaktasi yakni saat seseorang memulai kembali menyusui setelah jeda.

Dalam fase jeda menyusui Si Kecil, tentunya menyimpan beragam alasan ya, Bunda. Bisa jadi, seorang ibu telah berhenti menyusui lebih awal dari yang diinginkan dikarenakan Bunda mungkin telah berubah pikiran. Alasan lainnya, bisa jadi karena mungkin Bunda telah terpisah dari bayi atau bayi sedang sakit.

Alasan menghentikan sementara menyusui juga bisa dikarenakan seseorang telah mengadopsi bayi dan ingin memulai kembali pasokan ASI untuk menyusui mereka. Seseorang bisa menyusui bayi yang diadopsi jika mereka belum pernah menyusui sebelumnya atau belum pernah hamil yang disebut dengan induced lactation.

Keinginan untuk kembali menyusui Si Kecil memang sangatlah memberikan manfaat besar ya, Bunda. Seperti diketahui bahwa ASI memiliki banyak manfaat kesehatan. Ketika bayi menyusu langsung di payudara, ada manfaat tambahan bagi ibu dan bayi. Jika ini tidak memungkinkan, maka ASI dapat diperah dan diberikan dalam botol atau cangkir.

Memulai relaktasi, bagaimana melakukannya?

Untuk mengawali relaktasi, melakukan stimulasi payudara sendiri mengirimkan sinyal hormonal untuk mengaktifkan kembali produksi ASI. Mungkin lebih mudah jika Bunda baru saja berhenti menyusui beberapa waktu lalu dan Bunda memiliki persediaan ASI yang lengkap di masa lalu. Namun, setiap individu berbeda ya, Bunda. Jadi Bunda mungkin tidak tahu bagaimana tubuh Bunda akan merespons sampai Bunda mencobanya.

Mempelajari dasar-dasar menyusui adalah hal yang bagus untuk memulai. Menyusui bekerja berdasarkan persediaan dan permintaan, jadi semakin banyak ASI yang dikeluarkan (baik dengan menyusui bayi atau memerah), semakin banyak ASI yang diproduksi ibu.

Pelajari cara mengenali apakah bayi mendapatkan cukup ASI. Apakah mereka mengeluarkan enam popok basah dalam 24 jam dan jika berusia di bawah lima minggu, apakah mereka buang air besar dua kali atau lebih dalam sehari? Apakah mereka bertambah berat badan, dan lainnya.

Jika bayi menyusu pada payudara, cobalah untuk menempelkan bayi ke payudara sesering mungkin (minimal setiap 2-3 jam). Bahkan sebelum ASI diproduksi, rangsangan pada puting akan melepaskan hormon prolaktin yang dibutuhkan untuk menghasilkan ASI.

Pelajari cara mengenali pelekatan yang dalam. Bayi yang menyusu dengan efektif akan merangsang produksi ASI dengan cara yang tidak akan dilakukan bayi yang menyusu dengan cara yang dangkal seperti dikutip dari laman Abm.

Oh iya, Bunda, cara-cara untuk merangsang produksi ASI terlepas dari apakah bayi akan menyusu atau tidak bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut:

1. Meskipun bayi tidak menyusu, lakukan kontak kulit ke kulit.
2. Dekap bayi sedekat mungkin dengan tubuh Bunda (mungkin menggunakan gendongan).
3. Bunda dapat memberikan susu botol dengan kontak kulit ke kulit dan di dekat payudara.
4. Memompa atau memerah ASI dengan tangan.
5. Memerah ASI sekali di malam hari akan memberikan stimulasi ekstra karena pada saat itulah kadar hormon pembuat ASI paling tinggi.
6. Jika bayi mau menyusu, Bunda juga dapat memerah ASI langsung setelah atau di antara waktu menyusui. 
7. Memompa seharusnya tidak menimbulkan rasa sakit. Jika bayi senang menyusu dan tetap menyusu di payudara, Bunda mungkin tidak perlu memompa sama sekali.
8. Beberapa ibu memilih untuk mengonsumsi herbal atau obat-obatan (disebut galactagogues) untuk merangsang hormon yang mengatur produksi ASI mereka. 

Mengenal rawat inap relaktasi

Rawat inap relaktasi sama halnya dengan rawat inap saat seseorang perlu penanganan medis secara intensif ya, Bunda. Pada ibu menyusui yang menjalani rawat inap relaktasi, mereka akan menjalani rawat inap beberapa hari dan dipantau proses relaktasinya sehingga prosesnya bisa cepat.

Biasanya, dalam proses tersebut, akan dilakukan skin to skin sehingga memungkinkan adanya kontak erat antara ibu dan bayi. Berbagai upaya lain juga bisa dilakukan sesuai dengan kondisi permasalahan masing-masing ibu dan bayi. Para petugas medis yang merupakan tim laktasi akan memantau secara intensif proses relaktasi.

Ibu menyusui juga akan dipasang alat Supplementary Nursing System (SNS) untuk membantu bayi yang sedang beradaptasi menyusu kembali. Proses ini mungkin akan memakan waktu dan tidak mudah ya, Bunda. Tetapi, keribetan yang menyertainya tentunya akan membuahkan hasil.

Oh iya, saat rawat inap laktasi, tim laktasi juga akan melakukan serangkaian upaya lainnya pada busui. Termasuk akupunktur untuk melancarkan kembali titik-titik kelenjar ASI hidup kembali seperti dikutip dari laman Prabolinilactationteam.

Selanjutnya, ketika sudah diperbolehkan pulang, Bunda juga akan disarankan untuk kontrol guna memantau perkembangan relaktasi yang dijalankan. Tim laktasi dan dokter akan membantu semaksimal mungkin proses tersebut.

Semoga informasinya membantu ya Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda