Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Benarkah Bentuk Payudara Menentukan Kemampuan Menyusui? Ini Penjelasannya

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Sabtu, 20 Sep 2025 10:30 WIB

A mother sits in an armchair, holding her newborn in her arms, gazing lovingly at her baby.
Benarkah Bentuk Payudara Menentukan Kemampuan Menyusui? Ini Penjelasannya/Foto: Getty Images/shih-wei
Daftar Isi
Jakarta -

Bentuk payudara yang besar katanya dianggap ideal saat menyusui karena bisa memproduksi dan menyalurkan ASI lebih banyak kepada bayi. Lantas, benarkah bentuk payudara menentukan kemampuan menyusui? Cari tahu lebih lanjut, Bunda.

Banyak ibu baru merasa khawatir tidak bisa menyusui anaknya secara maksimal karena bentuk payudara mereka kecil. Mereka pun merasa pesimis bahwa produksi ASI-nya bisa melimpah dan memenuhi kebutuhan harian anak mereka.

Ya, kekhawatiran seperti ini memang normal dirasakan pejuang ASI kok, Bunda. Tenang saja, karena Bunda tidak sendirian. Di luar sana, banyak juga yang merasa bahwa produksi ASI-nya tak sanggul memenuhi kebutuhan bayinya meski mereka berusaha keras untuk hal tersebut. Belum lagi, munculnya anggapan bahwa payudara yang kecil tak bisa memproduksi ASI banyak juga turut menimbulkan kekhawatiran berikutnya bagi para ibu.

Mengutip dari laman The Conversation, sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini memberikan petunjuk tentang fitur-fitur payudara yang mungkin menyulitkan sebagian perempuan untuk memproduksi ASI yang cukup. Sementara pada studi lainnya menunjukkan bahwa adanya konsekuensi yang menghancurkan bagi perempuan yang bermimpi menyusui tetapi kenyataannya tidak bisa.

Bentuk payudara dan kemampuan menyusui

Tidak seperti organ lainnya, payudara belum sepenuhnya berkembang saat lahir. Ada beberapa tahap perkembangan penting saat embrio, kemudian juga selama masa pubertas dan kehamilan. 

Saat lahir, payudara hanya terdiri dari jaringan saluran sederhana saja. Biasanya, selama masa pubertas, bagian jaringan kelenjar (pembuat susu) payudara mulai berkembang dan jaringan salurannya meluas. Kemudian, pertumbuhan jaringan saluran dan jaringan kelenjar lebih lanjut selama kehamilan mempersiapkan payudara untuk laktasi.

Namun, survei secara daring terhadap perempuan yang melaporkan suplai ASI mereka rendah memberikan petunjuk mengenai anomali dalam perkembangan payudara beberapa perempuan. 

Dalam hal ini, bukan bermaksud membicarakan perempuan dengan payudara kecil ya, Bunda. Tetapi, perempuan yang jaringan kelenjarnya kurang berkembang dan memiliki kondisi yang disebut hipoplasia payudara. Hal tersebut biasanya dikaitkan dengan rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif.

Mengenai penyebab dari kondisi tersebut memang belum diketahui penyebabnya, Bunda. Karena, sebagian besar penelitian dilakukan pada hewan dan bukan pada manusia. Namun, kondisi kesehatan tertentu telah dikaitkan dengannya, termasuk sindrom ovarium polikistik, dan kondisi endokrin (hormonal) lainnya. Serta, indeks massa tubuh yang tinggi di sekitar masa pubertas mungkin merupakan indikator lainnya.

Siapa saja yang berpotensi menderita hipoplasia payudara?

Dalam survei dan penelitian lainnya memberikan petunjuk siapa saja yang mungkin berisiko menderita hipoplasia payudara, Bunda. Ada beberapa ciri yang mungkin bisa menjadi indikator bahwa perempuan tersebut mengalaminya tetapi tidak berarti hal tersebut menunjukkan bahwa ia tidak mampu memberikan ASI eksklusif. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:

1. Celah antara payudara lebih lebar dari biasanya.
2. Payudara berbentuk tabung (bukan bulat).
3. Payudara asimetris (payudara memiliki ukuran atau bentuk yang berbeda).
4. Kurangnya pertumbuhan payudara selama kehamilan.
5. Keterlambatan atau tidak adanya rasa penuh pada payudara pada hari-hari setelah melahirkan.

Dalam survei yang dilakukan, sebanyak 72 persen perempuan dengan suplai ASI rendah memiliki payudara yang tidak pernah berubah penampilannya selama kehamilan. Dan, sekira 70 persen melaporkan setidaknya satu payudara berbentuk tidak teratur.

Dampak kondisi hipoplasia pada ibu menyusui

Para ibu yang memiliki produksi ASI rendah, baik mereka memiliki hipoplasia payudara atau kondisi lainnya yang membatasi kemampuan untuk memproduksi ASI dalam jumlah cukup, banyak yang melaporkan berbagai emosi yang dialaminya.

Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan mereka merasakan frustrasi, kebingungan, dan keterkejutan hingga perasaan gagal, bersalah, sedih, dan putus asa yang intens atau mendalam.

Beberapa ibu bahkan menggambarkan dukanya dalam menyusui hingga perasaan kehilangan atau kegagalan yang berkepanjangan karena tidak mampu terhubung dan memberi nutrisi pada bayi mereka melalui menyusui seperti yang mereka harapkan. 

Perasaan gagal, bersalah, berduka, dan putus asa ini dapat memicu gejala kecemasan dan depresi bagi sebagian perempuan. Banyak perempuan yang emosinya memuncak ketika menyadari bahwa meskipun sudah bekerja keras, mereka masih belum bisa menyusui bayinya sesuai rencana.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda