Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Benarkah Ukuran Payudara Meningkatkan Risiko Kanker?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 18 Sep 2025 08:50 WIB

ilustrasi payudara
Benarkah Ukuran Payudara Meningkatkan Risiko Kanker?/Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov
Jakarta -

Kanker payudara masih menjadi kanker yang paling banyak dialami perempuan. Banyak faktor penyebab kanker payudara, salah satunya sering dikaitkan dengan ukuran payudara, Bunda.

Menurut klaim, ukuran tertentu payudara seorang perempuan dapat meningkatkan risiko kanker. Lantas, benarkah klaim tersebut?

Simak penjelasan dari pakar berikut ini!

Ukuran payudara dan kanker payudara

Menurut ahli bedah dan peneliti kanker payudara, Sanjay Warrier, ukuran payudara tidak dapat dianggap berisiko terhadap terjadinya kanker payudara pada perempuan. Pasalnya, pernyataan tersebut belum dibuktikan dalam studi atau penelitian.

"Ukuran payudara sendiri tidak dianggap sebagai faktor risiko langsung atau independen untuk kanker payudara," kata Warrier, dikutip dari laman News.com.au.

"Asumsi bahwa payudara yang lebih besar dapat meningkatkan risiko tidak memiliki bukti klinis yang kuat dan tidak didukung oleh data yang valid," sambungnya.

Namun, Warrier mengimbau perempuan dengan payudara yang lebih besar untuk tetap proaktif menjaga kesehatan mereka, terutama jika mereka memiliki faktor risiko lain seperti riwayat keluarga kanker payudara, gaya hidup tidak sehat, atau faktor terkait hormonal.

Warrier mengatakan bahwa komposisi jaringan payudara, khususnya kepadatan payudara, memainkan peran yang jauh lebih signifikan dalam risiko kanker payudara dibandingkan hanya ukuran payudara.

Nah, perempuan dengan payudara kecil juga dapat memiliki kepadatan payudara yang tinggi. Oleh karena itu, Warren juga memperingatkan setiap perempuan untuk memeriksakan payudaranya terlepas dari ukuran.

Perlu diketahui, jaringan payudara dengan kepadatan tinggi dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko kanker dan dapat membuat tumor lebih sulit dideteksi pada mammogram standar, karena jaringan padat tampak putih pada pencitraan, yang warnanya sama dengan potensi tumor.

Pada perempuan dengan payudara besar, tumor juga mungkin lebih sulit dideteksi, terkadang menyebabkan keterlambatan diagnosis. Dalam kasus ini, mamografi dengan kontras atau MRI sering direkomendasikan untuk mendeteksi kanker.

Pakar Dr. Francesca Jackson-Spence juga memiliki pendapat yang sama terkait ukuran payudara dan risiko kanker. Menurutnya, orang dengan payudara padat mungkin lebih berisiko terkena kanker.

Jackson-Spence menjelaskan bahwa jaringan payudara terdiri dari tiga jenis, yakni jaringan ikat fibrosa, jaringan kelenjar, dan lemak. Istilah jaringan payudara padat merujuk pada rasio jaringan fibrosa dan jaringan kelenjar yang lebih padat dibandingkan dengan jaringan lemak pada payudara. Diperkirakan sekitar 40 persen perempuan di atas usia 40 tahun memiliki payudara padat.

"Mereka yang memiliki jaringan payudara padat memiliki kemungkinan dua hingga tiga kali lebih besar untuk terkena kanker payudara, tetapi belum ada cukup bukti ilmiah yang tersedia untuk menjelaskan alasannya," ungkap Jackson-Spence, mengutip laman Telegraph.

"Kepadatan tulang menurun seiring bertambahnya usia. Namun, perempuan yang memasuki masa pramenopause atau perimenopause tampaknya memiliki payudara yang lebih padat dibandingkan mereka yang telah menopause," sambungnya.

Berat badan dapat memengaruhi risiko kanker

Kepadatan payudara juga dapat dipengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT), Bunda. Warrier menyoroti bahwa perempuan dengan IMT yang lebih tinggi, yang mungkin berkorelasi dengan ukuran payudara yang lebih besar, secara statistik berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara, terutama setelah menopause.

"Berat badan yang lebih tinggi berarti lebih banyak jaringan lemak, yang pada gilirannya meningkatkan kadar estrogen, sehingga meningkatkan risiko kanker payudara reseptor hormon positif," ujarnya.

"Paparan hormon sepanjang hidup perempuan, termasuk haid pertama yang dini, menopause lanjut, dan terapi penggantian hormon, juga dapat meningkatkan risiko dengan meningkatkan durasi paparan estrogen."

Kesimpulan dari pakar, ukuran payudara saja tidak dapat menentukan risiko kanker. Namun, Warren menyarankan semua perempuan dengan semua tipe tubuh untuk menerapkan pendekatan pencegahan kanker, dengan pemeriksaan mandiri, skrining rutin, menerapkan pola makan sehat, melakukan aktivitas fisik, serta membatasi konsumsi alkohol dan makanan olahan.

Demikian penjelasan terkait ukuran payudara yang disebut dapat meningkatkan risiko kanker. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda