MENYUSUI
Tanda-tanda Bunda Alami Hiperlaktasi yang Dapat Terlihat sejak Hamil
Dwi Indah Nurcahyani | HaiBunda
Rabu, 01 Oct 2025 08:50 WIBAda sebagian Bunda yang kesulitan dengan produksi ASI, tetapi sebagian lainnya justru mengalami pasokan yang berlebih atau hiperlaktasi. Simak tanda-tanda Bunda alami hiperlaktasi yang dapat terlihat sejak hamil, Bun.
Sindrom hiperlaktasi memang bisa dialami siapa saja. Bahkan, sejak kehamilan sebenarnya kerap muncul tanda-tanda hiperlaktasi yang bisa dicermati lebih awal. Konsultasikan hal tersebut dengan dokter atau konselor laktasi untuk membuat momen menyusui Bunda tetap nyaman dengan bayi.
Mengenal sindrom hiperlaktasi
Sindrom hiperlaktasi biasa dikenal sebagai kelebihan pasokan ASI atau kondisi ketika seseorang memproduksi ASI terlalu banyak. Kondisi ini tidak saja membuat para ibu tidak nyaman tetapi juga membuat risiko payudara bengkak dan nyeri. Dengan kondisi tersebut, tak jarang bayi jadi rewel saat menyusu.
Jika Bunda mengalami kondisi kelebihan produksi ASI, dokter atau konsultan laktasi dapat membantu Bunda guna menemukan cara untuk mengurangi produksi ASI. Dengan begitu, pengalaman menyusui jadi lebih nyaman baik bagi Bunda dan Si Kecil.
Seperti diketahui, sebenarnya laktasi sudah mulai berjalan selama kehamilan yakni ketika tubuh mulai memproduksi ASI. Segera setelah bayi lahir, produksi ASI semakin meningkat. Seiring bayi mulai menyusu teratur, tubuh biasanya akan menyesuaikan jumlah ASI yang Bunda hasilkan agar sesuai dengan kebutuhan Bunda.
Baca Juga : 7 Cara Mengatasi Produksi ASI Berlebihan
|
Pada sebagian Bunda menyusui, kondisi hiperlaktasi memang kerap dialami. Sulit untuk mengetahui berapa banyak ibu yang mengalami hal ini. Biasanya, kondisi ini terjadi ketika jadwal menyusui atau memompa ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
Kenali gejala dan penyebab hiperlaktasi
Jika Bunda memproduksi ASI terlalu banyak, Bunda mungkin merasakan gejala-gejala tertentu pada payudara. Biasanya, gejala tersebut meliputi beberapa hal berikut:
1. Payudara bengkak
2. Nyeri payudara
3. Payudara yang tidak kosong sepenuhnya saat menyusui atau terasa penuh kembali segera setelahnya
4. Saluran ASI tersumbat
5. ASI sering bocor dari payudara
6. Puting pecah-pecah
7. Puting bernanah
Penyebab dari hiperlaktasi sendiri memang disebabkan karena banyak faktor, Bunda. Terkadang, tidak ada penyebab spesifik yang ada di dalamnya. Tubuh dalam hal ini mungkin hanya memproduksi ASI dalam jumlah besar, terutama pada awalnya. Kondisi ini biasanya membaik jika Bunda hanya menyusui atau memompa ASI sesuai kebutuhan bayi. Dengan memompa ASI lebih dari yang dibutuhkan bayi tentunya hal inilah yang menyebabkan kelebihan ASI atau hiperlaktasi.
Apa saja faktor risiko sindrom hiperlaktasi?
Beberapa ibu menyusui secara alami memproduksi lebih banyak ASI karena faktor genetika mereka. Bunda mungkin juga berisiko lebih tinggi mengalami sindrom hiperlaktasi jika Bunda menderita hiperprolaktinemia. Selain itu, mengonsumsi suplemen herbal tertentu juga dapat memengaruhi suplai ASI Bunda seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic.
Untuk mendeteksi adanya sindrom hiperlaktasi pada seseorang, dokter biasanya akan mengumpulkan informasi terlebih dahulu tentang Bunda dan bayi. Mereka mungkin akan menanyakan seputar kebiasaan makan bayi, kesehatan bayi, dan gejala payudara. Selain itu, beberapa pemeriksaan tambahan juga dapat dilakukan jika diperlukan.
Pengobatan sindrom hiperlaktasi
Sebagai langkah pengobatan, tim medis mungkin menganjurkan Bunda untuk mengikuti kebutuhan bayi saat mereka menyusu. Hal ini nantinya dapat membantu produksi ASI Bunda yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bayi Bunda.
Selain itu, tim medis juga akan merekomendasikan posisi menyusui dengan kondisi berbaring miring atau berbaring telentang di mana dapat membantu memperlambat laju aliran ASI.
Untuk mengurangi suplai ASI, terkadang pemberian ASI secara bertahap dapat membantu. Bunda dapat bergantian menyusui selama periode tertentu (seringkali tiga jam) saat menyusui bayi sepanjang hari dan malam.
Seiring waktu, menyusui bayi dari payudara yang sama selama dua kali atau lebih akan membantu mengurangi stimulasi keseluruhan pada payudara Bunda. Stimulasi yang berkurang dan membantu mengurangi volume ASI di setiap payudara.
Bunda juga dapat mengurangi volume pemompaan secara bertahap selama beberapa minggu atau beberapa hari. Menghentikan pemompaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan penyumbatan saluran ASI atau mastitis. Sehingga, konsultasikan dengan tim medis untuk mengurangi frekuensi atau jumlah pemompaan secara bertahap.
Penting Bunda ketahui bahwa mengelola sindrom hiperlaktasi membutuhkan kesabaran. Suplai ASI biasanya akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi seiring waktu. Konsultan laktasi dapat membantu mengatur jadwal menyusui bagi Bunda yang mengalami sindrom tersebut sehingga menyusui lebih nyaman.
Pencegahan sindrom hiperlaktasi
Sindrom hiperlaktasi memang tidak selalu dapat dicegah, Bunda. Tetapi, Bunda dapat mengurangi risiko tersebut dengan mengikuti arahan bayi saat menyusui. Hindari memompa terlalu sering karena semakin sering memompa, semakin banyak ASI yang dihasilkan.
Bagi Bunda yang mengalami hiperlaktasi, tentunya hal ini bisa membuat stres baik Bunda dan bayi. Karenanya, tidurlah sebanyak mungkin dan minum banyak cairan agar Bunda tidak mengalami dehidrasi.
Temui dokter jika Bunda mengalami nyeri payudara yang sangat parah atau gejala seperti flu. Hal ini bisa menjadi tanta-tanda mastitis yang jika tak segera diobati bisa semakin parah dan memerlukan pengobatan serius. Selain itu, bawa segera bayi ke dokter jika ia mengalami kesulitan saat menyusui atau fesesnya bermasalah.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)
Simak video di bawah ini, Bun:
Ketahui Tanda Bayi Cukup ASI dan Kenyang serta Durasi Ideal Menyusui
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
ASI Menyembur, Apakah Salah Satu Tanda Busui Alami Hiperlaktasi?
Pecahkan Rekor Dunia, Bunda Ini Jadi Donatur ASI Terbanyak Hampir 1.600 Liter
7 Cara Mengatasi Produksi ASI Berlebihan dan Penyebabnya
5 Tips Atasi Hiperlaktasi Seperti Dialami Ratna Galih Sehingga Tak Jadi Mastitis
TERPOPULER
Rumah Tangga Deddy Corbuzier Diterpa Isu Cerai, Instagram Sabrina Jadi Sorotan
Hotel Ini Beri Pasutri Rp45 Juta hingga Rumah bila Hamil setelah Menginap, Alasannya...
Berapa Lama Efek Keracunan Makanan Berlangsung? Ini Penjelasannya Bun
Proses Cerai, Intip 5 Potret Tasya Farasya Habiskan Waktu di Dubai hingga Ketemu Pemilik Huda Beauty
Potret Rumah Alyssa Daguise & Al Ghazali, Open Space dan Ada Kolam Renang
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi yang Aman untuk Kulit
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Pensil Alis Warna Coklat Muda yang Bisa Jadi Pilihan Bunda
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Bronzer untuk Pemula hingga Kulit Sawo Matang
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Skincare Bayi yang Aman untuk Kulit Si Kecil
Mutiara PutriREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Glitter Terbaik untuk Makeup Korean Look
Amira SalsabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Proses Cerai, Intip 5 Potret Tasya Farasya Habiskan Waktu di Dubai hingga Ketemu Pemilik Huda Beauty
Hotel Ini Beri Pasutri Rp45 Juta hingga Rumah bila Hamil setelah Menginap, Alasannya...
Rumah Tangga Deddy Corbuzier Diterpa Isu Cerai, Instagram Sabrina Jadi Sorotan
Berapa Lama Efek Keracunan Makanan Berlangsung? Ini Penjelasannya Bun
Kisah Ferdy Hasan & Istri Besarkan Anak Berkebutuhan Khusus hingga Bisa Kuliah
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Bedu Bahas Sabar, Irma Kartika Unggah Pesan Tersirat di Instagram
-
Beautynesia
7 Potret Koleksi 'Garis Waktu', Kolaborasi Wilsen Willim dan Dear Me Beauty
-
Female Daily
Dari Pastel Dreamy sampai Ghost Lashes, Intip 4 Beauty Trends dari New York Fashion Week!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Kabar Pernikahan Eks CEO Astronomer yang Diduga Selingkuh di Konser Coldplay
-
Mommies Daily
Jadwal TKA SMA 2025 Sudah Keluar, Mommies! Catat Tanggal Pentingnya Biar Nggak Kelewat