MENYUSUI
Hambatan Menyusui Paling Sering Terjadi di 3 Bulan Awal, Ini Cara Mengatasinya Bun
Annisa Aulia Rahim | HaiBunda
Rabu, 10 Dec 2025 08:50 WIBTiga bulan pertama menyusui sering jadi masa penuh tantangan bagi banyak ibu. Walaupun menyusui adalah proses alami, bukan berarti semuanya berjalan mulus sejak hari pertama. Perubahan hormon, tubuh yang masih beradaptasi setelah melahirkan, hingga pola menyusu bayi yang belum stabil bisa membuat bunda kewalahan.
Penelitian dari berbagai negara dan juga studi di Indonesia menunjukkan bahwa hambatan menyusui di 3 bulan pertama sangat umum dialami para ibu. Mulai dari puting lecet, payudara bengkak, hingga rasa ASI kurang, semuanya bisa teratasi dengan pemahaman yang tepat, teknik menyusui yang benar, dan dukungan dari lingkungan sekitar.
Hambatan menyusui paling sering terjadi di 3 bulan awal
Kabar baiknya, sebagian besar hambatan di awal masa menyusui bisa diatasi dengan pengetahuan yang tepat dan dukungan yang cukup. Berikut hambatan yang paling sering terjadi dan cara mengatasinya.
1. ASI terasa belum keluar atau terlambat keluar
Di hari-hari pertama, tubuh sebenarnya memproduksi kolostrum, ASI awal yang sangat kaya antibodi. Namun, beberapa ibu merasa ASI 'belum keluar' karena kolostrum hanya sedikit. Selain itu, proses persalinan panjang, stres, atau kelahiran melalui operasi caesar bisa membuat produksi ASI sedikit terlambat.
Studi internasional juga menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan melalui operasi caesar atau mengalami persalinan panjang memang dapat mengalami keterlambatan let-down reflex dan produksi ASI awal.
Cara mengatasinya:
- Tetap susui bayi sesering mungkin (8–12 kali sehari) untuk merangsang hormon prolaktin
- Lakukan skin to skin minimal 1 jam pertama setelah lahir.
- Hindari pemberian susu formula kecuali alasan medis.
- Minum cukup air dan istirahatkan tubuh setiap ada kesempatan.
2. Puting lecet dan nyeri saat menyusui
Puting lecet hampir selalu terjadi karena pelekatan yang kurang tepat. Bayi hanya menggigit puting, bukan mengisap areola.
Cara mengatasinya:
- Pastikan mulut bayi terbuka lebar dan sebagian besar areola masuk ke mulutnya.
- Perbaiki posisi menyusui, misalnya cradle, football hold, atau side-lying.
- Oleskan ASI sendiri ke area puting setelah menyusui untuk membantu penyembuhan alami.
- Jika nyeri sangat hebat, gunakan nipple cream berbahan lanolin.
3. Payudara bengkak
Biasanya muncul di hari ke-3 sampai ke-5 setelah melahirkan ketika ASI mulai 'datang' lebih banyak. Payudara terasa keras, panas, dan sakit. Dalam sebuah studi kohort besar terhadap 422 ibu-bayi, engorgement tercatat sebagai masalah yang sangat umum pada minggu pertama hingga minggu ketiga. Payudara terasa keras, penuh, dan nyeri karena produksi ASI meningkat cepat.
Cara mengatasinya:
- Susui atau perah ASI lebih sering.Kompres hangat sebelum menyusui untuk melemaskan saluran ASI.
- Kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak.
- Lakukan pijat lembut untuk membantu melancarkan aliran ASI.
4. ASI terasa sedikit atau tidak cukup
Survei dari berbagai negara menunjukkan lebih dari 50 persen ibu merasa ASI mereka 'kurang', padahal secara fisiologis kebanyakan ibu sebenarnya punya ASI cukup. Yang sering terjadi adalah persepsi kurang karena bayi menangis atau menyusu terlalu sering.
Menurut sebuah studi prospektif terhadap 792 ibu, persepsi ASI kurang berhubungan dengan berhentinya ASI eksklusif lebih cepat, padahal penyebabnya sering bukan benar-benar kekurangan ASI.
Cara mengatasinya:
- Susui bayi sesuai permintaan (on demand), bukan dijadwalkan.
- Pastikan bayi latch-on dengan benar agar hisapan lebih efektif.
- Gunakan metode power pumping bila diperlukan.
- Makan makanan bergizi seimbang, bukan sekadar 'pelancar ASI'.
5. Mastitis (peradangan payudara)
Mastitis biasanya terjadi karena saluran ASI tersumbat atau menyusui yang tidak efektif. Studi klinis menunjukkan gejalanya meliputi payudara merah, panas, dan nyeri, disertai demam atau menggigil.
Cara mengatasinya:
- Tetap susui bayi dari sisi yang sakit (aman ya bun).
- Kompres hangat sebelum menyusui dan dingin setelahnya.
- Perbaiki posisi menyusui.
- Bila demam tinggi >24 jam, periksakan ke dokter untuk mendapatkan antibiotik yang aman untuk ibu menyusui.
6. Bayi rewel atau menyusu terlalu sering
Menurut penelitian dari MDPI, pola menyusu bayi di awal kehidupan sangat tidak teratur dan sering memunculkan kekhawatiran ibu. Namun, rewel atau menyusu terus-menerus tidak selalu berarti ASI tidak cukup. Ini bisa terjadi karena growth spurt atau bayi sedang belajar mengatur ritme menyusu.
Cara mengatasinya:
- Sabar dan tetap berikan ASI sesuai permintaan.
- Gunakan teknik paced feeding bila memberikan ASI perah.
- Hindari langsung menyimpulkan bahwa ASI tidak cukup.
7. Ibu merasa lelah, cemas, atau stres
Studi-studi laktasi menunjukkan bahwa stres dapat memengaruhi hormon oksitosin sehingga hambatan menyusui makin terasa berat. Faktor emosional sangat berpengaruh pada keberhasilan menyusui di bulan-bulan awal.
Cara mengatasinya:
- Minta pasangan atau keluarga membantu pekerjaan rumah.
- Gunakan waktu tidur bayi untuk ikut istirahat.
- Ikut komunitas menyusui untuk mendapatkan dukungan emosional.
- Segera konsultasi tenaga kesehatan bila muncul tanda baby blues atau postpartum depression.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!