Jakarta -
Sebelum menikah, pernahkah Bunda berpikir seperti apa ketika memiliki anak? Membesarkan anak tentu penuh dengan kejutan ya Bun. Tidak peduli berapa banyak buku, forum parenting, atau artikel yang kita baca, tak ada yang bisa membuat kita benar-benar siap menjadi orang tua.
Jika diberikan kesempatan kembali ke masa sebelum memiliki anak, dan mengatakan pada diri sendiri apa yang belum kita ketahui akan dialami, mungkin ini yang akan Bunda katakan ke diri sendiri seperti dilansir Lifehacker:
1. Bahwa 'Membuat Bayi' Tidak Semudah Kedengarannya
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: thinkstock |
Beberapa orang bisa bereproduksi semudah kelinci, tapi belum tentu untuk yang lain, itu tidak selalu terjadi.
Sebelum hamil, ada beberapa yang berpikir secara naif, pasangan bisa memiliki anak kapan pun, suami istri hanya tinggal berhubungan seks setiap hari selama sebulan dan berhasil. Namun, kenyataannya tubuh manusia tidak bekerja seperti itu.
Jadi jika sebelum menikah Anda berpikir suatu hari memiliki anak dan berencana hamil untuk jangka waktu tertentu, pertimbangkan memberikan diri Anda waktu tambahan dan cobalah untuk tidak stres karenanya.
detikHealth menuliskan umumnya usia kesuburan pada puncaknya di usia antara 20-24 tahun. Tapi rentang usia kesuburan puncak setiap wanita tidak sama. Kualitas ini akan menurun seiring pertambahan usia.
2. 'Tekanan' Jadi Orang Tua Baru
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Thinkstock |
Kehadiran si kecil memang kita tunggu-tunggu. Tapi ketika diriya lahir, ada hal-hal yang bisa jadi membuat kita jet lag, dan terasa 'menyiksa' pada awalnya.
Sedang enak-enaknya tidur, si bayi yang baru berusia beberapa hari bangun dan menangis. Belum lagi terkadang kita nggak ngerti apa yang membuatnya menangis. Juga soal tantangan menyusui di masa-masa awal. Saya sering mendengar ibu-ibu yang putingnya lecet sampai mastitis karena belum punya cukup pengetahuan soal menyusui. Pasti sakit banget ya.
Beberapa ibu lainnya berurusan dengan upaya menurunkan berat badannya yang membengkak sampai tiga kali lipat seusai melahirkan. Kadang soal berat badan yang kelewatan ini bikin stres ya Bun.
Perubahan hormonal, kelelahan yang dihadapi, nggak heran jika beberapa ibu mengalami post partum depression. Butuh banget support system yang mumpuni untuk ibu-ibu ini.
Tapi kelak masa-masa yang berat dan 'menyiksa' ini justru jadi cerita dan kenangan indah. Ternyata kita sebagai ibu jauh lebih kuat daripada yang kita pikirkan.
3. Sering Susah Tidur
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: ilustrasi/thinkstock |
Masa sulit tidur tak hanya dialami saat baru melahirkan saja, Bun. Bahkan setelah anak-anak melewati masa bayi dan balita, Bunda bisa memiliki masalah tidur. Mimpi buruk di tengah malam, anak yang nggak mau tidur karena masih ingin main-main, urusan rumah yang belum beres meski sudah tengah malam.
Berat sih, Bun, tapi ada baiknya mencari cara agar Bunda dan si kecil nggak terbiasa tidur larut malam. Lebih baik tidur lebih cepat dan kemudian bangun lebih cepat sehingga hal-hal yang belum beres bisa kita bereskan di pagi hari.
4. Keluar Banyak Uang untuk Kebutuhan Bayi
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Ari Saputra |
Apa saja yang Bunda beli menjelang kelahiran si kecil? Biasanya kita keluar banyak uang untuk beli strollers, car seat, ayunan, kursi goyang, tikar bermain, tempat tidur bayi, teething rings, bibs, burp cloths, atau perlengkapan bayi lainnya.
Iya, rasanya semangat banget ya menyambut kelahiran si kecil. Kalau biasanya pengeluaran terbesar kita untuk kebutuhan diri seperti keperluan make-up dan tas, maka sekarang jadi beralih.
Kita sering kali nggak berpikir panjang bahwa beberapa perlengkapan bayi itu kepakainya cuma sebentar. Tapi kita sudah telanjur kalap di awal.
Banyak orang tua baru takut bayi mereka akan bosan atau membutuhkan stimulasi konstan untuk mengembangkan otak bayi. Tapi kenyataannya bayi cukup banyak tidur, bangun dan menangis untuk menyusu, lalu tertidur kembali setelah menyusu.
Bunda tidak perlu beli segalanya seperti banyak mainan saat bayi sudah mulai belajar karena semua hal bisa menghibur anak-anak. Bunda bisa menggunakan peralatan di rumah untuk dijadikan mainan. Selain itu, anak-anak cenderung membuang mainan baru tak seperti yang Bunda harapkan. Yang ada, rumah akhirnya menjadi gudang mainan dan perlengkapan bayi.
Saya pribadi memilih tak membeli banyak pakaian bayi. Karena biasanya keluarga dan teman akan memberikan hadiah pakaian. Belum lagi mendapat pakaian warisan dari saudaranya. Beberapa pakaian juga jarang dipakai karena begitu agak besar anak-anak akan memilih pakaian yang disukainya dan dalam sekejap pakaian tersebut sudah tidak muat.
5. Biaya Ekstra
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Ari Saputra |
Saat sudah punya anak, kita harus menyiapkan biaya tekstra yang lebih dari sebelumnya. Misalnya nih, soal popok. Bunda mungkin tak menyangka sudah berapa banyak popok dihabiskan. Tapi kini ada banyak pilihan, popok yang sekali pakai atau yang bisa dicuci, mungkin bisa membantu menekan biaya ekstra.
Banyaknya keperluan popok membuat orang tua sering menunggu produk tersebut diskon. Nggak hanya popok, ada biaya ekstra lainnya seperti biaya penitipan anak dan biaya pengobatan.
6. Bekerja dari Rumah Jadi Lebih 'Menantang'
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Thinkstock |
Dulu saat belum punya anak, bekerja dari rumah bisa berjalan tanpa hambatan. Sebanyak apapun pekerjaan dari kantor yang kita bawa ke rumah, bisa terselesaikan tepat waktu.
Tapi ketika si kecil datang, kita memang harus benar-benar bisa membagi waktu dan perhatian. Saat anak masih bayi beberapa bulan, mungkin masih bisa cukup disambi bekerja ya. Tapi ketika anak sudah lebih aktif bergerak, apalagi berjalan, baru juga kita membuka pekerjaan, mereka dengan antusias akan menyambangi kita.
Di usia balita, apakah akan semakin mudah bekerja dari rumah? Nggak juga. Anak sedang aktif-aktifnya mengeksplorasi lingkungan dan kemampuannya. Dia butuh banget perhatian kita, orang tuanya,
Tapi setelah anak-anak cukup besar untuk mengerti Bunda sedang bekerja dari rumah, semuanya berjalan lebih baik. Meski sering kali kita harus berkata, "Nak, nanti ya, Bunda sedang sibuk sekarang," saat anak meminta perhatian kita.
Solusinya jika Bunda bekerja dari rumah, mungkin butuh asisten untuk membantu menjaga si kecil. Meski realitanya mungkin anak akan tetap nempel-nempel ke Bunda, tapi setidaknya bisa cukup membantu.
7. Lebih Sering Khawatir
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Thinkstock |
Menjadi orang tua itu membuat kita jadi lebih banyak khawatir. Misalnya nih, kalau perkembangan anak kita nggak seperti anak-anak lain seusianya, kita jadi khawatir berat.
Saat usia anak sudah lewat dari 13 bulan tapi belum bisa berjalan, dalam artikel dianjurkan perlu berkonsultais ke dokter. Tapi memang pertumbuhan anak berbeda-beda ya, Bun, ada yang lebih dulu berbicara tapi jalan belakangan. Kita perhatikan saja dulu perkembangannya.
Kita juga nggak perlu menstimulasi si kecil berlebihan. Kita nggak perlu terburu-buru agar anak bisa berbicara, berjalan, berlari, atau membaca. Pertumbuhan anak itu begitu cepat tapi juga bukan ajang kompetisi, sehingga kita ingin kemampuan anakkita jadi yang terdepan.
8. Bukan Diri Sendiri Lagi yang Jadi Objek Foto
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: Thinkstock |
Dulu, waktu anak belum lahir, media sosial kita dipenuhi foto-foto kita dan pasangan atau hal-hal terkait hobi. Tapi ketika si kecil lahir, dialah yang banyak menjadi objek foto dan video kita.
Bahkan mainan-mainan yang kita buat dan kita mainkan bersama anak juga jadi objek foto dan video yang menyenangkan. Ini semua adalah album kenangan berharga bagi kita dan si kecil yang beranjak besar.
Yang paling penting, back up, back up, dan back up foto dan video Bunda. File-file itu akan membantu menyimpan kenangan indah saat awal-awal kita menjadi ibu baru.
9. Pergi Keluar Tidak Akan Sama Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: thinkstock |
Sewaktu masih sendiri, Bunda bisa saja pergi tepat waktu. Tapi setelah jadi ibu, mau pergi kemana pun bisa memakan waktu. Misalnya saja saat ke mal, Bunda harus menyiapkan pakaian ganti, menyediakan makanan ringan, memasangkan car seat, atau hal-hal lainnya, yang otomatis butuh waktu lebih banyak.
Makan keluar juga menjadi hal yang berbeda. Makanan bisa berserakan di lantai, mainan jatuh dari meja, keributan dari suara tangisan anak-anak dan mungkin saja membuat orang-orang di sekitar tampak marah (setidaknya dalam pikiran kita).
Dan jika Bunda keluar sendirian untuk bertemu teman atau orang penting, mungkin sebagian pikiran Bunda tertuju pada anak di rumah.
10. Kita Nggak Lagi Sama
 Perubahan saat menjadi orang tua/ Foto: thinkstock |
Menjadi orang tua akan mengubah kita. Perubahannya bukan hanya menjadi ibu atau ayah dalam semalam, tapi nilai, perspektif, dan kebiasaan kita pun disesuaikan dengan anak.
Saat jadi ibu, kita jadi lebih memikirkan nilai gizi makanan yang dikonsumsi, mengemudi dengan aman, menghabiskan uang dengan lebih bijak, berikhtiar agar hidup lebih lama, dan mencontohkan etika yang baik.
Kita rela tak menonton acara televisi kesukaan atau keluar berjam-berjam bertemu teman seperti dulu saat si kecil belum hadir. Namun, satu hal yang perlu diketahui, perubahan tersebut tidak semenakutkan kedengarannya dan tak akan mengganggu sepanjang waktu.
Bunda akan menemukan banyak hal baru tentang diri sendiri sebagai orang tua. Hal-hal yang membuat Bunda lebih kuat.
Keuntungan Memiliki AnakPasangan menikah memiliki harapan bisa mempunyai anak. Selain melengkapi kehidupan rumah tangga, punya anak ternyata memiliki manfaat kesehatan. Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Brigham Young University menemukan bahwa menjadi orang tua benar-benar dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Peneliti mempelajari 200 pria dan wanita menikah untuk monitor tekanan darah selama 24 jam. Mereka menemukan bahwa pasangan yang memiliki anak secara signifikan memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan mereka yang tanpa keturunan.
Bunda juga jadi aktif bergerak karena anak-anak melakikan berbahai jenis kegiatan aktif dan menyehatkan sepanjang hari.
Tak hanya itu, peneliti di Taiwan's Mental Health Foundation menemukan, anak-anak bisa membuat orang tua tetap sehat secara mental. "Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anak lebih bahagia, memiliki kepuasan yang lebih besar dan kesejahteraan emosional daripada yang tanpa anak," kata Tom Yang, peneliti utama studi tersebut, seperti dilansir Foxnews.
(Nurvita Indarini)