Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Walau Berat, Aku Ikhlas Kehilangan 4 Anak Sekaligus

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Senin, 30 Apr 2018 14:04 WIB

Aku tak hanya kehilangan satu anak, tapi empat sekaligus.
Walau Berat, Aku Harus Ikhlaskan Kehilangan 4 Anak Sekaligus/ Foto: thinkstock
Manchester, Inggris - Kehilangan seorang anak aja bisa jadi pukulan berat buat orang tua terutama ibu. Apalagi kalau kehilangan empat anak kita sekaligus ya, Bun. Seperti yang dialami seorang bunda bernama Michelle Pearson (36).

Pada bulan Desember tahun lalu, rumah Michelle diserang oleh orang tak bertanggung jawab yang melakukan tindak pembakaran. Akibat dari peristiwa itu, keempat anak Michelle meninggal dunia dan Michelle sendiri nggak sadarkan diri hingga koma dan dirawat di ICU selama dua minggu. DCI Lewis Hughes dari kepolisian Greater Manchester bilang luka Michelle parah banget.

Ketika sadar dari koma, saat itu pula Michelle harus menerima kenyataan pahit karena keempat anaknya telah tiada. Dilansir The Guardian, Michelle telah kehilangan anak perempuannya Demi (15), Brandon (8), Lacie (7), dan Lia (3). Dilaporkan keempat anak itu terjebak di dalam rumah mereka yang dibakar.

"Kami melihat api mulai menyebar. Awalnya sih terlihat dari jendela. Ternyata keluarga Michelle ada di dalam rumah. Kemudian polisi dan pemadam kebakaran datang," kata salah satu tetangga seperti dikutip dari The Sun.



Disebutkan Demi dinyatakan meninggal di tempat kejadian. Sementara itu, ketiga adiknya meninggal dunia nggak lama setelah dilarikan ke RS.

Dikutip dari detikHealth, psikolog keluarga dari Tiga Generasi Anna Surti Ariani atau Nina bilang adalah hal yang wajar ketika orang tua merasa terpukul karena kehilangan anak. Nah, ada baiknya pada orang tua yang baru kehilangan anak kita kasih kesempatan mereka untuk menangis. Bahkan, nangis bersama pun dikatakan Nina nggak masalah. Ini wajar karena anggota keluarga lain pastinya juga bisa merasakan kesedihan.

"Kalau mau ngomong usahakan kata-kata yang netral. Seperti 'aku turut kehilangan' atau 'aku ikut berduka cita'. Atau lebih baik jika katakan kita akan turut mendoakan," kata Nina.

Menurut Nina, menangis pasca kehilangan anggota keluarga termasuk anak boleh-boleh saja. Sebab, pada dasarnya emosi negatif bukan untuk disimpan tetapi diekspresikan. Ibarat sebuah botol berisi air kotor, maka air tersebut harus dikeluarkan lebih dulu sebelum diisi air bersih. Lantas, gimana dengan penggunaan kata 'sabar' saat menghibur orang tersebut?

Menurut Nina, hal itu tergantung dari orang yang dihibur. Ada orang yang bisa lebih tenang ketika mendengar kata itu, atau justru, ketika diberi 'wejangan' untuk sabar ia malah kesal. Sebab, saat itu ia tahu bahwa memang kesabaran dibutuhkan untuk mengahdai situasi tersebut.

"Sensitiflah dengan kebutuhan dia. Kan Ada orang yang lagi sedih memang ingin menyendiri atau justru ingin ditemui. Untuk itu butuh sensitivitas kita. Kalau orangnya lagi butuh sendiri, ya kita jangan maksa untuk ketemu. Memaksa menghibur orang yang habis kehilangan anak nggak selalu membantu kok. Jadi menghibur orang nggak mesti dipaksakan dan kita harus ada di sampingnya," pungkas Nina.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda