Los Angeles, AS -
Pernah kepikiran nggak, Bun, di balik sosoknya yang kekar dan peran gahar, Dwayne
'The Rock' Johnson minta dipuji. Terlebih dia minta dipuji oleh putrinya. Hi-hi-hi, ada-ada aja deh tingkah ayah yang satu ini.
Baru-baru ini, The Rock mengunggah video di mana ia asyik ngobrol dengan baby Tiana Gia yang baru berusia 3 bulan. Bunda tahu topiknya apa? Ya, ini agak narsistik sih, tapi berhasil mendapat respons dari si kecil dari Tiana Gia sendiri, hi-hi.
Jadi ceritanya The Rock ingin banget dapat pujian dari sang putri, ia ingin diakui oleh Tiana Gia sebagai ayah yang seksi, keren dan pintar.
"Saya hanya akan 'memancing' pujian sepanjang hari ketika saya memeluknya di tangan saya. Dan Baby Tiana Gia dia berpikir akan memandang ayahnya dengan senyuman manis dan hanya mencintai, menghargai, dan mengagumi semua kebaikan Ayah yang dia lihat," tulis The Rock dalam video Instagram-nya.
[Gambas:Instagram]
Maka jadilah The Rock mulai memuji dirinya sendiri.
"Ya, ya saya tahu, saya ayah terseksi di dunia dan ayah terkeren di dunia. Ya, ya tepat begitu. Apa tanganmu kedinginan? Ya tapi saya tidak bisa mendengar pujiannya kalau kamu memakan tanganmu, Nak," kata The The Rock dalam videonya.
Duh, kocak banget ya
The Rock. Bahkan ia menambahkan keterangan dalam videonya untuk si anjing yang sedang berbaring di belakang mereka. Seakan si anjing bilang 'Tolong baby Tia, hentikan memuji ayahmu, saya ingin muntah', he-he-he, sepertinya The Rock pintar bikin plot cerita komedi ya, Bun.
Bicara soal kedekatan ayah dan anak perempuannya, ada lho penelitian ilmiahnya ayah tampak lebih sayang ke anak perempuannya. Jennifer Mascaro dari Woodruff Health Sciences Centre, Atlanta menemukan bahwa khusus untuk ayah, mereka memang cenderung lebih merespons anak perempuannya ketimbang anak laki-laki.
Hal ini terekam dari data perilaku yang dikumpulkan Jennifer dan timnya ketika mengamati 52 ayah dari 30 anak perempuan dan 22 anak laki-laki di Atlanta. Masing-masing dipasangi alat perekam perilaku bernama electronic activated recorder (EAR) selama dua pekan.
Para ayah juga menjalani scan MRI ketika diperlihatkan beberapa foto yaitu foto orang dewasa yang tidak dikenal, foto anak kecil yang tidak dikenal dan foto anak mereka dalam berbagai ekspresi, baik gembira, sedih atau netral.
Otak ayah dengan anak perempuan dilaporkan memperlihatkan respons terkuat ketika melihat foto ekspresi bahagia putrinya. Namun otak ayah dari anak laki-laki memperlihatkan respons yang kuat pada foto ekspresi wajah netral anaknya.
"Ketika anak menangis, ayah dari anak perempuan juga memberikan respons yang lebih besar ketimbang yang dilakukan ayah dari anak laki-laki," kata Jennifer seperti dilaporkan Daily Mail.
Namun peneliti tidak menjelaskan mengapa ayah cenderung membedakan perlakuan pada anak-anaknya, apakah memang didasari faktor biologis, kultural maupun kombinasi keduanya.
Meski demikian, Jennifer mengingatkan bias semacam ini tidak selamanya dapat dibenarkan. Pertama, kebiasaan berbicara tentang emosi dengan anak perempuan memang mendorong mereka tumbuh sebagai sosok yang bisa berempati kepada orang lain. Padahal menurut Jennifer,
anak laki-laki juga membutuhkan perlakuan yang sama agar bisa berempati.
(aml/rdn)