Jakarta -
Pola asuh untuk
anak yang diterapkan masing-masing orang tua memang berbeda dan disesuaikan sama nilai di keluarga. Tapi, buat Bunda terlebih yang masih orang tua baru, pernah nggak sih timbul pertanyaan di benak 'pola asuh kayak gimana sih yang tepat untuk anakku'?
Memang sih, Bun. Kalau ngomong soal pola asuh yang tepat buat anak, ini nggak ada 'resep' pastinya kayak apa, demikian disampaikan psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog atau akrab disapa Anas. Ibaratnya, nggak ada formula kalau kita begini begini sama anak, jadinya begitu, kata Anas.
"Tapi, pola asuh yang ideal adalah yang sensitif dan responsif. Kita perlu sensitif sama kebutuhan anak nih. Misalnya untuk anak 0-18 bulan, mereka lagi membentuk kepercayaan sama lingkungan. Misalnya dia nangis, langsung kita respons, berarti kan ada yang memperhatikan," kata Anas waktu ngobrol bareng HaiBunda.
Dalam bertindak sensitif akan kebutuhan anak, kayak pas makan atau mandi, kata Anas kita juga perlu lho memasukkan unsur kehangatan dan kasih sayang. Terus, pola asuh yang ideal yaitu juga yang responsif. Jadi, kalau anak nangis jangan dibiarkan lama-lama, Bun. Dalam kondisi kayak gitu, anak lagi mengalami masa krisis.
Baca juga:
'Bersyukurlah Jika Anak-anak Kalian Sehat, Nggak Bisa Diam Bergerak....'Ketika kita nggak memperhatikan
anak, Anas bilang bukan nggak mungkin anak jadi nggak percara sama lingkungan dan orang di sekitarnya. Tapi ingat, Bun. Untuk bertindak responsif, kita sesuaikan juga sama kebutuhan anak ya. Kalau memang anak menangis karena ngantuk, yuk ajak dia tidur.
Beda lagi kalau anak menangis karena tantrum gara-gara cari perhatian, kita responsif, tapi sesuaikan sama kebutuhan anak saat itu. Kita bisa cueki dia tapi tetap mengawasinya, misalkan seperti itu. Saat berkomunikasi sama anak, kita juga perlu pakai banyak variasi intonasi suara lho, Bun.
Anas bilang, usahakan kalau ngomong sama anak jangan kayak ngomong sama orang dewasa di mana ekspresi kita datar-datar aja. Sama anak, Anas bilang justru kita mesti ekspresif. Ya, walaupun ketemu tiap hari, tapi kita tetap menunjukkan ekspresi senang saat berinteraksi sama anak.
"Jadi kita banyak ngobrol sama anak, bahkan dari dia masih bayi. Dengan begitu,
anak merasa dunianya ramah," ujar Anas.
Baca juga:
Sudahkah Kita Jadi Orang Tua yang Dipercaya Anak? (rdn)