Somambawa, Nias Selatan -
Semua orang berharap punya kehidupan pernikahan yang membahagiakan. Tapi realita kadang begitu menyakitkan.
Suami tersayang pergi dan malah menikah lagi.
Ini adalah cerita Agustina. Seorang ibu yang tinggal di Somambawa, Nias Selatan.
Agustina menikah saat usianya 11 tahun. Kala itu dia dijodohkan dengan seorang duda beranak empat.
Beberapa tahun kemudian lahirlah anak pertamanya. Selama menikah, sang suami bekerja seadanya lalu selebihnya menghabiskan waktu dengan berjudi.
"Saya harus bekerja, kalau nggak kerja nanti makan apa," ucap Agustina saat ngobrol dengan HaiBunda di sela-sela kegiatan pemberian makanan tambahan program Tango Peduli Gizi Anak Indonesia.
Berturut-turut lahirlah empat anaknya yang lain. Anaknya yang ke-lima alias anak bungsunya sempat mengalami gizi buruk. Kondisi itu membuat si kecil bernama Petilina ini tidak bisa berjalan sampai berumur tiga tahun.
Sehari-hari Agustina pergi ke ladang yang jaraknya 5-10 km dari rumahnya. Karena tidak ada kendaraan, maka dia harus berjalan kaki ke ladang. Di ladang, dia mengurus tanaman ubi kayu, pisang, cokelat, dan kopi. Jika panen, ubi kayu satu karung harganya Rp 50 ribu. Sementara itu cokelat dan kopi per kilogram dihargai Rp 15-20 ribu.
"Kalau saya ke ladang, dia (Petilina) di rumah sendiri kalau kakaknya sekolah. Mau gimana lagi, nggak ada yang jagain. Sejak dia bayi begitu," papar Agustina dengan Bahasa Indonesia yang agak terbata-bata.
 Foto: Nurvita Indarini |
Biasanya di siang hari, Agustina pulang ke rumah. Saat itulah dia bisa memberi makan anaknya. Lalu di sore hari, dia kembali lagi berladang.
"
Suami saya sekarang sudah pergi. Katanya biar saja saya yang urus anak-anak. Nasib saya, ditinggal suami nikah lagi," ucap Agustina tidak bisa menyimpan sedih dan air matanya.
Kata dia, nggak ada maksud hati ingin menelantarkan anak sampai mengalami gizi buruk. Tapi terkadang pilihan yang terbentang rasa-rasanya sama-sama tidak menguntungkan.
Saat ini anak tertua Agustina berusia 9 tahun. Perjalanan masih panjang. Agustina nggak berani berharap banyak, tapi sebagai seorang ibu dia siap melakukan yang terbaik buat anak-anaknya. Setidaknya anak-anaknya bisa makan dan sekolah.
(rdn)