Jakarta -
Postpartum depression (PPD) atau
depresi pasca melahirkan adalah fenomena psikologis yang bisa terjadi pada ibu setelah melahirkan anak. Ketika ibu mengalami ini, apakah kelak dia bisa jadi kurang dekat dengan anaknya?
Bagi ibu baru yang mengalami depresi pasca melahirkan, kondisinya memang bisa lemah baik dari sisi fisik maupun psikologi. Depresi pasca melahirkan bisa membuat ibu kelelahan, cemas, murung, lesu dan takut kalau mereka nggak akan pernah bisa dekat dengan bayinya.
Untungnya, terapi dan pengobatan bisa membantu ibu mulai merasa seperti diri mereka lagi. Namun, sebuah penelitian baru menegaskan bahwa ketakutan seorang ibu akan ikatan dengan anak-anaknya karena mengalami depresi usai melahirkan nggak berdasar.
Tapi,
depresi pasca melahirkan bisa merusak hubungan ibu dengan anak-anaknya setelah mereka dewasa. Bahkan bisa membahayakan kemampuan ibu untuk terikat dengan cucu-cucunya kelak.
American Psychological Association memperkirakan satu dari tujuh ibu baru mengalami gejala depresi usai melahirkan. Namun, efek jangka panjang dari gangguan ini masih sedikit banget yang diketahui, Bun.
Untuk menggali lebih dalam masalah ini, Dr Sarah Myers dan tim dari University of Kent mengamati 305 ibu di Inggris dan AS, yang rata-rata berusia 60 tahun. Masing-masing wanita rata-rata punya 2 anak yang saat ini berusia 8-48 tahun. Diketahui juga banyak dari partisipan yang punya cucu.
Sarah dan tim menemukan wanita yang memiliki gejala depresi pasca melahirkan setelah kelahiran anak-anak mereka memiliki hubungan dengan anaknya yang berkualitas rendah. Terlebih ketika si anak dianggap lebih besar memicu depresi pasca melahirkan si ibu.
Lalu, semakin buruk gejala depresi, semakin sulit hubungan si ibu dengan anak-anak mereka, bahkan sampai dewasa. Dan ibu yang memiliki cucu dilaporkan merasa tidak terlalu dekat dengan cucu mereka juga.
"Kami berharap temuan ini akan mendorong pengembangan dan implantasi tindakan pencegahan untuk mengatasi depresi pasca melahirkan. Tidak hanya untuk memperbaiki hubungan ibu-anak tapi juga hubungan nenek dan cucu," kata Sarah dikutip dari Cafe Mom.
Meskipun sejumlah besar wanita didiagnosis dengan depresi pasca melahirkan setiap tahun, namun hanya sekitar 15-20 persen dari mereka yang benar-benar mendapatkan pertolongan. Ada beragam alasan kenapa ibu telat mendapat penanganan depresi. Dalam survei oleh Baby Center terhadap lebih dari 1.500 wanita, para ibu merasa bersalah dan percaya dengan stigma. Kesalahan informasi dan sulit mengidentifikasi gangguan yang dialami juga jadi alasan utama mereka.
Sehingga, Sarah menyarankan para ibu untuk nggak segan mencari bantuan ketika dirasa mereka mengalami depresi pasca melahirkan. Pasangan dan keluarga juga diharap bisa makin peka dengan perubahan yang dialami ibu pasca si kecil lahir. Karena, kalau
depresi pasca melahirkan nggak ditangani dengan baik, hubungan kita dengan anak bahkan cucu bisa terdampak nih, Bun.
(rdn)