Suzhou, China -
Semua ibu pasti akan melakukan apapun demi kesembuhan sang anak. Termasuk ibu asal China ini yang rela jadi karakter fiksi babi untuk mengumpulkan uang guna berobat sang anak.
Dalam kultur budaya di China, karakter fiksi babi (setengah manusia dan setengah babi) normalnya berhubungan dengan komedi atau slapstick. Namun, ibu dari Suzhou ini telah mengubah makna karakter babi Zhu Bajie atau Cu Pat Kai dari novel klasik Journey to the West menjadi makna baru di media sosial.
Ibu bernama Wu Xiue dan berumur 58 tahun ini rela berpakaian dengan karakter 'babi' dan berpose unik agar orang-orang tertarik berfoto dengannya. Upah foto itu ia kumpulkan untuk dana perawatan medis suami dan anaknya yang sakit mental. Sebuah video dirinya memakai pakaian babi berada di suatu taman di China jadi viral dalam suatu platform bernama Miaopai dan telah menjangkau kurang lebih 8 juta orang.
 Ibu yang berpakaian karakter Cu Pat Kai. Foto: Istimewa |
Untuk diketahui cerita novel klasik Journey to the West, atau yang biasa kita kenal sebagai Kera Sakti adalah sebuah cerita novel abad 16 yang banyak diadaptasi ke serial televisi. Bunda yang besar di era 90-an tentu nggak asing ya dengan serial televisi Kera Sakti yang antara lain menampilkan tokoh Sun Go Kong dan Cu Pat Kai.
Wu mengatakan pada media lokal bahwa ia tidak mampu membayar perawatan medis yang diperlukan keluarganya. Menurut Biro Statistik Nasional China, pekerja di Suzhou rata-rata hanya mendapatkan 5.514 yuan sebulan atau kurang lebih Rp 11 juta.
"Pada Sabtu dan Minggu saya bisa mengumpulkan 200 yuan atau Rp 400 ribuan. Ada kalanya saya bahkan tidak bisa menghasilkan beberapa sen, sementara anak saya berada di rumah sakit dan perawatannya bisa butuh biaya 3 hingga 4 ribu yuan atau sekitar Rp 8 juta per bulan. Saya lelah dan kesakitan tapi saya ingin menggunakan setiap napas saya untuk membuat anak saya lebih baik," ungkap Wu seperti dilansir BBC.
Putra Wu mengidap
skizofrenia dan kondisinya nggak stabil sejak usia 11 tahun.
"Ketika kondisinya membaik saya membawanya bekerja bersama saya. Saya melakukan beberapa usaha. Ketika tidak mendapat uang atau ditipu orang, penyakitnya makin serius dan saya telah membawanya ke 11 rumah sakit yang berbeda. Saya telah membawanya bertahun-tahun dan rasanya setelah 10 tahun ini saya sudah tidak bisa menolongnya," tambah Wu.
Namun ketika Wu berpakaian dengan karakter babi, dia optimistis bisa membawa anaknya berobat. Seorang perempuan penjual buah di taman yang sama mengatakan pada media lokal bahwa Wu punya cukup banyak masalah di rumah. Suaminya tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya karena mengidap sakit mental. Sang anak diketahui juga pernah melakukan kekerasan pada sang ibu karena penyakit yang dia alami.
Apa yang dilakukan Wu banyak mengundang simpati dari masyarakat, Bun. Dikutip dari China Christian Daily, berdasarkan penelitian, prevalensi
skizofrenia di China meningkat dua kali lipat tahun 1990 dan 2010 dengan tingkat yang sangat tinggi di area China modern.
Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr Eka Viora, SpKJ, skizofrenia bisa dialami siapa saja. Pada pasien skizofrenia yang terjadi adalah perubahan proses berpikir, perilaku, dan emosinya. Dilansir detikHealth, ciri-ciri umum yang kerap terlihat pada pasien skizofrenia misalnya bicara tak jelas, kehilangan identitas, mengalami halusinasi dan delusi serta tanpa ekspresi.
(rdn)