Sydney -
Ketika kembali bekerja setelah
cuti melahirkan, berbagai hal bisa dialami seorang ibu. Mulai dari sedih meninggalkan si kecil sampai kesal ketika ada komentar yang nggak mengenakkan. Ini pula yang dialami bunda dua anak, sebut aja namanya Sara, Bun.
Sara bercerita, saat bekerja setelah cuti melahirkan dia memang ada rencana mengajukan cuti untuk liburan. Sampai seorang teman berkata pada Sara kenapa dia mengambil cuti lagi setelah liburan panjang. Sontak, Sara dibuat kesal. Ya, di mata Sara dan pastinya para ibu, cuti melahirkan bukanlah sebuah ajang untuk menikmati liburan panjang.
"Saya tahu selama saya cuti pekerjaan saya terlimpahkan ke mereka. Jadi, pekerjaan mereka lebih banyak. Tapi saya rasa kata-kata itu nggak pantas diucapkan. Sebab, mereka nggak tahu apa yang dilakukan seorang ibu bekerja ketika cuti melahirkan," kata Sara kepada Pop Sugar.
Seakan menumpahkan isi hatinya, Sara bilang si teman pasti nggak pernah tahu gimana dia menghabiskan waktu 48 jam di RS untuk memantau kondisi bayinya yang kena pneumonia dan harus pakai oksigen. Selama seminggu pula Sara harus rutin mengecek suhu tubuh bayinya dan memperhatikan apakah dada si bayi naik turun untuk memastikan dia tetap bernapas.
Kata Sara, temannya itu juga nggak tahu dia masih harus bolak-balik ke RS untuk memantau berat badan sang anak karena si kecil susah menyusu. Si teman juga nggak tahu betapa sedihnya Sara ketika terpaksa membangunkan si kecil supaya menyusu. Belum lagi kalau berurusan dengan si kakak nih, Bun.
"Teman saya itu nggak tahu gimana kita bisa berdamai dengan balita yang merasa cemburu dengan adiknya dan gimana usaha keras kami memastikan pada anak pertama bahwa dia tetap dicintai meski sudah punya adik. Belum lagi kalau anak pertama kami kaget saat bangun tidur karena mendapati kenyataan kini ada adik bayinya," papar Sara.
Seperti ibu lain, permasalahan finansial dan manajemen waktu juga jadi tantangan buat Sara dan suaminya. Bahkan saat sudah masuk kerja Sara harus pulang tepat waktu. Bukan apa-apa, Sara mesti menjemput anaknya di daycare tepat waktu. Sampai Sara kembali bekerja pun dia masih terus memompa ASI dan kegiatan ini dia lakukan sepanjang hari saat cuti melahirkan.
"Saat cuti melahirkan saya nggak sedang main HP, berlibur ke suatu tempat dengan tenang atau nggosip dengan teman. Saya minta maaf karena sudah merepotkanmu tapi saya pastikan ketika kamu menjalani cuti melahirkan nanti, saya akan membayar semuanya. Ya, gantian saya yang akan mengerjakan tugasmu," tutur Sara.
Pastinya sebal banget ya, Bun, ketika apa yang kita lakukan selama cuti melahirkan dianggap sebelah mata. Dikira kita berlibur dan bersenang-senang padahal nyatanya kita berkutat dengan si kecil yang baru lahir. Seperti kita tahu mengurus bayi pasti melelahkan. Bicara soal cuti melahirkan, ini ada kaitannya dengan kesehatan si kecil lho.
Arijit Nandi, peneliti dari McGill University di Montreal, Kanada, mengatakan
cuti melahirkan berdampak besar baik untuk bayi maupun sang ibu. Untuk tiap satu bulan cuti melahirkan yang diambil, risiko kematian bayi berkurang 13 persen. Arijit menambahkan semakin panjang cuti melahirkan yang diambil ibu, semakin kecil risiko kematian bayi.
"Pada ibu yang mengambil cuti melahirkan selama 6 bulan, angka kematiannya hanya 8 bayi dari 1.000 kelahiran hidup. Cuti melahirkan bermanfaat untuk mengurangi risiko depresi pasca melahirkan, melancarkan produksi air susu ibu, dan membuat bayi lebih rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan imunisasi," tutur Arijit dikutip dari Reuters.
(rdn)