Jakarta -
Masalah dalam rumah tangga bermacam-macam, salah satunya
perselingkuhan. Nah, apakah perselingkuhan lebih rentan terjadi ketika hubungan suami dan istri buruk?
Menurut Deny Hen MM CLC, founder 'Pembelajar Hidup' sekaligus life and marriage coach, hubungan suami istri yang buruk bisa terjadi ketika satu pihak merasa ada masalah dan ingin menyelesaikannya dengan cepat. Sedangkan, pasangan merasa semua baik-baik saja alias nggak ada masalah. Selain itu, hubungan buruk antara suami istri bisa terjadi ketika keduanya mulai merenggang.
"Kalau hubungan kita baik, kesalahan kecil pun ditoleransi. Kita contohkan pulpen, saat pulpen kita dipinjam sama teman kita dan dia lupa balikin kita merasa ya udahlah buat dia aja," tutur Deny dalam Peluncuran dan Bincang Buku 'The Great Marriage' di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
 Perselingkuhan Lebih Rentan Terjadi Saat Hubungan Pasutri Buruk?/ Foto: thinkstock |
Tapi kalau hubungan kita tidak baik dengan pasangan, maka apapun jadi masalah. Ditambah, belakangan ini banyak terjadi kasus perselingkuhan yang membuat rumah tangga makin runyam. Dalam kasus ini, Deny mengatakan saat ada perselingkuhan dalam sebuah rumah tangga, biasanya itu tak muncul atau berdiri sendiri. Pasti ada masalah yang mendasari terutama hubungan si suami dan istri.
"Bisa karena nggak puas satu sama lain atau merasa bosan dengan pasangan dan lain-lain. Maka itu, masalah ini sebenarnya bisa kok dicegah dari awal. Makanya ketika hubungan dirasa memburuk harus cepat diatasi, jangan tunggu efek-efek negatifnya dulu baru diselesain," tambah Deny.
Kata psikolog klinis dewasa dari Psychological Service Centre and Laboratory Bina Nusantara University Pingkan Rumondor, pada prinsipnya perselingkuhan bisa terjadi karena nggak terpenuhinya kebutuhan dan standar atau dengan kata lain kepuasan hubungan buat si pasutri. Terus, perselingkuhan bisa terjadi karena kurangnya investasi (apa yang udah dilakukan seseorang untuk pasangan) dalam hubungan dan tingginya kualitas alternatif (pilihan lain yang lebih 'menarik' untuk seseorang).
"Untuk itu, kita bisa menjaga komitmen dengan menyediakan waktu untuk mendengarkan dan mengamati kebutuhan pasangan terus berusaha untuk memenuhinya. Jangan segan untuk sesekali berkorban untuk pasangan, misal membelikan hadiah yang cukup mahal, 'mengorbankan' weekend atau cuti untuk menghabiskan waktu dengan pasangan," kata Pingkan.
Namun jika
perselingkuhan sudah terlanjur muncul dalam rumah tangga, jangan langsung ambil jalan cerai, Bun. Deny berkata, jangan kehilangan harapan dan mulai coba dari bicarakan masalah ini ke pasangan.
"Coba katakan ke pasangan contohnya, 'Saya sakit hati karena kamu selingkuh, karena saya butuh kamu memilih saya sebagai satu-satunya pasangan kamu'. Ya, sebenarnya, pasangan kita sadar bahwa kita butuh itu tapi kalau terus menerus berargumen soal masalahnya, yang ada nggak akan selesai. Karena itu perlu adanya salah satu yang bicara 'halus' dan mengalah," papar Deny.
(aml/rdn)