Jakarta -
Bicara soal pendidikan anak terutama
biaya masuk sekolah bukan nggak mungkin bikin orang tua was-was ya, Bun. Termasuk saat menyisihkan pendapatan, baiknya disatukan dengan tabungan lain nggak ya?
Untuk kapan orang tua perlu menyiapkan biaya pendidikan anak terutama biaya masuk sekolah, menurut financial planner dari PT Mitra Rencana Edukasi, Sari Insaniwati, CFP, untuk menyiapkan dana pendidikan anak sebenarnya nggak ada patokan kapan mulai disiapkan, Bun. Tapi, pastinya makin dini disiapkan makin ringan besaran dana yang perlu disisihkan.
"Jadi boleh aja menyisihkan
dana pendidikan anak sejak anak lahir maupun setelah agak besar. Untuk dana pendidikan, bisa masuk dalam alokasi tabungan atau investasi, disarankan minimal 10 persen dari pendapatan," kata Sari saat ngobrol dengan HaiBunda.
Untuk cara menyisihkan biaya masuk sekolah anak menurut Sari, perencana keuangan biasanya menyarankan untuk menyisihkan biaya masuk sekolah anak melalui investasi, misalnya dana pendidikan yang pastinya sesuai dengan tujuan keuangan keluarga. Soalnya, ini akan berpengaruh untuk menentukan kapan dana akan dipakai dan berapa biaya yang diperlukan.
 Ilustrasi investasi untuk persiapan biaya masuk sekolah anak/ Foto: iStock |
Sari mencontohkan, untuk biaya pendidikan, biasanya diperlukan biaya yang cukup besar kalau anak masuk ke sekolah swasta berbiaya mahal atau masuk kuliah. Untuk itu, disarankan orang tua mencari tahu biaya masuk sekolah tersebut saat ini dan kapan akan diperlukan.
"Misal, anak akan masuk kuliah 10 tahun lagi dengan biaya kuliah saat ini dan biaya hidup selama 4 tahun Rp 100 juta. Diperkirakan kenaikan biaya 5 persen tiap tahun. Sehingga, biaya yang dibutuhkan saat masuk kuliah sebesar Rp 163 juta. Karena waktu masih lama, maka bisa dipilih produk investasi jangka menengah dan panjang, seperti emas, obligasi, dan reksadana," tutur lulusan PPM School of Management ini.
 Ilustrasi investasi untuk persiapan biaya masuk sekolah anak/ Foto: iStock |
Dengan perkiraan return atau bagi hasil sebesar 8 persen per tahun, maka dana yang harus disisihkan Rp 937 ribu per bulan. Atau contoh lain, anak akan
disekolahkan di SMA swasta 2 tahun lagi dengan biaya masuk Rp 25 juta. Kata Sari, kenaikan biaya masuk sekolah 10 persen per tahun. Sehingga, 2 tahun lagi biayanya menjadi Rp 30.250.000.
"Karena kebutuhan jangka pendek, maka dana disimpan dalam tabungan berjangka atau tabungan pendidikan dengan return per tahun. Sehingga dana yang disisihkan Rp 537.500 per bulan," kata Sari.
Agar tidak tercampur dengan kebutuhan lain, Sari menyarankan baiknya
dana pendidikan disimpan terpisah supaya tidak bergabung dengan keuangan lainnya, Bun.
(rdn/nwy)