moms-life

Lanjutkan Hidup Saat Harus Jadi Single Mother

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Minggu, 25 Nov 2018 06:59 WIB

Jakarta - Menjadi single mother bukanlah hal mudah. Butuh ketangguhan dan dukungan keluarga untuk bisa menjadi ibu sekaligus ayah dalam sebuah rumah tangga. Pastinya nggak kebayang ya, Bun, apa yang harus dilakukan saat harus jadi orang tua tunggal.

Ketika bercerai, tentu ada fase kehidupan yang berubah. Jika biasanya segala sesuatu dilakukan berdua, kini mesti ditangani sendiri. Tapi demi anak-anak, pastinya Bunda akan berusaha melakukan yang terbaik bukan?


Dilansir Parents, berikut ini tiga hal yang bisa dilakukan saat harus menjadi single mother. Semoga bisa membantu, Bunda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Berusahalah berdamai dengan masa lalu

Ketika perceraian baru terjadi, berbicara dengan mantan mungkin akan menyakitkan. Satu sama lain masih diliputi emosi. Walau demikian, tetaplah berusaha untuk berdamai karena ini juga demi anak-anak.

"Kita memiliki kewajiban kepada anak-anak untuk tetap ramah, atau setidaknya sopan dengan mantan pasangan," kata M. Gary Neuman, konsultan perkawinan dan penulis Helping Your Child Cope with Divorce the Sandcastles Way.

Hindari pula berkata kasar terhadap mantan pasangan. Walau kenyataannya, kita dihadapkan pada situasi mantan pasangan yang tidak kunjung muncul dan melepaskan begitu saja tanggung jawab terhadap anak, dengan tidak memberi nafkah finansial dan membuat hidup jadi sengsara. Hal ini disetujui Susan Bartell, PsyD, penulis Mommy or Daddy: Whose Side Am I On? bahwa kita tidak boleh menjelek-jelekkan mantan pasangan di depan anak. Karena apapun kekurangannya, anak-anak akan tetap mencintai ayah mereka.

Mungkin hal ini memang mudah diucapkan daripada dilakukan. Tapi, bukan berarti tidak bisa sama sekali. Jadi, berusahalah sekeras mungkin berdamai dengan masa lalu. Selain itu, Bunda juga harus menjaga diri dari berkomentar negatif kepada teman, ibu, atau tetangga tentang mantan suami, karena khawatir bisa didengar oleh anak.

2. Move on

Setelah menjadi orang tua tunggal, Bunda akan menemukan banyak hal tentang diri sendiri, yang bahkan tak Bunda sadari ketika menikah. Bunda bisa menjadi seorang yang mandiri dan berprestasi, bisa menjalankan rumah tangga, mempunyai gaji sendiri, merawat anak dengan sangat baik. Anak-anak pun akan menjadi lebih bertanggung jawab dan berempati.

"Anak-anak tumbuh dengan baik selama orang tua mencintai mereka dan membesarkan mereka dengan penuh pertimbangan," kata dr Susan.

Itulah sebabnya, penting untuk seorang wanita tidak larut dalam kesedihan. Bergerak dan membangun diri sendiri lebih utama dari pada terus memikirkan rumah tangga yang sudah retak. Selain itu, sesibuk apapun seorang single mother, harus tetap luangkan waktu untuk memperhatikan anaknya. Memang tidak mudah menjalaninya begitu saja, namun dengan kesabaran dan niat yang tulus, percayalah semua akan baik-baik saja.

3. Mulailah kencan baru

Ilustrasi kencanIlustrasi kencan Foto: iStock


Ketika tidak terobsesi lagi dengan hubungan bersama mantan suami, artinya Bunda siap untuk melanjutkan hidup. Tapi, menemukan pria yang baik kadang
rasanya seperti mendaki Gunung Everest. Kita membutuhkan lebih dari sekadar kompas untuk menemukan jalannya.

"Seseorang siap untuk kembali memulai hubungan, ketika dia tidak merasa membutuhkan seorang pria, tetapi lebih ke arah merasa menginginkannya," kata Sharon McKenna, penulis Sex and the Single Mom.

Dalam hal ini, Bunda pastinya harus tetap menjaga perasaan anak. Sebagai orang tua tunggal, kita harus hati-hati ketika akan memasukkan orang baru dalam hidup kita. Mungkin akan sangat menyenangkan menemukan sosok ayah untuk anak, tetapi tidak semua pria yang Bunda kencani memenuhi syarat untuk mendapat peran tersebut. Jangan kenalkan anak pada pada pria di kencan pertama, walau Bunda menyukainya dan dia terlihat berpotensi. Ini bisa membuat anak kurang nyaman.

"Sangat penting untuk memberi tahu anak kebenaran tentang kehidupan sosial kita, tetapi beri dia versi yang dapat dia pahami yang tidak akan membuatnya khawatir," kata Pepper Schwartz, PhD, profesor sosiologi di University of Washington di Seattle.


Lebih lanjut, Pepper menyarankan untuk bersikap jujur pada anak, misal ketika Bunda ingin menemui seorang teman, katakan saja tak perlu ditutupi. Pada awalnya mungkin akan canggung, tapi lambat laun, anak pun akan mengerti bahwa orang tuanya juga butuh pasangan.

Setelah Bunda menjalani hubungan setidaknya selama tiga bulan, dan merasa yakin dengan perasaan Bunda. Mungkin itulah saatnya untuk mempertimbangkan untuk memperkenalkan sang calon kepada anak. Perkenalan pun harus diatur secara baik, agar anak tidak terlalu kaget. (yun)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT