Jakarta -
Istilah stay-at-home dad atau
bapak rumah tangga kini semakin populer. Pergeseran zaman perlahan mengubah persepsi bahwa seorang ayah sejatinya bertugas mencari nafkah, atau bekerja di luar rumah. Tapi saat ini, nggak sedikit kepala keluarga yang turut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Termasuk pasangan Bunda kah?
Ya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganut budaya patriarki, di mana pekerjaan rumah tangga dianggap tugas seorang istri. Kenyataan 'zaman now', Ayah seakan dituntut bisa membantu meringankan beban Bunda di rumah seperti mencuci piring, menjemur pakaian, menyetrika, juga memasak.
Terlebih, jika Bunda dan Ayah sama-sama bekerja, tidak punya asisten rumah tangga (ART), kemudian si kecil dititipkan ke orang tua atau day care. Ketika pulang kerja, tentunya segala pekerjaan rumah tangga yang menumpuk harus diselesaikan bersama.
Dilansir
detikcom, seorang bapak rumah tangga di Tangerang Selatan, Geraldo Oryza Rasjid, mengaku semakin terbiasa membantu sang istri mengurus pekerjaan rumah. Ia bahkan sangat menikmati keseharian bersama buah hati tercinta.
"Kita jadi tahu betul tahapan perkembangan anak secara langsung, tidak sekedar tanya istri gimana anak di sekolah, hari ini ngapain. Dan saya baca ada penelitian yang menunjukkan, ayah yang terlibat mengurus anaknya dapat meningkatkan kecerdasan anak," aku Geraldo.
Ayah yang berprofesi musisi dan hanya bekerja setiap akhir pekan ini menegaskan, jadi bapak rumah tangga bukanlah aib atau hal yang tabu. Ia bahkan memfasilitasi berdirinya Bapak Rangkul, komunitas yang mendorong pria untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak dan berbagi peran dengan pasangan dalam rumah tangga.
Sementara di Amerika Serikat (AS), dikutip dari Parents, dilaporkan Biro Sensus AS pada 2005, jumlah
bapak rumah tangga mencapai 98 ribu orang. Dan sekarang, jumlah tersebut sudah mendekati angka 2 juta dan terus meningkat.
"Bapak rumah tangga masih dianggap sebagai spesimen langka," kata Barack Levin, penulis The Diaper Chronicles yang juga seorang bapak rumah tangga.
Levin menambahkan, anggapan tersebut membuat seorang ayah jadi merasa kecil hati, terlebih saat transisi dari pekerja menjadi bapak rumah tangga. Menurut dia, abaikan saja apapun yang dikatakan orang tentang keputusan ayah menjadi stay-at-home dad.
"Saat meilhat seorang pria menjadi bapak rumah tangga, tak sedikit orang yang langsung berpikiran bahwa orang tersebut adalah pengangguran pecundang. Jadi, bapak rumah tangga harus nyaman dengan keputusan dan jangan biarkan itu memengaruhi kehidupan kita," tegas Levin.
(muf/rdn)