Jakarta -
Artis
Zaskia Adya Mecca membeberkan, tiga dari empat anaknya memiliki riwayat penyakit asma dari suaminya,
Hanung Bramantyo. Bahkan, ketika penyakit tersebut menyerang anaknya, Zaskia akui merasa lebih sakit.
"Anak sakit, kita lebih sakit sih rasanya. Biasanya kalau anak sakit merentet, ujung-ujungnya antara aku atau Mas Hanung ada yang tumbang karena begadang, ganti-gantian." tutur Zaskia, dikutip dari
InsertLive.
Pemain film
Ayat-Ayat Cinta ini mengungkapkan, betapa panik saat penyakit asma sang anak kambuh. Penyakit tersebut juga membuat mereka harus bolak-balik ke rumah sakit.
"Dari yang panik, kini kalau anak kumat udah tahu cara ngatasinnya. Kalau anak lain yang batuk pilek itu biasa aja, tapi kalau anak asma itu ya bahaya, karena mereka tersiksa. Ya paling pusing lah kalau anak sakit begitu." ungkap wanita 31 tahun ini.
Ia pun membeberkan, saking tidak teganya dengan kondisi sang buah hati, membuat suaminya rela pulang ke Jakarta, meski tengah berada di luar kota maupun luar negeri. Hal ini karena dia dan Hanung sangat mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya.
"Ya kalau sakit, udah khawatir, Mas Hanung pun kalau lagi di Yogya atau di luar negeri pun, kalau denger anaknya kumat, pasti langsung pulang." sambungnya.
Ketika si kecil sakit, pastinya orang tua dilanda panik ya, Bun. Karena pada dasarnya, tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya sakit. Menurut psikolog edukasi mental Retno Dewanti Purba, yang akrab disapa Neno, ketika menghadapi si kecil yang sedang sakit cukup berat, orang tua bisa mengalami
secondary trauma stress lho.
"
Secondary trauma stress adalah kondisi yang dialami seseorang yang sedang mendampingi orang lain, yang sedang mengalami stres, misal karena sakit kronis. Dan pada akhirnya, kita ikut kena stres juga," kata Neno.
Menurut Neno, ciri
secondary trauma stress antara lain merasa gamang, mudah nangis, dikuasai perasaan negatif, merasa lelah mental, lesu, lelah fisik dan merasa gagal. Produktivitas juga menurun dan merasa tidak punya harapan.
Karena itu, orang tua juga harus memiliki kepekaan terhadap kondisinya sendiri. Mengenali kapan kita mulai
stres dan harus minta bantuan, serta membuka diri terhadap pihak lain.
"Coba
mapping terhadap orang-orang dalam lingkungan terdekat. Bentuk safety net yang siap mengulurkan tangan di saat kita perlukan. Baik itu dukungan mental atau psikologis, maupun finansial," tutur Neno.
(yun)