Jakarta -
Mengurus anak bukanlah pekerjaan mudah, terlebih jika dilakukan seorang diri satu oleh seorang single parent. Hal inilah yang dialami, Jeffrey Ong,
single father yang merupakan ayah daru Defrey Adipratama, salah satu anak penyandang
down syndrome.
Sejak meninggalnya sang istri, Ade Rusdianti pada 5 Februari 1997 silam, kehidupan Jeffrey berubah. Sang istri yang selama ini menemaninya mengurus Defrey telah pergi untuk selamanya.
"Tidak mudah, apalagi di awal-awal waktu ibu Defrey baru meninggal. Saya merasa semuanya sekarang harus dilakukan sendiri, tidak ada teman berbagi, tidak ada back up, dan tidak ada yang support," ujar Jeffrey dalam wawancara eksklusif bersama
Haibunda.
Meski begitu, Jeffrey tidak mau terus terpuruk dan berusaha untuk bangkit demi sang anak yang saat itu baru berusia 7 tahun. Untunglah, dukungan dari keluarga besar, teman-teman, dan sesama orang tua dari anak berkebutuhan khusus kembali membuatnya semangat.
Jeffrey Ong dan Defrey/ Foto: dok.pribadi |
"Saya merasa beruntung punya keluarga, baik keluarga almarhum istri dan keluarga saya yang sangat suportif. Sahabat dan orang tua anak special needs juga mendukung saya, tidak ada yang bersikap negatif. Karena dukungan semua orang akhirnya membesarkan hati saya untuk selalu percaya kalau saya itu enggak sendiri dan bikin saya jauh lebih kuat," tuturnya.
Mulai mengurus Defrey sendirian bukan tugas mudah bagi Jeffrey. Baginya, tantangan terbesar adalah mencari orang yang bisa dipercaya yang bisa membantunya menjaga dan memenuhi kebutuhan sang anak saat dirinya bekerja.
"Jadi saya butuh orang yang bisa dipercaya untuk bisa bantu Defrey di rumah dan mengantar dia ke mana-mana saat saya kerja. Saya bersyukur ada asisten rumah tangga yang ikut saya sejak dia masih gadis, menikah, dan punya anak masih mau membantu kami sampai sekarang. Dia sudah jadi seperti keluarga saya yang bisa saya percaya," kata Jeffrey.
Jeffrey Ong dan Defrey/ Foto: dok.pribadi |
Namun, tantangan baru muncul semakin bertambahnya usia Defrey yang tahun ini genap berumur 29 tahun. Bagi Jeffrey, tantangannya sekarang makin kompleks. Bukan hanya dari segi kesehatan seperti waktu masih kecil. Mengajarkan dia belajar bertanggung jawab, mandiri, dan berinteraksi dengan orang lain adalah tantangan baru Jeffrey sebagai seorang single father.
"Saat dia dewasa seperti sekarang, saya tetap jaga kesehatannya. Misalnya, dia sering saya ajak nge-gym atau melakukan kegiatan outdoor. Saya pernah ajak Defrey ke Dieng dan Bromo, selain baik untuk kesehatan fisik, saya mau ajarkan dia tentang perjuangan mencapai sesuatu seperti saat kita mendaki di Dieng. Saya ingin Defrey belajar bahwa sesuatu itu tidak mudah didapat dan harus diperjuangkan," kata Jeffrey.
"Selain itu saya juga mau mengajarkan dia untuk bisa berinteraksi dengan siapapun dan membangun kemampuan komunikasinya. Karena umumnya anak down syndrome punya kesulitan untuk bicara dengan jelas," sambungnya.
Sebagai seorang ayah, Jeffrey memiliki harapan khusus untuk sang anak dan juga masyarakat. Ia berharap Defrey bisa tumbuh jadi sosok yang mandiri dan bermanfaat untuk orang banyak. Kemudian, Jeffrey berharap masyarakat bisa menerima dan menghargai perjuangan hidup Defrey juga anak down syndrome lain yang baginya tidak mudah.
"Saya berharap Defrey bisa mandiri, mendapatkan penghasilan sendiri dan tidak bergantung dengan orang tua. Nah, kemandirian dari
anak berkebutuhan khusus itu kan relatif, tidak bisa disamakan dengan kemandirian anak biasa. Saya berpikir, kemandirian dia pasti akan terus bergantung pada orang tuanya. Paling tidak, Defrey bisa mengurus dirinya sendiri dan bisa berinteraksi dengan orang lain. Lalu masyarakat juga menerima," katanya.
Lebih lanjut, Jeffrey berharap banyaknya kegiatan kursus yang diikuti Defrey bisa memberi kesempatan bagi putranya untuk bisa bekerja. Meskipun sampai sekarang salah satu hak-hak itu belum bisa terwujud di masyarakat, Jeffrey berharap pemerintah bisa membuka pelatihan keterampilan bekerja untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Karena pada dasarnya, kursus yang dia berikan pada Defrey hanyalah kemampuan dasar yang tidak berkaitan dengan keterampilan persiapan bekerja.
Jeffrey Ong dan Defrey/ Foto: dok.pribadi |
Di hari down syndrome sedunia yang jatuh pada 21 Maret ini, Jeffrey menyampaikan beberapa pesan bagi orang tua di luar sana yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk bisa berbesar hati menerima dan membantu anak untuk terus melanjutkan hidupnya.
"Jangan pernah kecil hati, meskipun anak kita
berkebutuhan khusus, percayalah mereka pasti punya kemampuan yang tidak dimiliki anak-anak lain. Yang terpenting kita sebagai orang tua, harus mendukung mereka untuk mengoptimalkan kemampuannya hingga pada akhirnya bisa membuka kesempatan pada mereka di masa depan nanti," kata Jeffrey.
"Untuk Masyarakat agar bisa lebih menghargai, bahwa
anak down syndrome ini adalah ciptaan Allah, pasti ada maksud mereka diciptakan. Mereka juga punya hak untuk bermasyarakat dan bisa memberikan kontribusi pada masyarakat. Saya harap masyarakat bisa mengapresiasi apa yang telah dicapai oleh anak-anak ini," tutup Jeffrey.
[Gambas:Video 20detik]
(ank/rdn)