Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Ibunda Sri Mulyani Jadi Profesor Sambil Membesarkan 10 Anak

Maya Sofia   |   HaiBunda

Jumat, 22 Mar 2019 17:00 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani selalu mengingat kata-kata yang pernah diucapkan sang ibunda soal perempuan. Apa ya, Bun?
Menteri Keuangan Sri Mulyani/ Foto: Hendra Kusuma/detikFinance
Jakarta - Bunda, pasti sudah familiar dengan nama Menteri Keuangan Sri Mulyani. Perempuan yang dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets ini punya segudang prestasi lho. Sebagai contoh, Sri Mulyani didapuk sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes 2008 hingga wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia.


Nah, ternyata kesuksesan Sri Mulyani tak lepas dari didikan sang ibunda, almarhumah Prof. Dr. Retno Sriningsih Satmoko. Menurut Sri Mulyani, sang bunda bukan sekadar ibu rumah tangga biasa dengan sepuluh anak.

"Ibu saya adalah profesor doktor di bidangnya. Saya baru dengar ceritanya karena ternyata ibu saya pernah diwawancara di salah satu surat kabar lokal Semarang," ujar Sri Mulyani dalam acara Accenture's International Women's Day (IWD) 2019 di Jakarta, Jumat (22/3/2019).

Saat diwawancara oleh surat kabar lokal tersebut, lanjut Sri Mulyani, almarhumah Retno Sriningsih diminta pendapatnya mengenai perempuan. Ketika itu, Retno mengatakan meski memiliki 10 anak, ia tetap ingin mengejar karier dan pendidikan.

"Saya sudah SMA, beliau masih menulis disertasi. Saya lulus sarjana, beliau baru akan lulus doktornya," kata perempuan 56 tahun ini.

"Waktu saya masih belajar statistik, beliau sudah belajar statistik. Saya belajar komputer, beliau belajar komputer, programming. Hebat juga ibu saya ini," lanjutnya.
Menteri Keuangan Sri MulyaniMenteri Keuangan Sri Mulyani/ Foto: detikcom
Namun, Sri Mulyani sempat patah hati ketika tahu ibunya pernah diremehkan. Hal tersebut terjadi saat sang ibu memasukkan penelitian di sebuah universitas. Meski nilai sang ibu bagus, penelitian yang diajukan ke tingkat nasional justru milik mahasiswa laki-laki karena perempuan dianggap bukan prioritas.

"It's broken heart saya baca itu," tuturnya.

Kemudian dalam wawancara itu, sang ibunda juga ditanya mengenai perannya sebagai perempuan, istri, sekaligus ibu. Sri Mulyani sedikit menerangkan bahwa dalam komunitas Jawa, ada dua hal yang sangat melekat pada perempuan. Pertama, perempuan dianggap sebagai konco wingking atau teman di belakang saja. Kemudian yang kedua, perempuan dianggap sebagai garwo atau sigarane nyowo, yang berarti belahan hati.

"Ibu saya mengatakan, 'Kalau saya, untuk saya, dalam kasus saya, saya menganggap perempuan adalah garwo, bukan konco wingking.' Saya selalu ingat quotation itu," katanya.

Dalam setiap forum mengenai kesetaraan perempuan, Sri Mulyani juga selalu mengibaratkan laki-laki dan perempuan sebagai sepatu kiri dan kanan.

"Kalau sepatu kiri saya haknya tujuh senti, satunya satu senti, aku enggak enak berdirinya pasti jalannya jingklok-jingklok," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia.

"Just look at your shoes. You don't like to see the shoes yang different heels-nya. If country, society-nya badan kita, the whole country, society akan mendapatkan support yang bagus. Akan bisa lari kencang, bisa melakukan banyak aktivitas kalau sepatu haknya sama."

Membaca kisah ibunda Sri Mulyani, rasanya sangat haru sekaligus menginspirasi ya, Bun. Meski memiliki anak sepuluh, Retno Sriningsih tetap tak melupakan pendidikan. Apakah saat ini Bunda juga ingin melanjutkan pendidikan seperti ibunda Sri Mulyani? Bisa banget lho, Bun. Tapi ingat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika Bunda memutuskan kembali ke bangku kuliah.

Mengutip Working Mother, salah satu tantangan yang harus diperhatikan Bunda ketika memutuskan kembali kuliah adalah jujur pada anak. Ketika mulai kuliah lagi, waktu Bunda akan tersita untuk mengerjakan tugas kuliah dan menghadiri kelas. Beri penjelasan pada anak mengenai aktivitas kuliah Bunda sehingga mereka bisa memahami.


Kemudian, pastikan Bunda mengatur jadwal seefektif mungkin. Upayakan memilih kelas yang memungkinkan Bunda bisa tetap menjalankan tugas mengurus anak. Terakhir, pastikan memilih bidang pendidikan yang sesuai dengan tujuan hidup. Apakah bidang pendidikan yang diambil bisa mendongkrak karier Bunda atau bahkan membantu mempermudah pekerjaan saat ini.

[Gambas:Video 20detik]



(som/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda