Jakarta -
Praktik sudah banyak diterapkan para pria demi alasan kesehatan. Bicara tentang sunat, di masyarakat disebutkan disunat atau tidaknya seorang pria berpengaruh pada aktivitas
bercinta.
Di kalangan profesional, pria disunat dan tidak disunat menjadi masalah kesehatan seksual yang diperdebatkan. Sebab, sunat disebut memengaruhi kenikmatan seksual dan kebersihan organ intim pria.
"Di negara-negara maju, pria disunat atau tidak, tidak terlalu dipermasalahkan," kata Karen Boyle, M.D., direktur kedokteran reproduksi pria dan pembedahan di Chesapeake Urology Associates di Baltimore, mengutip
Shape.
Menurut Boyle, sunat seringkali menjadi bagian ritual keagamaan, sehingga umum dilakukan pada anak laki-laki yang baru lahir di beberapa negara. Selain itu, sunat juga menjadi pencegahan dari AIDS.
Para ahli menyampaikan pendapatnya tentang pro kontra sunat dan kaitannya dengan melakukan 'ehem'.
1. Sensitivitas priaMayo Clinic menuliskan sunat merupakan operasi pengangkatan kulup, jaringan yang menutupi kepala penis. Menurut penelitian, ketika disunat, sampai setengah dari kulit penis yang kemungkinan mengandung neuroreseptor sentuhan halus yang sangat responsif terhadap sentuhan ringan, dihilangkan.
"Sunat tidak memengaruhi dorongan atau fungsi seksual pria. Sebuah penelitian di Denmark menemukan peluang pria untuk mengalami ejakulasi dini atau masalah ereksi tidak dipengaruhi oleh status sunat mereka," kata Boyle.
Sedangkan, sebuah penelitian di Michigan State University menemukan bagian paling sensitif dari penis pria yang disunat yakni pada luka sunatnya.
"Setelah disunat kelamin pria melindungi dirinya sendiri, seperti menumbuhkan kalus pada kaki Anda, tetapi pada tingkat yang lebih rendah," kata Darius Paduch, MD, Ph.D., ahli urologi dan spesialis pengobatan seksual pria di NewYork -Presbyterian / Weill Cornell Medical Center.
Ini berarti ujung saraf lebih jauh dari permukaan dan karenanya, mungkin kurang responsif.
2. Kesenangan wanita Kalau ada yang bertanya, bagaimana pendapat wanita tentang 'ehem' dengan pria yang disunat atau tidak bisa berpengaruh pada kenikmatannya, hingga kini belum ada jawaban yang jelas.
Tapi, sebuah penelitian dari Denmark menemukan wanita dengan pasangan yang disunat memiliki kemungkinan dua kali lebih besar mengakui ketidakpuasan ketimbang wanita yang pasangannya tidak disunat, tetapi penelitian lain menunjukkan sebaliknya.
"Ketika kulup yang tidak disunat menarik kembali, kemungkinan akan berkumpul di sekitar pangkal penis, ini memberikan sedikit gesekan ke klitoris dan akan berperan bagi kesenangan wanita yang memiliki pola gairah ketika
klitorisnya dirangsang," kata Paduch.
Ilustrasi sunat/ Foto: thinkstock |
3. Perempuan mengalami nyeriPenelitian di Denmark menyebutkan wanita dengan pasangan yang disunat juga tiga kali lebih mungkin mengalami rasa sakit saat berhubungan seksual ketimbang wanita dengan pasangan yang tidak disunat.
"Kulit kulup pria yang tidak disunat lebih licin. Jadi, mungkin beberapa wanita yang bermasalah dengan pelumasan vagina bisa sedikit terbantu," kata Paduch.
4. Kebersihan
Dengan disunat, kebersihan area penis lebih terjaga. Menurut Supriya Mehta, Ph.D., seorang ahli epidemiologi di University of Illinois di Chicago, wanita bisa lebih menikmati hubungan intim dengan pria yang disunat karena kebersihan, bukan karena perbedaan anatomi yang sebenarnya.
5. Risiko infeksiSeiring dengan faktor kebersihan, ketika seorang pria tidak disunat, uap air dapat terperangkap di antara penis dan kulit kulupnya. Sehingga, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berinkubasi.
Sehingga, saat suami tidak disunat, istri berisiko lebih besar mengalami vaginosis bakteri. Pria yang tidak disunat juga lebih mungkin menularkan infeksi yang mereka miliki, termasuk infeksi jamur, ISK atau Infeksi Saluran Kemih, dan Penyakit Menular Seksual (terutama HPV dan HIV).
Mary Jane Minkin, MD, dari Yale School of Medicine, mengatakan melakukan 'ehem' dengan pasangan yang tidak
disunat bisa membebani diri sendiri.
"Karena pria yang belum disunat lebih mudah terserang penyakit seksual, sehingga mereka lebih mudah menularkannya juga pada pasangan," tegas Minkin seperti dikutip dari
detikcom.
(rdn/rdn)