Jakarta -
Sudah lima bulan,
Ifan 'Seventeen' ditinggal sang istri, Dylan Sahara untuk selama-lamanya. Dylan merupakan salah seorang korban musibah tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Desember 2018 lalu.
Tahun ini menjadi kali pertama bagi pemilik nama asli Riefian Fajarsyah ini menjalani Ramadhan tanpa istri tercinta. Meski tak ada lagi sosok istri yang membangunkannya untuk sahur dan menyiapkan menu berbuka puasa, Ifan mengaku tak ada hambatan saat berpuasa kali ini.
"
Alhamdulillah lancar.
Insya Allah lancar," ujar Ifan dikutip dari
Insertlive.
Meski demikian, Ifan tak memungkiri bahwa ia masih menyimpan rindu pada sang istri. Apalagi, sudah tak ada lagi sosok Dylan yang akan menemaninya saat Lebaran nanti.
"Rindu lah pasti," ucap pria kelahiran Yogyakarta ini.
Untuk meluapkan rasa rindu itu, Ifan akan tetap mudik ke kampung halaman sang istri, di Ponorogo. Hal ini merupakan bentuk cinta pria berusia 36 tahun tersebut terhadap Dylan.
"(Lebaran) di Ponorogo, menemani istri," katanya.
Merasakan kesedihan mendalam, seperti
berduka atas kehilangan orang tersayang merupakan salah satu bentuk emosi. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan emosi, namun ketika dirasa mulai berlebihan, kita patut mengendalikannya.
Dalam ulasan di
Psychology Today, menurut psikolog klinis Leslie Becker-Phelps, Ph.D, bukan hal yang aneh bagi orang-orang untuk kritis terhadap emosi mereka ketika mereka berpikir ada yang salah dengan kehidupannya.
Namun, daripada menahan rasa sakit yang dapat menciptakan penderitaan pada diri sendiri, akan lebih bijaksana untuk kita belajar menerima diri sendiri.
"Bertarung melawan atau menolak realitas rasa sakit dalam hidup kita itu menciptakan penderitaan," tutur Becker-Phelps.
[Gambas:Video 20detik]
(som/rap)