Belanja lumrah dilakukan ketika memang Bunda butuh sesuatu. Namun, jika belanja jadi hobi dan dilakukan secara berlebihan, bisa jadi Bunda mengalami kecanduan belanja.
Menurut Ruth Engs, EdD, seorang profesor ilmu kesehatan terapan di Universitas Indiana, ada banyak kesamaan antara pecandu minuman keras dan pecandu lainnya, termasuk orang yang kecanduan belanja, Bun.
"Misalnya, di saat pecandu alkohol akan menyembunyikan botol mereka, para shopaholics akan menyembunyikan belanjaan mereka," kata Engs dilansir Web MD.
Engs menyebutkan, berikut ini tanda-tanda kalau belanja sudah melewati batas dan menjadi kecanduan. Klik halaman berikutnya.
Engs menjelaskan, ketika orang normal melihat tak mampu membeli ini itu, berbeda dengan mereka yang kecanduan belanja. Apabila sudah kecanduan belanja, Bunda tak kenal lagi batasan atau cenderung abai pada anggaran, termasuk kebutuhan rumah tangga.
"Seringkali seseorang akan menghabiskan lebih dari anggaran mereka dan mendapat masalah keuangan karena mereka menghabiskan banyak uang untuk belanja dan jumlahnya jauh di atas pendapatan mereka," kata Engs.
2. Pembelian kompulsif
Orang yang kecanduan belanja akan membeli barang berlebihan. "Ketika seseorang dengan kecanduan belanja pergi berbelanja, mereka sering membeli secara kompulsif, artinya mereka pergi untuk beli sepasang sepatu tapi nyatanya mereka bisa beli beberapa pasang sepatu," papar Engs.
3. Belanja sudah bersifat kronis
Kecanduan belanja tak hanya terjadi sesaat, Bun, tapi berkelanjutan.
"Kecanduan belanja adalah masalah yang berkelanjutan. Makin lama, frekuensi si orang ini belanja meningkat. Padahal, tak ada urgensi dalam hal itu," ujar Engs.
Pecandu belanja akan berusaha menyembunyikan barang belanjaannya. Kata Engs, bisa jadi ia juga memiliki kartu kredit rahasia. Kalau alkohol memengaruhi sebagian besar pria, berbeda dengan berbelanja yang dialami banyak wanita.
Tapi, ketika suami sudah terjebak utang besar, barulah si istri memberi tahu perihal utang karena terlalu sering belanja.
"Shopaholics akan menyembunyikan barang yang mereka beli karena tak mau orang terdekatnya tahu dan mereka khawatir dikritik," tutur Engs.
5. Lingkaran setan
Ketika orang menyesal biasanya tak akan mengulanginya. Sedangkan, pecandu belanja malah mengulanginya meski merasa bersalah.
"Rasa bersalah itu bisa memicu kesenangan belanja lagi, jadi itu lingkaran setan," kata Engs.
Rick Zehr, wakil presiden layanan kecanduan dan perilaku di Rumah Sakit Proctor di Institut Illinois untuk Pemulihan Kecanduan, mengatakan jika ada pola, tren, atau konsekuensi yang terjadi akibat belanja berlebihan, orang itu mungkin pemboros dengan ciri khas susah mengendalikan diri. Zehr menunjukkan berbagi perilaku berbelanja yang perlu diwaspadai, yaitu:
-Â Belanja karena marah, tertekan, cemas, atau kesepian - Berdebat dengan orang lain tentang kebiasaan belanja - Merasa hampa tanpa kartu kredit - Lebih sering membeli barang secara kredit, bukan dengan uang tunai - Cenderung ingin cepat menghabiskan uang - Merasa bersalah atau malu setelah menghabiskan waktu - Berbohong tentang berapa banyak uang yang dihabiskan untuk belanja.
"Jika seseorang mengidentifikasi empat atau lebih dari perilaku ini, mungkin ada masalah," ucap Zehr.
Dikutip dari detikcom, belanja adalah contoh perilaku lain yang bisa membuat orang yang gemar melakukannya jadi kehilangan kontrol. Bila ini sudah terjadi, gila belanja bisa digolongkan dengan 'gangguan kontrol impulsif', tapi belum bisa dikatakan sebagai kecanduan.
Pecandu belanja sebenarnya adalah orang-orang yang gemar membeli sesuatu demi menghindari perasaan sedih. Kalaupun sudah membeli, mereka biasanya malah menyesal. Namun sejauh ini orang-orang seperti itu hanya dikatakan sebagai 'shopaholic', bukan pecandu.