Jakarta -
Segala sesuatu pasti punya plus minus alias kelebihan dan kekurangan ya, Bun. Termasuk pola diet yang diterapkan, salah satunya diet
ketofastosis.
Terkait hal ini, ahli gizi dan olahraga, Jansen Ongko, M.Sc., RD, mengatakan, kebanyakan orang yang menjalani diet ketofastosis akan mengalami
healing crisis. Ini merupakan sebuah kondisi yang terasa tidak nyaman saat tubuh mulai beradaptasi dengan sistem metabolisme yang baru.
"Kondisi tersebut ditandai dengan timbulnya jerawat yang parah, kulit gatal-gatal, kulit kering, ketombe, mual, bahkan lemas," ujar Jansen saat berbincang dengan
HaiBunda.
Pada diet ketofastosis, lanjut Jansen, asupan karbohidrat akan dihilangkan sama sekali. Sehingga, menyebabkan gizi yang diterima tubuh tidak seimbang. Padahal gizi yang cukup sangat diperlukan, terutama pada wanita.
"Ketika tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, produksi hormon akan terpengaruh, sehingga siklus menstruasi akan kacau dan meningkatkan risiko
infertilitas," kata Jansen.
Dikutip dari
CNN Indonesia, diet ketofastosis tidak disarankan untuk wanita hamil, orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes atau penyakit jantung bila tanpa konsultasi ke dokter lebih dulu. Termasuk untuk diterapkan dalam jangka panjang.
Dalam sebuah studi yang dipresentasikan saat Kongres Kardiologi Masyarakat Eropa di Munich, Jerman, oleh Prof.Maciej Banach dari Universitas Kedokteran Lodz di Polandia, dijelaskan adanya hubungan diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang dengan menurunnya kondisi kesehatan.
 ilustrasi diet ketofastosis/ Foto: iStock |
"Dalam jangka waktu pendek, ini berguna untuk menurunkan berat badan. Tapi penelitian menunjukkan, dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko kematian karena
penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan kanker," kata Maciej.
Diet memang perlu diimbangi dengan olahraga. Sebelum melakukannya, baiknya makan dulu atau tidak? Ketahui jawabannya di video berikut ini.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/muf)