Jakarta -
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014 - 2019,
Susi Pudjiastuti buat kejutan di Twitter. Ia mau
follow back akun Twitter para netizen dengan ketentuan dan syarat. Ia tiba-tiba beri pengumuman usai banyak
netizen yang minta
follow back darinya.
Tak banyak, Susi hanya punya empat syarat. Apa saja? Pertama, Susi ingin kandidat tersebut makan ikan lebih banyak dari sumber protein lainnya. Kedua, kandidat tersebut harus cinta laut dan tidak buang sampah plastik sembarangan. Harus pula mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dalam sehari-hari.
"3. Menjaga laut dan merawat laut, bersedia membersihkan pantai pantai yang kotor. Minimal kampanye anti plastik sekali pakai 4. Menyayangi sesama apalagi saudara sebangsa dan setanah air, tidak bicara rasis, ekstrem, semua percakapan harus konstruktif," tulis
Susi Pudjiastuti.
Bagi yang tak bisa makan ikan karena alergi, Susi mengganti syaratnya dengan kampanye 'ayo makan ikan'.
"Makan ikan sehat, makan ikan kuat, makan ikan cerdas. Tidak makan ikan ditenggelamkan. Yang tidak bersedia mengikuti ketentuan ketentuan di atas akan segera saya
unfollow. Yang melawan saya
block," sambung Susi Pudjiastuti dalam trit Twitter-nya.
Memang benar apa yang dikatakan
Susi Pudjiastuti. Makan ikan bisa membuat kita kuat, apalagi untuk bayi. Sebuah studi menemukan, bayi yang makan ikan setidaknya satu kali dalam seminggu, risiko sakit asma, eksem, dan demam berkurang.
Peneliti dari Norwegian University of Science and Technology dan St. Olavs Hospital mengatakan, bayi yang rutin makan ikan di dua tahun pertama kehidupan dapat menekan risiko terkena berbagai penyakit sebesar 28 sampai 40 persen. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrition ini membandingkan kelompok anak yang jarang makan ikan.
"Kami juga menemukan kalau makan ikan di usia setahun lebih efektif menekan risiko asma, eksem, dan flu sampai anak berusia 6 tahun. Ini lebih efektif dibandingkan ibu hamil atau menyusui yang makan ikan atau mengonsumsi minyak ikan," kata Torbjorn Oien, professor di NTNU Department of Public Health and Nursing, dikutip dari Study Finds.
Lebih lengkapnya mengenai ulasan studi ini, Bunda bisa baca selengkapnya di
sini.
[Gambas:Video 20detik]
(aci/som)