Jakarta -
Penyanyi
Yuni Shara tak menampik bahwa ia telah menjanda selama 11 tahun. Ia juga tidak malu dengan sebutan janda yang melekat padanya.
"Janda, 11 tahun, ya memang janda. Jangan pernah malu menjadi janda, karena sewaktu-waktu kita enggak pernah tahu, pasangan kita itu ada sama kita terus atau enggak," ujarnya dikutip dari
channel YouTube Ussy Andhika.Meski demikian, kakak Krisdayanti ini paham bahwa masih ada masyarakat yang memandang sebelah mata dengan diksi janda. Padahal menurutnya hal itu bukanlah masalah, mestinya kita bisa terbiasa dengan bahasa tersebut.
"Kita harus terbiasa dengan bahasa kita. Jadi kalau misalnya janda, ya memang janda," ujarnya.
Itu sebabnya, wanita yang identik dengan rambut pendek ini mengaku sangat mendukung perempuan yang bekerja. Tujuannya tentu agar tidak bergantung pada laki-laki.
"Makanya saya selalu
support perempuan untuk bisa bekerja, jadi supaya tidak tergantung sama laki-laki," tegasnya.
Yuni Shara. (Foto: Instagram @yunishara36) |
Selain itu, rupanya wanita 47 tahun ini punya alasan kenapa sampai sekarang ia masih sendiri. Salah satunya karena anak-anaknya melarangnya mencari pendamping.
"Awalnya emang enggak boleh sama anak-anakku untuk berhubungan. Sempat punya pacar, setelah gagal enggak dikasih lagi," katanya.
"Pernah pacaran lagi
diem-diem, lucu ya kita takut sama anak.
Dulu takut sama orang tua, tapi ternyata
feeling anakku betul, kita enggak sama lagi. Aku putuskan untuk enggak. Sampai akhirnya enggak
kepikiran lagi," sambungnya.
Tentunya tidak ada perempuan yang menginginkan menjadi
janda, Bunda. Namun yang namanya hidup tidak pernah ada yang tahu jalannya.
Menjadi janda, artinya seorang perempuan kehilangan pasangan, entah itu karena bercerai atau kematian. Dijelaskan psikolog, Romeo Vitelli Ph.D. ada beberapa hal dalam hidup yang cenderung menyebabkan depresi, salah satunya kehilangan pasangan.
Seperti yang ditunjukkan oleh berbagai penelitian, kematian pasangan adalah sumber utama stres kehidupan yang sering membuat orang rentan terhadap masalah-masalah selanjutnya, termasuk depresi, stres kronis, dan berkurangnya harapan hidup. Sementara proses kesedihan biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mereda.
"Kesendirian juga mungkin merupakan tantangan terbesar bagi yang berurusan dengan kehilangan pasangan," tutur Vitelli, dilansir
Psychology Today.Vitelli kemudian menyarankan, bagi mereka yang kehilangan pasangan, patutnya menyadari bagaimana depresi dan kesepian dapat menyebabkan masalah kesehatan. Selain itu, kadang dukungan sosial saja kurang cukup, mesti ada terapi perilaku kognitif yang mungkin diperlukan untuk mengurangi pemikiran negatif yang dapat menyebabkan depresi serius dan masalah-masalah yang dapat terjadi.
[Gambas:Video 20detik]
(yun/som)