Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Suami Marah Sampai Lakukan Kekerasan Fisik, Harus Bagaimana?

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 08 Sep 2020 16:00 WIB

Unhappy young couple arguing standing at house door, angry husband pointing at wife blaming her of problems, conflicts in marriage, bad relationships, man and woman having quarrel or disagreement
Suami marah/Foto: iStock
Jakarta -

Dalam sebuah hubungan pernikahan, ada kesalahpahaman dan pertengkaran memang wajar terjadi. Namun ingat, pertengkaran juga sepatutnya dilakukan secara sehat, ya.

Perlu menjadi perhatian Bunda jika saat suami marah ia sampai melakukan kekerasan fisik. Kondisi ini tidak bisa didiamkan begitu saja, terlebih jika kebiasaan ini dilakukan lebih dari sekali.

Dikutip dari Psychology Today, psikolog klinis Seth Meyers, Psy.D menuturkan bahwa kekerasan fisik dalam pernikahan bisa menjadi pertanda sebuah masalah besar. Termasuk di antaranya dipukul atau ditampar.

"Kekerasan adalah salah satu hal paling buruk dari sifat manusia, terlebih kekerasan fisik. Ini berarti ada yang tidak sesuai dengan metode pengelolaan emosinya," tutur Meyers.

Hal serupa juga disampaikan psikolog Willard F. Harley, Jr., PhD. Dilansir Marriage Builders, penulis buku His Needs, Her Needs: Building an Affair-proof Marriage tersebut menuturkan pentingnya mengambil sikap tegas jika suami marah sampai melakukan kekerasan fisik.

"Perpisahan mungkin menjadi solusi terbaik jika kondisi ini berlangsung sudah berkali-kali, terlebih jika pengendalian emosinya tak kunjung membaik. Libatkan konselor dan pihak berwajib jika perlu," tutur Harley.

Sayangnya, Harley menuturkan tak sedikit pasangan yang memilih untuk tetap tinggal meski mendapatkan kekerasan fisik berkali-kali.

"Beberapa korban kekerasan fisik menganggap diri mereka sebagai penyebab hal itu terjadi. Padahal seberapa pun salahnya, kekerasan fisik dalam pernikahan bukan sesuatu yang bisa dimaklumi begitu saja," imbuhnya.

Apabila saat tenang suami benar-benar merasa menyesal dan memang berkeinginan untuk bisa lebih mampu mengendalikan emosi, libatkan konselor yang bisa dipercaya ya, Bunda. Proses belajar ini mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga perlu konsistensi dan perencanaan.

Tapi ingat ya, Bunda. Jangan diam saja dan pertimbangkan untuk mencari pertolongan pihak lain jika kekerasan fisik terus terjadi. Tak perlu ragu mengambil sikap tegas, terutama demi keselamatan diri sendiri dan juga anak-anak.

Simak juga video menguak fakta emosi karena lapar:

[Gambas:Video Haibunda]



(kuy/kuy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda