Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Pilu Pria Penyintas Kanker Paru, Istri Ikut Sakit Meski Tak Merokok

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 28 Feb 2021 19:09 WIB

Professional general medical pediatrician doctor in white uniform gown visit Asia child patient with stethoscope and tablet computer chart. Physician check up Asian kid female inpatient in hospital children ward.
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn

Penyakit kanker dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, layanan kesehatan, dan faktor genetik. Dari pengamatan dan data ada yang ada, 70 persen penderita kanker datang ke dokter pada kondisi sudah berada di stadium lanjut.

Jumlah penderita kanker masih meningkat setiap tahunnya. Tak hanya itu, angka kematiannya juga terus melonjak.

Salah satu jenis yang menyumbang angka kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru-paru. Di Indonesia sendiri, kanker paru paling banyak diderita oleh laki-laki, yaitu sebesar 14,1 persen, Bunda.

Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, dr. Aldrin Neilwan P, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes, menjelaskan bahwa diperkirakan terdapat 12 sampai 13 orang dari 100 ribu penduduk yang mengidap penyakit paru. Meningkatnya angka penderita kanker paru tentu saja tidak lepas dari bertambahnya jumlah perokok yang ada di Indonesia, Bunda.

"Terdapat 12 sampai 13 orang dari 100 ribu penduduk mengidap penyakit kanker paru. Dan 11 sampai 12 diantaranya meninggal dunia akibat kanker paru ini," jelasnya dalam acara Diskusi Virtual dan Peluncuran Buku 'Bersahabat dengan Kanker Paru: Kumpulan Kisah Inspirasi Penyintas', baru-baru ini.

Kanker paru juga menyerang wanita, Bunda. Di Indonesia, kanker paru berada pada urutan kelima tertinggi yang diderita oleh perempuan.

Banner kiat khusus merawat janda bolong

Dijelaskan Pokja Onkologi Toraks Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K), kanker paru pada wanita sulit dideteksi.

"Pada laki-laki memang risikonya merokok (kanker paru). Pada perempuan mengapa jadi nomor lima? Kalau kanker payudara kita ada sadari bagaimana pemeriksaannya. Untuk serviks ada pemeriksaan pap smear. Sedangkan kanker paru untuk deteksi dini masih sulit," jelasnya.

Lebih lanjut, kanker paru tak hanya berisiko pada perokok aktif. Seseorang juga bisa terkena penyakit kanker paru karena menjadi perokok pasif.

Seperti yang dikisahkan oleh Barita Oloan Manullang dan Jung Lie, pasangan suami istri penyintas kanker paru, di masa sang istri merupakan seorang perokok pasif. Klik baca halaman berikutnya untuk kisah selengkapnya, Bunda.

Simak juga penyebab dan cara cegah kanker serviks, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]


TERKENA KANKER PARU MESKI BUKAN PEROKOK

Asian woman wearing mask, sick doctor, cough, use to grasp the chest in the bedroom

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn

Kanker paru memang sulit untuk dideteksi sejak dini, Bunda. Namun, seseorang yang menjadi perokok aktif maupun perokok pasif akan lebih mudah terserang penyakit ini.

Barita Oloan Manullang, seorang pria yang didiagnosis mengidap kanker paru pada tahun 2003 silam, awalnya tak menyangka bahwa ia akan terkena penyakit mematikan ini.

"Awalnya ketika saya ke dokter, itu betul-betul saya nggak sadar kalau saya kena cancer. Jadi didiagnosisnya pengentalan darah. Tapi dokternya sudah mulai curiga. Dia bilang 'saya mau mengobati kamu, tapi dengan syarat. Kamu berhenti dulu merokok," tuturnya.

Kemudian ini menjadi tanda tanya bagi Barita. Apa hubungannya antara kanker paru dengan pengentalan darah. Sampai akhirnya dokter menetapkan Barita sebagai seorang pengidap kanker paru.

"Saya tahu diri dan sadar, saya perokok berat. Saya dulu pekerja lapangan. Saya selalu keluar masuk hutan. Itu pekerjaan saya," ungkapnya.

Saat itu, ia memutuskan untuk berhenti merokok, namun tidak tahu kapan harus memulai. Ia juga bertanya-tanya apakah jika ia berhenti merokok maka kanker yang ia derita akan hilang.

Barita lalu memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan optimis. Namun, pada tahun 2006, istrinya, Jung Lie, ikut terkena kanker paru ini.

"Saya bingung, dia bukan perokok. Walaupun saya perokok, kami ada perjanjian saya tidak akan merokok di rumah dan di mobil. Jadi apa lagi nih yang terjadi?"

Kemudian Jung Lie menjelaskan bahwa meskipun sang suami tidak merokok di rumah atau di dalam mobil, kenyataannya zat serta aroma dari asap rokok sudah cukup untuk menjadi penyebab kanker paru.

"Perokok pasif itu juga kemungkinan besar untuk terekspos dengan cancer. Walaupun tidak merokok dalam rumah dan mobil, tapi dari baunya itu sudah ada zat yang menjadi penyebab," jelas Jung Lie.

Pasangan suami istri ini lalu bersama berjuang melawan kanker paru yang diderita. Barita dan Jung Lie percaya bahwa kanker paru masih bisa disembuhkan. Mereka membagikan kisah ini dalam buku yang berjudul 'Bersahabat dengan Kanker Paru: Kumpulan Kisah Ispirasi Penyintas'.


(mua/kuy)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda