
moms-life
Harus Pilih Karier atau Keluarga? Bunda Perlu Pertimbangkan Hal Ini
HaiBunda
Rabu, 10 Mar 2021 20:18 WIB

Pada 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD). Tema kampanye IWD di tahun ini adalah #ChooseToChallenge. Mengutip laman resmi IWD, tema ini diangkat karena perempuan memandang dunia yang penuh tantangan.
"Dunia yang penuh tantangan adalah dunia yang waspada. Secara individu, kita semua bertanggung jawab atas pikiran dan tindakan kita sendiri - sepanjang hari, setiap hari," demikian bunyi pernyataan yang menjelaskan tema IWD 2021.
Semua perempuan harusnya bisa menantang dan menyerukan bias ketidaksetaraan gender, Bunda. Kita juga bisa memilih untuk merayakan pencapaian perempuan, serta bisa membantu menciptakan dunia yang inklusif, yakni memposisikan diri kita sama dengan orang lain.
Bicara soal tantangan besar kesetaraan perempuan Indonesia, terutama di era pandemi COVID-19, CEO CXO Media Putri Tanjung menyorotinya. Ia berbincang dengan Neneng Goenadi, selaku Managing Director Grab Indonesia, dan Angkie Yudistia yang menjabat Staf Khusus Presiden RI sekaligus sociopreneur.
Menurut Neneng, untuk kesetaraan perempuan Indonesia, saat ini dinilai lebih baik dibandingkan dahulu. Namun, masih banyak yang harus dikembangkan, Bunda.
"Sebenarnya masih bisa banyak yang di-improve, bahasa baiknya. Tapi dibandingkan dahulu, much better (jauh lebih baik). Tapi apakah sudah setara, masih jauh," ungkap Neneng di acara Ngobrol Sore Semaunya di YouTube CXO Media, baru-baru ini.
Sementara itu, dari sisi Angkie sebagai sociopreneur dan Stafsus Presiden RI, positifnya makin banyak perempuan yang kini jadi inisiator pemberdayaan yang berdampak.
"Tapi, kita masih women empower women, di kelompok-kelompok yang rentan. Kita perlu lebih banyak keterwakilan perempuan, untuk lebih berani, untuk menginisiasi bagaimana membangun bisnis itu tidak hanya keuntungan tapi juga berdampak," ungkapnya.
"Karena kita butuh solidaritas gotong royong untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada. Kuncinya itu sebenarnya adalah keinginan perempuan untuk perubahan."
Soal tantang terbesar kesetaraan perempuan Indonesia di era pandemi, bagaimana menurut Angkie? Baca kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.
Simak juga cerita Angie 'Virgin' tentang suami yang tak sungkan membantu pekerjaan rumah tangga, dalam video Intimate Interview di bawah ini:
PEREMPUAN DI ERA PANDEMI MAU ENGGAK MAU HARUS...
Ilustrasi kesetaraan perempuan/ Foto: iStock
Saat ditanya tantangan terbesar kesetaraan perempuan Indonesia di era pandemi COVID-19, menurut Angkie Yudistia, masalahnya terletak pada literasi digital, Bunda. Ya, kondisi seperti ini menuntut para perempuan untuk lebih melek teknologi.
"Karena kita dihadapi situasi adaptasi yang berbeda dari sebelumnya. Kita biasa arisan, yang ketemu langsung, terus kita berhadapan dengan sesuatu yang menjauh. Terus gimana caranya kita harus dekat, itu dengan teknologi," ujar Angkie.
"Jadi bagaimana literasi digital ini untuk semua perempuan itu jangan gaptek untuk saat sekarang. Bagaimana anak-anak sekolah kan seorang perempuan, ibu membimbing anaknya agar sekolah dengan baik," ucapnya.
Sependapat juga ya, Bunda, kita selama ini kerja dari rumah. Bahkan belanja aja dari rumah. Transaksi serba online, transportasi juga. Namun, ketika kita dihadapkan problem ini, belum tentu semua orang mau beradaptasi dengan perubahan ini.
Menurut Angkie, karena perempuan butuh edukasi dan sosialisasi supaya terbiasa dengan perubahan yang terjadi.
Sementara, tantangan besar kesetaraan perempuan di era pandemi dari kacamata Neneng, senada dengan pernyataan Angkie. Ia lalu menambahkan, biasanya perempuan sedikit minder dengan teknologi. Namun, pandemi memaksa perempuan untuk beradaptasi dengan teknologi.
Ini bukan cuma tentang tantangan perempuan mesti melek teknologi di era pandemi, Bunda. Tantangan kesetaraan perempuan lainnya yang dari dahulu hingga sekarang terjadi adalah ketika perempuan selalu 'harus' memilih.
Ya, maksudnya adalah memilih akan menjadi apa seorang perempuan setelah menikah. Baca kelanjutannya di halaman berikutnya ya, Bunda.
KETIKA PEREMPUAN 'HARUS' MEMILIH
Ilustrasi kesetaraan perempuan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/nito100
Putri Tanjung kemudian menyinggung soal perempuan 'harus' memilih. Ia mengaku sedikit kesal ketika ditanya akan memilih jadi apa setelah menikah. Neneng pun memberi tips dan pesan terkait hal ini.
"Semua orang punya kesempatan yang sama dengan yang diinginkan. It's a journey, waktu kita single bisa nge-push diri kita. Kalau punya anak, kita ngerem dikit. Biasanya lari 200 km, ini kita kurangi jadi 150 km, tapi begitu anak besar sedikit, kita bisa lari lagi 200 km," kata Neneng.
Neneng lalu mengatakan, sebelum menikah, perempuan yang bercita-cita mengejar karier harus tahu banget prioritas. Kenapa? Menurutnya, mengubah seseorang seperti suami setelah menikah itu tidak bisa. Bunda setuju?
"Karena banyak sekali orang nanya, Mba pacarku itu bilang aku enggak boleh kerja pas aku nikah. Tapi aku bercita-cita untuk mengejar karier. Saya bilang, 'What do you want?' Kamu enggak bisa mengubah dia, tapi kamu mengubah diri kamu," ucapnya.
Neneng dan Angkie juga kompak memberi pesan bahwa sebaiknya sebelum menikah, bicarakan dahulu soal karier dengan calon suami. Ketika menikah, apapun yang dipilih, harapannya perempuan bisa mengetahui prioritas hidupnya.
"Kamu enggak boleh regret, dan menikah (lah) dengan kesadaran. And for me, itu juga diselesaikan sebelum menikah," kata Neneng.
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kesetaraan Gender dalam Pandangan Islam Menurut Pakar

Mom's Life
Anne Hathaway Beri Pesan Penting soal Kesetaraan Perempuan dalam B20, Simak Bun

Mom's Life
Benarkah Laki-laki Lebih Suka Perempuan Bodoh & Tunduk, Ini Kata Komnas Perempuan

Mom's Life
4 Isu Prioritas W20 Indonesia, Salah Satunya Kesehatan Perempuan

Mom's Life
Ini Bentuk Dukungan Christian Sugiono untuk Kesetaraan Gender di Rumah

Mom's Life
7 Cara Merayakan Hari Perempuan Sedunia di Tengah Pandemi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda