Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Maria Eitel, Eks Staf Gedung Putih yang Terinspirasi Gadis Ethiopia

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 11 Mar 2021 23:00 WIB

Happy businesswoman manager speaks in boardroom at meeting. Female mentor coach lead presentation new project for colleagues in conversation at negotiation. Woman employee communicating with partners.
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret lalu, Forbes mengeluarkan daftar 15 pemimpin wanita inspiratif. Urutan pertama yakni Kamala Harris. Namun kali ini, HaiBunda akan membahas wanita yang berada di urutan ke-10 yakni Maria Eitel.

Sekilas tentangnya, Maria Eitel menghabiskan masa awal kariernya dengan bekerja di Gedung Putih dan Microsoft. Ia lalu bergabung dengan Nike sebagai Wakil Presiden yang mengemban Tanggung Jawab Perusahaan.

"Seorang mantan reporter televisi, Maria (Eitel) bergabung dengan NIKE pada tahun 1998 sebagai Wakil Presiden pertama di bidang Tanggung Jawab Perusahaan. Dia sebelumnya bekerja di Urusan Media Gedung Putih, di mana dia adalah Asisten Khusus Presiden George H.W Bush," demikian penjelasan dalam global.girleffect.org.

Pada 2004, ia mendirikan Nike Foundation lalu mencetuskan Girl Effect, yakni gagasan bahwa remaja putri memiliki kemampuan unik untuk menghentikan kemiskinan sebelum kesengsaraan itu dimulai. Wanita asal Amerika Serikat ini bertujuan membantu 250 juta gadis muda di bawah garis kemiskinan dengan empat bidang utama.

Keempat bidang itu adalah mengakhiri pernikahan dini dan menunda kelahiran pertama, meningkatkan kesehatan dan keselamatan anak perempuan, meningkatkan penyelesaian sekolah menengah, serta meningkatkan akses ke aset ekonomi.

Banner Bunda Tajir

Karyanya itu telah membantu jutaan perempuan muda di seluruh dunia. Ada yang menarik pula di balik kariernya di Nike, Bunda. Eitel dikenal gara-gara Girl Effect dan membantu menyelamatkan Nike dari 'mimpi buruk'. Ia memimpin saat perusahaan diubah menjadi panutan internasional.

Setelah menyelamatkan Nike, ia kemudian menyasar kemiskinan di negara berkembang. Caranya dengan memusatkan perhatian pada kehidupan remaja perempuan.

Maria Eitel rupanya ditantang oleh pendiri Nike untuk melakukan sesuatu yang besar dan berdampak. Apa yang dilakukannya? Baca di halaman berikutnya ya, Bunda.

Simak juga profil Marissa Hutabarat, hakim pertama Amerika yang berdarah Indonesia, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]


MARIA EITEL DITANTANG PENDIRI NIKE

Keep the pace of time. Pleasant beautiful concentrated woman holding calendar and cell phone while being involved in work

Ilustrasi/Foto: iStock

Sebagai pendiri dan Co-Chair dari NIKE Foundation, Maria Eitel terinspirasi memulai Girl Effect, Ini lantaran keyakinannya bahwa remaja perempuan berpotensi untuk menghentikan siklus kemiskinan.

Visi tersebut akhirnya jadi kenyataan saat NIKE Foundation bermitra dengan NoVo Foundation, United Nations Foundation, dan organisasi lain, untuk menciptakan Girl Effect pada 2008 silam.

Eitel memerangi kemiskinan, pernikahan anak, dan memperjuangkan pendidikan di negara berkembang. Lebih khusus lagi, di negara-negara di mana Nike tidak memiliki pabrik atau investasi.

Pendiri Nike, Phil Knight, sebelumnya menantang Eitel menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik. Mark Parker, pria yang mempekerjakan dia delapan tahun sebelumnya dan calon CEO perusahaan, juga ada di sana. Eitel menarik napas dalam-dalam dan mulai berbicara tentang bagaimana rasanya menjadi tidak berdaya.

Ia berbicara tentang jumlah mengkhawatirkan dari gadis remaja di sub-Sahara Afrika, di mana tingkat kematian terkait kehamilan dini dianggap tidak masuk akal.

"Biar saya ceritakan tentang seorang gadis berusia 13 tahun di Ethiopia bernama Kidan," katanya, dikutip laman resmi McGill Alumni.

"Dan izinkan saya memberi tahu Anda tentang bagaimana kita dapat melakukan sesuatu yang sangat unik untuk membantu mematahkan punggung kemiskinan antargenerasi."

KIDAN, GADIS ETHIOPIA YANG MENGGERAKKAN HATI MARIA EITEL

Happy young woman reading good news in paper letter, excited female student or employee receiving positive notification, successful exam results, deal, celebrating success or opportunity, new job

Ilustrasi/Foto: iStock

Kembali ke suasana ruang rapat pada 2004, Maria Eitel menceritakan ingatannya tentang keseharian Kidan di Ethiopia. Kidan susah payah mengambil air dari sumur kotor, serta berjongkok di tanah untuk menggiling biji-bijian.

Tapi mimpi Kidan mulia, ia mengungkap ingin sekali menjadi dokter dan membantu orang-orang di desanya. Melihat Kidan, Maria Eitel memiliki sedikit keraguan bahwa gadis kecil yang cerdas dan teguh itu ditakdirkan untuk hal-hal besar.

Tapi ketika dia menyebutkan mimpi Kidan kepada ibunda gadis itu, ternyata respons sang ibu hanya menggelengkan kepalanya. Katanya, masa depan putrinya sudah ditetapkan karena dia akan segera dinikahkan dengan imbalan beberapa ekor sapi.

Eitel merasa tak berdaya, saat dia mendengarkan ibunda Kidan menggambarkan bagaimana dia juga pernah memiliki mimpi yang telah lama dikesampingkan. Impiannya sirna saat dia harus naik ke atas seekor keledai di desa asalnya dan dibawa pergi untuk dinikahkan.

Rupanya masih banyak yang bernasib seperti Kidan. Tak bisa gapai mimpi, tapi dipaksa orang tuanya untuk menikah. Dalam penelitiannya, Eitel menemukan bahwa masa remaja merupakan titik balik yang sangat besar dalam kehidupan anak perempuan di negara berkembang.

"Kemiskinan adalah masalah terbesar di zaman kita dan inilah cara kita membuat perbedaan," kata Eitel.

Setelah presentasi, debat antara Maria Eitel dan dewan Nike pun terjadi. Dewan mempertanyakan Eitel, mengapa harus mendukung proposalnya daripada membuat program olahraga yang lebih jelas berputar di sekitar merek Nike. Bukankah mereka seharusnya fokus pada sesuatu di AS, alih-alih di negara yang tidak ada hubungannya dengan Nike?

"Akhirnya, Phil memberikan acungan jempol. Saya memiliki senyuman yang tidak bisa saya hapus dari wajah saya selama berhari-hari," kata Eitel.

"Bagi perusahaan olahraga yang kuat dan terdorong untuk memilih berdiri di belakang gadis berusia 13 tahun ini, harapannya sangat besar bagi semua anak di dunia."


(aci/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda