
moms-life
Dahulu Hidup Melarat, Triliuner Pati Ternyata Ningrat yang Dijahatin Saudara
HaiBunda
Kamis, 24 Jun 2021 09:26 WIB

Kesuksesan dapat datang kepada siapa saja yang mau berusaha. Tak peduli meski masa lalu mereka diselimuti oleh kemiskinan. Seperti yang dialami oleh pria asal Pati bernama Witjaksono.
Pria yang kini menjabat sebagai Ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU) itu membangun bisnis dengan omzet triliunan dan sukses membawa 2 perusahaan menjadi perusahaan TBK hingga diliput oleh Forbes Indonesia.
Namun siapa sangka, di balik kesuksesan itu Witjaksono memiliki masa kecil yang pahit. Sejak usia 6 tahun, Witjaksono sudah mencari uang untuk mencari makan. Setiap harinya ia dan keluarga hanya bisa menikmati nasi serta lauk pauk yang jauh dari kata nikmat.
"Kita makan nasi, kecap sama kerupuk. Ada telur saja sudah bonus. Biasa dapat dari hantaran orang, itu telurnya dibagi delapan," kata Witjaksono, dikutip dari kanal YouTube Coach Yudi Candra.
Witjaksono merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Keluarga Witjaksono terlalu miskin hingga tidak pernah merasakan nikmatnya daging ayam dan sapi, Bunda. Makanan itu hanya bisa mereka santap setahun sekali.
"Makan ayam boleh dibilang setahun sekali pas mau lebaran," ungkapnya.
Masa kecil Witjaksono dijalani dengan penuh suka cita meski diselimuti kemiskinan. Hidup susah tak membuat pria kelahiran 1981 itu bersedih. Rel kereta api menjadi tempat favoritnya bermain dengan teman-teman.
Dibesarkan di keluarga miskin, orang tua Witjaksono sebenarnya bukan merupakan orang biasa Bunda. Mereka terlahir dari keturunan bangsawan, namun menjadi yatim piatu ketika berusia 7 tahun.
Ibunda Witjaksono merupakan putri bungsu dari seorang pejabat. Ia dibesarkan di keluarga paling kaya di daerahnya. Namun suatu hari, kakek Witjaksono hilang usai diculik oleh penjajah.
"Kakek saya diculik orang Jepang atau Belanda. Dibunuh, hilang tidak pulang kembali. Nenek saya 2 tahun kemudian meninggal. Harta warisan dijualin sama saudara dari keluarga ibu saya," tuturnya.
Tanah ratusan hektar dan segala bentuk warisan kakek Witjaksono habis di tangan para saudara Ibunda. Sang Bunda yang kala itu masih berusia 7 tahun ditelantarkan bersama pamannya di sebuah rumah kecil dan sepetak lahan kosong.
Bagaimana nasib Ibunda dan siapa sebenarnya ayah Witjaksono yang bergelar Raden? Simak di halaman berikutnya.
Saksikan juga video tips berdagang dari Crazy Rich Depok:
KETURUNAN RADEN
Witjaksono pengusaha sukses Pati/Foto: Instagram: @maswitjaksono
Hidup Ibunda Witjaksono berubah drastis usai menjadi yatim piatu. Ia jatuh miskin hingga harus mengais ke sawah untuk memungut beras sisa panen agar dapat makan setiap harinya. Meski begitu, sang Bunda tidak pernah dendam kepada keluarganya.
"Katanya tidak apa-apa karena nanti itu semua akan berbalik," ujar Witjaksono.
Nasib sang ayah tak kalah pilu dari Ibunda Witjaksono. Ayahnya ternyata berasal dari keturunan kerajaan dengan gelar Raden. Namun gelar tersebut berhenti di nenek Witjaksono.
"Bapak dari Boyolali, gelarnya masih Raden. Ada keturunan kerajaan Mataram atau apa saya tidak paham. Tapi gelar radennya ini hilang di nenek saya. Raden kan trahnya laki-laki semua, dan bapak tidak berasal dari keluarga laki-laki," tuturnya.
Keluarga ayah Witjaksono pindah dari Boyolali dan menetap di Pati untuk bekerja di keluarga saudara yang bergelar Raden. Ketika masih kecil, ayah Witjaksono kerap membantu orang tuanya yang menjadi tukang kebun dan ART di rumah mereka.
Ayah dan Bunda Witjaksono kemudian bertemu dan menikah. Kemiskinan masih menyelimuti kehidupan mereka hingga Witjaksono tumbuh besar. Semasa hidupnya, Witjaksono terbiasa membagi tugas dengan keluarganya demi mencari nafkah.
Ayah Witjaksono bertugas mencari uang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sedangkan sang Bunda mencari rezeki demi mengisi perut mereka.
Sementara itu, Witjaksono juga sudah mencari nafkah di usia 6 tahun. Simak di halaman berikutnya.
JIWA PEBISNIS SEJAK KECIL
Witjaksono pengusaha sukses Pati/Foto: Instagram: @maswitjaksono
Saat masih duduk di bangku SD, Witjaksono disekolahkan di tempat yang sama dengan anak-anak Bupati, pejabat, dan orang kaya. Witjaksono mulai berjualan berbagai mainan agar dibeli oleh teman-temannya, Bunda.
"Terus dahulu waktu sambil saya sekolah, itu juga saya sambil nyari duit, Bro. Umur saya enam tahun, tujuh tahun, saya sudah mulai cari duit sendiri," tutur Witjaksono.
Barang-barang yang ia jual pun beragam nih, Bunda. Mulai dari ikan hias, kelereng, hingga kartu bergambar.
"Bapak kan di Departemen Perikanan kan, di kasih ikan hias 'kamu mau enggak ini pelihara?' terus dipelihara. Pelihara terus beranak pinak banyak, saya jual ke teman sekolah. Karena kan anak-anak orang kaya, kan. Uang sakunya habis untuk beli jajan ikan hias gue," kata Witjaksono.
"Terus kemudian main kelereng, menang banyak, saya jual. Terus main apa namanya, nah kartu tepok itu, itu menang banyak sampai satu lemari. Saya jual lagi ke teman-teman," sambungnya.
Uang yang ia dapatkan ternyata tidak hanya untuk membeli jajanan semata, Bunda. Witjaksono menabungkan uang hasil jualannya untuk membeli buku.
"Dapat duit, duitnya untuk apa? Untuk jajan sama untuk beli buku. Jadi sejak kecil saya sudah kerja, Bro," imbuhnya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Terpopuler: Kisah Anak Penjual Jamu Meniti Karier di Belanda

Mom's Life
Kisah Pria Pati Berharta Triliunan, Dahulu Miskin Sampai Makan Telur Dibagi 8

Mom's Life
Berhenti Jual Botol Miras, Pasutri Blitar Dapat Berkah Jual Sayur Omzet Ratusan Juta

Mom's Life
Kisah Pasutri Miliarder, Berawal dari Ngamen & Jualan Es hingga Jadi CEO

Mom's Life
Sempat Gagal dan Berutang Rp1,3 Triliun, Pria Pati Bangkit dan Raih Sukses


7 Foto
Mom's Life
7 Potret Rumah Nadia Stefanie Pemeran Saras 008, Dulu 'Superhero' kini Pengusaha Sukses
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda