Alasan Kenapa Makan Daging Babi Haram dalam Islam, Bunda Perlu Tahu

Hukum makan daging babi adalah haram bagi Muslim. Hal ini telah tercantum dalam beberapa Surat dan ayat di Al-Qur'an, salah satunya adalah Surat An-Nahl ayat 115.

Larangan memakan daging babi dalam Surat An-Nahl ayat 115 menyebutkan:

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS. An Nahl: 115).

Tak hanya daging babi, semua yang berasal dari hewan tersebut adalah haram bagi Muslim, Bunda. Mulai dari darah, bangkai, hingga minyak babi.

Ali Al Saloom, penasihat budaya dan pembicara publik dari Uni Emirat Arab mengatakan bahwa babi tidak kotor, melainkan tidak suci, tidak sehat, dan berbahaya karena mengandung lemak, racun, dan bakteri dalam tubuhnya. Aspek spesifik yang mengatakan babi tidak sehat sudah dibuktikan oleh para ilmuwan.

"Seorang ilmuwan bernama Hans-Heinrich Reckeweg berpendapat bahwa populasi barat yang makan babi membawa lebih banyak penyakit daripada populasi lain yang tidak makan babi," kata Ali Al Saloom, dikutip dari The National News.

Pemusnahan bakteri melalui cara radiasi diketahui bisa membunuh bakteri yang ada di daging babi. Namun, faktanya daging tersebut masih dilarang untuk dimakan oleh umat Muslim.

Awal mula Islam mengharapkan daging babi bermula sejak masa jahiliah, Bunda. Pada masa itu, bangsa Arab tidak pernah sekali pun menyebut babi dalam syair dan prosa mereka, sebagaimana mereka menyebut nama-nama hewan ternak lain.

Hal itu menunjukkan babi tidak ditemukan di kehidupan mereka. Selain itu, babi juga tidak ditemukan dalam sejarah bangsa Arab sejak zaman Nabi Ibrahim AS sampai Nabi Muhammad SAW.

Menariknya, Allah SWT sebenarnya telah mengharamkan makan babi sejak fase dakwah Islam di Mekkah. Artinya, Islam memang sudah melarang konsumsi daging ini sejak dahulu kala, Bunda.

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.