
moms-life
GKR Hayu Sebut Laki-laki Kepala Keluarga, Tapi Istri Lehernya
HaiBunda
Jumat, 29 Apr 2022 11:05 WIB

Cerita dari keluarga kesultanan memang selalu menarik perhatian ya, Bunda. Salah satunya soal putri tersohor yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Seperti yang diketahui, Kesultanan Yogyakarta yang saat ini dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X memiliki lima orang putri, salah satunya bernama Gusti Kanjeng Ratu Hayu (GKR Hayu). Putri raja, juga anak ke-4 dari lima bersaudara yang kini banyak muncul dan mengambil peran sebagai juru bicara Kesultanan Yogyakarta.
GKR Hayu merupakan seorang penikmat anime yang kini bertugas mengepalai Tepas Tandha Yekti di Kraton. Departemen yang bertanggung jawab dalam pengembangan IT dan dokumentasi.
Departemen ini mungkin yang paling banyak berkolaborasi dengan teknologi seperti Kemkominfo dalam Pemerintahan Republik Indonesia. Perjalanan pendidikan Sang Putri pun menarik untuk diceritakan lebih jauh. Ternyata, selama belasan tahun ia tinggal di luar negeri demi menyandang gelar Pasca Sarjana (S2).
Belum lama ini, detikcom mengunjungi GKR Hayu di kediamannya. Nama area itu Keraton Kilen, yang memang merupakan area rumah tinggal keluarga tersebut.
Perempuan kelahiran 1983 itu memiliki pembawaannya yang kasual, tidak ada mahkota di kepala dan atau ornamen-ornamen lainnya. Bersalaman, duduk, pertanyaan pertama disampaikan. Apa benar hidup Gusti layaknya Putri Disney?
"Tergantung sih, cerita Disney itu biasanya perjalanan hidupnya berhenti ketika dia menikah dengan pangerannya. Jarang sekali disorot sebuah tugas princess-nya. Padahal, kalau naik tahta they have to run the country. Jadi, kalau dibilang seakan Disney Princess, ya dari sisi mana? Karena kita kan punya tugas dan tanggung jawab. Di Keraton punya struktur organisasi, kayak tahta pemerintahan sendiri gitu di dalam institusi Keratonnya. Kalau di luar kita patuh terhadap regulasi Indonesia, kalau di dalam kami monarki."
"Saya di Keraton TUPOKSI-nya (Tugas, pokok dan fungsi) seperti Kemkominfo dengan skala Kraton. Divisi ini dibentuk mulai 2012, bertugas dokumentasi dan IT. Jadi aku, adikku dan suamiku itu, mulai 2019 setiap tahun mengadakan pameran dan simposium. Dulu manuskrip, terus 2020 itu berdasarkan tekstil, ada batik dan segala macem. Tahun ini bertemakan kontribusi Keraton untuk Nusantara dan Indonesia. Cuma karena masih baru ya sambil trial and error. Ini untuk memperingati Ngarso Dalem (Sri Sultan X) naik tahta pada tanggal 7 Maret. Kraton sendiri punya 'Sultan Ground', punya aset, budaya tangible dan intangible, itu yang coba kami kemas untuk memastikan informasi ini generasi mudanya ngerti."
"Terus kan kita ada upacara tahunan rutin, upacaranya memang upacara keraton. Kalau dulu kita masih kecil-kecil tinggal bawa badan saja, kalau sekarang kan kita yang menyelenggarakan. Misalnya, kita harus bikin apem (kue, gunungan). Itu 1 apem beratnya bisa 2 kg mungkin ada kali, kita bikin 600 buah. Dari jam 9 pagi sampai 6 sore. Oh iya Abdi Dalam-nya banyak tapi nggak bisa karena harus istri dan keturunan yang menyiapkan sendiri. Biasanya, besok sudah pakai koyo semua."
Cerita pembukaan itu memang tidak terdengar seperti para putri di kerajaan dongeng. Bahkan di luar itu, GKRÂ Hayu masih harus bekerja sebagai Ketua Karang Taruna DIY dan kesibukan sebagai humas di Kwartir Daerah (Kwarda) Pramuka DIY. Mewakili kakak dan adiknya, kesibukan mereka bisa dikatakan tidak berbeda jauh.
Penasaran dengan kisah selanjutnya? TERUSKAN MEMBACA KLIKÂ DI SINI.Â
Bunda, simak juga cerita perjuangan rumah tangga GKR Bendara bersuamikan orang non-Jawa dan bukan ningrat dalam video berikut:
TOPIK TERKAIT
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda