Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Perusahaan Kosmetik Revlon Terancam Bangkrut, Ada Apa?

Annisa A   |   HaiBunda

Jumat, 17 Jun 2022 20:40 WIB

Picture of the Revlon professional sign with their logo on their retailer for Belgrade. Revlon is an American multinational cosmetics, skin care, fragrance, and personal care company
Revlon / Foto: Getty Images/BalkansCat

Perusahaan kosmetik raksasa asal New York, Revlon, terancam bangkrut. Mereka mengajukan kebangkrutan dengan menggunakan UU Kepailitan AS Bab 11 atau dikenal dengan Chapter 11 Bankruptcy.

Dilansir CNN, pembuat kosmetik yang telah berusia 90 tahun itu mengatakan bahwa langkah tersebut memungkinkan mereka untuk mengatur ulang keuangan secara strategis.

Pihak Revlon juga menunjuk pada 'kendala likuiditas' yang dipicu oleh gangguan pasokan dan inflasi. Revlon dilaporkan menerima US$575 juta atau Rp8,5 miliar pembiayaan debitur untuk membantu mendukung operasi sehari-harinya.

"Pengajuan hari ini akan memungkinkan Revlon untuk menawarkan kepada konsumen kami produk ikonik yang telah kami berikan selama beberapa dekade, sambil memberikan jalur yang lebih jelas untuk pertumbuhan kami di masa depan," tutur CEO Revlon, Debra Perelman.

"Struktur modal yang menantang telah membatasi kemampuan kami untuk menavigasi masalah ekonomi makro untuk memenuhi permintaan ini," ungkapnya.

Banner Cara Membuat Infused Water

Dalam beberapa tahun terakhir, Revlon harus bersaing dengan perusahaan rintisan para selebriti. Seperti Kylie Cosmetics milik Kylie Jenner dan Fenty Beauty milik Rihanna.

Selain itu, perusahaan ini juga dilanda masalah pasokan yang diperparah oleh pandemi COVID-19. Kekurangan produk yang dihasilkan adalah faktor utama lainnya yang membuat Revlon bangkrut. Analis bahkan memprediksi bahwa masalah itu tak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat.

Revlon didirikan pada 1932 silam oleh dua bersaudara Charles dan Joseph Revson serta Charles Lachman. Revlon kemudian mulai dikenal oleh publik pada 1996.

Pada 2016, Revlon dibeli oleh Elizabeth Arden dengan taruhan perawatan kulit senilai $870 juta atau Rp12,8 miliar untuk menangkis persaingan dengan beberapa merek top seperti Christina Aguilera Fragrances dan Britney Spears Fragrances.

Revlon juga sempat menjadi berita utama pada dua tahun lalu ketika Citigroup secara tidak sengaja mengirim hampir US$900 juta atau Rp13,2 miliar dengan menggunakan uangnya sendiri ke pihak pemberi pinjaman Revlon.

Penjualan Revlon dikabarkan telah tertinggal selama bertahun-tahun, Bunda. Pada 2021, penjualan turun 22 persen dari level 2017. Saham juga terpantau jatuh lebih dari 80 persen sejak awal tahun.

Selain Revlon, brand fashion Zara juga sempat mengalami kerugian besar akibat pandemi. Baca di halaman berikutnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan juga video tentang tips mencuci pakaian hitam agar tidak mudah pudar:

[Gambas:Video Haibunda]



ZARA RUGI BESAR

Barcelona, Spain - November 5, 2012: People visit Zara store on November 5, 2012 in Barcelona, Spain. Zara has 1,763 stores and had more than 7 billion EUR revenue in 2009.

Zara / Foto: Getty Images/tupungato

Pemilik Inditex yang membawahi brand Zara akan menutup sebanyak 1.200 toko di seluruh dunia. Penutupan toko dilakukan setelah perusahaan fashion retail itu mengalami kerugian Rp6,4 triliun.

Dilansir Guardian, Inditex menutup toko Zara untuk meningkatkan penjualan online selama kekacauan yang ditimbulkan oleh pandemi Corona.

Inditex mengatakan akan menutup antara 1.000 dan 1.200 toko terutama yang lebih kecil, dengan kerugian terkonsentrasi di antara toko-toko lama dari merek selain Zara. Merek-merek lain perusahaan Spanyol itu termasuk Bershka, Pull & Bear dan Massimo Dutti.

Penutupan diharapkan terkonsentrasi di Asia dan Eropa. Sementara 107 toko Inditex di Inggris memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terpengaruh secara signifikan.

"Jumlah karyawan akan tetap stabil dengan staf menawarkan peran dalam pekerjaan lain seperti mengirim pembelian online," kata Inditex.

Jumlah total toko akan turun dari 7.412 menjadi antara 6.700 dan 6.900 setelah reorganisasi, yang juga akan mencakup pembukaan 450 toko baru.

Inditex, salah satu pengecer pakaian terbesar di dunia, telah terpukul keras selama pandemi Corona. Penjualan turun pada kuartal-I 2020 menjadi 3,3 miliar euro (Rp 52 triliun), turun dari 5,9 miliar euro (Rp 94 miliar) pada periode yang sama tahun lalu. Penjualan online perusahaan melonjak 95 persen di April ini.

Ritel pakaian lain seperti H&M dan Gap juga melaporkan penurunan penjualan karena berhentinya aktivitas masyarakat akibat di-lockdown untuk menghentikan COVID-19.


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda