
moms-life
Kisah Bunda RI Hadapi Gelombang Panas 40 Derajat di London, Rumah Tak Pakai AC
HaiBunda
Sabtu, 23 Jul 2022 09:43 WIB

Saat ini, beberapa wilayah di Benua Eropa tengah mengalami fenomena gelombang panas, Bunda. Akibatnya, cuaca ekstrem dengan suhu panas melewati batas normal terjadi.
Belum lama ini, HaiBunda mengontak Dyah Adi Sriwahyuni, mahasiswi asal Bojonegoro yang tengah kuliah doktoral di Queen Mary University of London. Dalam kesempatan tersebut, Dyah membagikan pengalamannya bersama keluarga dalam menghadapi fenomena gelombang panas.
Dyah bersama suami dan ketiga anaknya sudah menetap di London bagian utara sejak 2,5 tahun yang lalu. Menurutnya, musim panas (summer) kali ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
"Seingat saya, summer-summer sebelumnya juga cukup panas. Tapi, mungkin tahun ini yang terpanas, ya,"Â tuturnya pada HaiBunda melalui WhatsApp, baru-baru ini.
"Saya membaca postingan Mayor of London, Sadiq Khan di Instagram dan Twitter, Mr Khan menyampaikan jika 'it's not just the summer, it's the climate crisis'. Saya pribadi sih setuju," tambahnya.
Aktivitas terganggu
Keadaan ini lantas membuat banyak aktivitas warga di sana terganggu. Enggak hanya kampus tempat Dyah menuntut ilmu, beberapa toko dan kafe di sekitar tempat tinggalnya pun terlihat tak beroperasi.
"Summer ini saya rasakan yang terpanas pada hari Selasa, 19 Juli 2022, dan benar saja suhu kala itu mencapai 40 derajat celcius atau 104 derajat Fahrenheit. Kampus saya sendiri menutup kantornya. Kafe dan pertokoan di sekitar rumah tutup lebih awal, bahkan ada yang tidak beroperasi sama sekali," tuturnya.
"Karena TFL (transport for London) juga mengeluarkan travel warning ketika suhu (sedang berada di) puncak-puncaknya, saya dan suami tidak ngampus, kami bekerja di rumah," lanjutnya.
Saat ditanya soal upaya menghadapi fenomena ini, Dyah menceritakan bahwa ia sekeluarga berusaha untuk tak banyak ke luar rumah.
"Kami berusaha mengatasi gangguan-gangguan yang mungkin timbul dari cuaca panas ini. Salah satunya dengan mengurangi aktivitas di luar, dan memang ada travel warning dari TFLÂ juga," katanya.
Perjuangan Dyah menghadapi keadaan tersebut juga tak mudah, Bunda. Apalagi, rumah mereka tak memiliki AC dan hanya memanfaatkan kipas angin.
"Di rumah kami tidak ada AC, adanya malah pemanas (heater). Kami menggunakan kipas angin untuk membantu mengatasi kegerahan," ungkap Dyah.
Lalu bagaimana cara keluarganya bertahan melawan gerah saat di rumah? Simak kisah selengkapnya di halaman berikut, ya.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.Â
Simak juga tiga penyebab utama bumil alami dehidrasi dalam video berikut:
Beruntung punya taman
Ilustrasi gelombang panas/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Toms93
Hunian Dyah di London tak dilengkapi AC. Saat menghadapi fenomena ini, keluarga mereka memanfaatkan kipas angin dan membuka jendela sepanjang hari.
Dyah mengatakan bahwa biasanya jendela di rumahnya tak pernah dibuka karena suhu di sana dominan dingin. Namun, untuk kali ini, jendela-jendela tersebut harus dibuka, kecuali beberapa yang menghadap matahari.
"Di rumah, kami buka jendela dan pintu rumah lebar-lebar, ini jarang-jarang. Seringnya ditutup karena biasanya cuaca dingin. Namun, untuk jendela yang menghadap matahari, kami lebih baik menutupnya dengan gorden," kata Dyah.
Selain dari jendela dan kipas, Dyah dan keluarga ternyata sudah mengantisipasi cuaca musim panas ini dengan bercocok tanam. Syukurnya, upaya tersebut berhasil membuat rumah mereka lebih sejuk.
"Kami juga sudah mengantisipasi cuaca panas ini dengan bercocok tanam di depan rumah. Kami punya kebun kecil depan rumah untuk mengurangi hawa panas. Kami memilih untuk duduk-duduk di luar dekat kebun kecil kami, ya lumayan mendinginkan," ucapnya.
Hindari dehidrasi
Saat musim panas dengan suhu ekstrem, dehidrasi memang menjadi hal yang dikhawatirkan. Selain tak berlama-lama di bawah sinar matahari, asupan cairan dalam tubuh juga perlu dijaga.
Dyah pun membeberkan bahwa sudah banyak orang dehidrasi hingga masuk rumah sakit di sana. "Terus, kami juga lebih sering minum air putih untuk mencegah dehidrasi. Sering juga kami mendengar berita banyak warga dehidrasi sampai pingsan atau masuk rumah sakit," tuturnya.
Di balik situasi ini, wanita berusia 39 tahun ini juga mengucap syukur karena beberapa hal. Salah satunya soal informasi dari pemerintah yang akurat, sehingga memiliki waktu untuk menyiapkan diri.
"Yang kami suka dan syukuri, informasi di sini sifatnya antisipatif ya. Sangat well prepare. Pemerintah, media, kampus, dan sekolah cukup banyak memberikan informasi yang manfaat buat warga, supaya siap menghadapi gelombang panas ini," cerita Dyah.
"Prakiraan cuaca juga cenderung akurat. Dulu saya heran, kenapa cuaca itu menjadi tema pembicaraan utama orang-orang di negara-negara Eropa. Sekarang saya bisa memahami itu," sambungnya.
Seperti apa aktivitas sekolah anak-anak Dyah selama musim panas? Simak kelanjutannya di halaman berikut, ya.
AKTIVITAS SEKOLAH ANAK
Ilustrasi gelombang panas. Foto: Getty Images/iStockphoto/Toms93
Musim panas dengan suhu melampaui batas normal ini membuat banyak institusi membuat regulasi untuk beradaptasi. Selain perkantoran, sekolah anak-anak Dyah juga menerapkan hal serupa.
Saat ini, anak-anak Dyah berusia 16, 13, dan 11 tahun. Selama beberapa waktu belakangan, sekolah mereka memberikan keringanan dan beragam saran untuk menghadapi gelombang panas.
"Terkait kegiatan sekolah anak-anak, sekolah mereka juga sudah memberikan peringatan dan nasihat sebelum puncak gelombang panas. Sekolah mengirimkan pesan melalui SMS dan juga email. Hal ini membuat kami makin aware dengan gelombang panas ini," katanya.
Selain itu, sekolah juga mengizinkan para siswa untuk menggunakan seragam olahraga berupa training dan kaus. Enggak sampai di situ, sekolah juga memulangkan siswa di sana 3 jam lebih awal, Bunda.
"Sekolah membolehkan anak-anak menggunakan seragam olahraga (training dan kaos) selama dua hari suhu terpanas, Senin dan Selasa itu. Mereka juga dipulangkan 3 jam lebih cepat dari jadwal biasa," ungkap Dyah.
Saat berangkat sekolah, Dyah dan suami tak lupa untuk menyarankan anak-anak mereka memakai pelindung seperti tabir surya. Dengan begitu, kulit ketiga anaknya dapat terjaga dari sengatan matahari.
"Untuk melindungi kulit dari sinar matahari dan gelombang panas, kami meminta anak-anak menggunakan lotion atau sunscreen. Terus, kami juga sering mengingatkan anak-anak untuk banyak minum air putih," tuturnya.
Kejadian ini cukup mengkhawatirkan ya, Bunda. Kita doakan agar warga Indonesia yang terdampak fenomena ini selalu sehat, ya.
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Culture Shock Hijaber Kerja di Inggris, Wajib Ambil Libur Lebih dari 20 Hari Bun!

Mom's Life
Wanita Asal Inggris Beli Rumah Rp18 ribu, Kini Harganya Fantastis Banget

Mom's Life
Wanita Raup Rp776 Juta Per Bulan Usai Cerai dan Kurung Diri di Kamar, Kok Bisa?

Mom's Life
Wanita Terlahir Cacat Wajah, Operasi Muka 18 Kali & Bikin Pangling Saat Nikah

Mom's Life
Hartanya Rp233 Triliun, Wanita Ini Terkaya di Inggris Berkat Kotak Susu


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Sarah Menzel Lanjutkan Kuliah di Inggris, sering Tunjukkan Keindahan London
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda