Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cara Mendiagnosa Gangguan Mental dengan Tes MMPI, Jangan Asal Tebak Bun

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Sabtu, 05 Nov 2022 15:50 WIB

Psychiatrist examining a female patient
Mengenal Tes MMPI, Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Gangguan Mental/Foto: Getty Images

Ketika ingin melamar pekerjaan atau melakukan pemeriksaan terhadap gangguan kesehatan mental, Bunda bisa melakukan tes MMPI atau Minnesota Multiphasic Personality Inventory dengan tenaga profesional.

Tes ini paling sering digunakan oleh tenaga kesehatan mental profesional untuk menilai dan mendiagnosis penyakit mental. Selain itu, tes ini juga telah digunakan di bidang lain di luar psikolog klinis.

Bunda yang melakukan tes MMPI akan diberikan ratusan pertanyaan yang berhubungan dengan diri sendiri. Tidak ada jawaban yang benar atau salah ketika menjawab pertanyaan tersebut.

Bunda penasaran bagaimana cara kerja tes MMPI untuk mendiagnosis penyakit mental seseorang? Simak artikel selengkapnya berikut ini, ya, Bunda.

Tes MMPI, pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit mental

MMPI adalah alat penilaian klinis yang paling sering digunakan dan diteliti. Tes ini digunakan oleh para tenaga profesional kesehatan mental untuk membantu mendiagnosis gangguan kesehatan mental pada seseorang.

Melansir dari laman Healthline, tes ini dikembangkan oleh psikolog klinis, Starke Hathway dan neuropsikiater JC McKinley. Mereka adalah pengajar di salah satu fakultas di University of Minnesota.

Sejak diterbitkan pada 1943, tes ini telah diperbarui beberapa kali dalam upaya untuk menghilangkan bias rasial dan gender serta membuatnya lebih akurat. Tes yang diperbarui ini dikenal dengan nama MMPI-2 dan telah digunakan di lebih 40 negara.

MMPI-2 adalah tes gangguan mental yang terdiri dari 567 pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh peserta sangat membantu tenaga profesional kesehatan mental untuk menentukan apakah orang tersebut memiliki penyakit kesehatan mental atau gangguan kepribadian.

Beberapa pertanyaan tersebut dirancang untuk mengungkapkan perasaan peserta yang mengikuti tes. Pertanyaan lainnya dirancang untuk mengungkapkan apakah Bunda tulus dalam mengerjakan tes ini atau tidak.

Lebih lanjut, kebanyakan tes ini digunakan sebagai instrumen penyaringan ketika menjadi para pekerja, terutama pekerjaan yang berisiko tinggi, meskipun cara ini masih kontroversial.

Selain itu, tes MMPI juga dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program pengobatan, termasuk penggunaan zat tertentu.

Lanjut baca halaman berikutnya untuk mengetahui skala yang dihasilkan dari tes ini, yuk, Bunda.

Saksikan juga video 4 dampak Bunda stres saat hamil yang ada di bawah ini, ya, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]

SKALA KLINIS TES MMPI

Girl (6-8) crying, side view

Mengenal Tes MMPI, Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Gangguan Mental/Foto: Getty Images

10 Skala klinis tes MMPI

Dirangkum dari laman Verywell Mind, berikut adalah beberapa skala klinis yang dihasilkan dari tes MMPI.

1. Hipokondriasis

Skala ini dirancang untuk menilai kekhawatiran neurotik atas fungsi tubuh. Item pada skala ini menyangkut gejala fisik dan kesejahteraan.

Awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi orang yang menunjukkan gejala hipokondria, atau kecenderungan untuk percaya bahwa seseorang memiliki kondisi medis yang tidak terdiagnosis.

2. Depresi

Skala ini awalnya dirancang untuk mengidentifikasi depresi, ditandai dengan moral yang buruk, kurangnya harapan di masa depan, dan ketidakpuasan umum dengan situasi kehidupan sendiri.

Skor yang sangat tinggi dapat mengindikasikan depresi, sedangkan skor sedang cenderung menunjukkan ketidakpuasan umum terhadap kehidupan seseorang.

Banner Gerakan Janin

3. Hyteria

Skala ketiga awalnya dirancang untuk mengidentifikasi mereka yang menunjukkan histeria atau keluhan fisik dalam situasi stres.

Mereka yang berpendidikan baik dan dari kelas sosial yang tinggi cenderung mendapat skor lebih tinggi pada skala ini. Wanita juga cenderung mendapat skor lebih tinggi daripada pria dalam skala ini.

4. Penyimpangan psikopat

Awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi individu psikopat, skala ini mengukur penyimpangan sosial, kurangnya penerimaan otoritas, dan amoralitas (pengabaian moralitas). Skala ini dapat dianggap sebagai ukuran perilaku antisosial.

Skor tinggi cenderung lebih memberontak, sementara skor rendah lebih menerima otoritas. Terlebih dari nama skala ini, skor tinggi biasanya didiagnosis dengan gangguan kepribadian daripada gangguan psikotik.

5. Maskulinitas-feminitas

Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi apa yang mereka sebut sebagai kecenderungan homoseksual yang sebagian besar tidak efektif.

Tes ini digunakan untuk menilai seberapa banyak atau seberapa sedikit seseorang mengidentifikasi seberapa kaku seorang individu mengidentifikasi dengan stereotip peran gender laki-laki dan perempuan.

6. Paranoia

Skala ini dikembangkan untuk mengidentifikasi individu dengan gejala paranoid seperti kecurigaan, perasaan penganiayaan, konsep diri yang muluk-muluk, kepekaan yang berlebihan, dan sikap yang kaku. Mereka yang dapat skor tinggi pada skala ini cenderung memiliki gejala paranoid atau psikotik.

7. Piskasthenia

Gejala yang dijelaskan pada skala ini lebih mencerminkan kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-komplusif. Skala ini awalnya digunakan untuk mengukur keraguan yang berlebihan, kompulsi, obsesi, dan ketakutan yang tidak masuk akal.

8. Skizofernia

Skala ini awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi individu dengan skizofernia. Ini mencerminkan berbagai bidang termasuk proses pemikiran yang aneh dan persepsi yang aneh, hubungan keluarga yang buruk, kesulitan dalam kosentrasi, kurangnya minat yang mendalam, pertanyaan yang mengganggu tentang harga diri dan identitas, dan kesulitan seksual.

9. Hipomania

Skala ini dikembangkan untuk mengidentifikasi karakteristik hipomania seperti suasana hati yang meningkat, halusinasi, delusi keagungan, kecepatan bicara dan aktivitas motorik, iritabilitas,  pelarian ide, dan periode depresi yang singkat.

10. Introversi sosial

Skala ini dikembangkan lebih lambat dari sembilan skala lainnya. Ini dirancang untuk menilai rasa malu dan kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari kontak sosial dan tanggung jawab.

Nah, itulah beberapa skala yang dihasilkan melalui tes ini, semoga bermanfaat, ya, Bunda.


(asa)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda