
moms-life
Waspada Leptospirosis Saat Musim Hujan, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya
HaiBunda
Jumat, 23 Feb 2024 21:30 WIB

Daftar Isi
Leptospirosis kerap melanda saat musim hujan. Genangan air dan banjir bisa menjadi media utama penyebaran bakteri penyebab leptospirosis.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan melalui urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, dan sapi. Bakteri ini dapat bertahan hidup di air dan tanah yang lembap sehingga risiko penularan leptospirosis meningkat saat musim hujan.
Mengutip dari Cleveland Clinic, leptospirosis termasuk penyakit zoonosis, ditularkan antara hewan dan manusia. Bunda bisa tertular leptospirosis di mana pun, tapi penyakit ini paling umum terjadi di daerah tropis dan iklim hangat dengan curah hujan tinggi setiap tahunnya.
Penyebab leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan melalui urine hewan yang terinfeksi. Bakteri masuk ke tubuh Bunda melalui mulut, hidung atau mata atau melalui luka di kulit.
Bakteri berjalan melalui darah ke organ-organ Bunda, mengumpulkan di ginjal (organ yang ‘membersihkan’ darah). Ginjal Bunda membuang zat-zat yang tidak perlu atau beracun dalam urin.
Bakteri dari ginjal keluar dari tubuh melalui urine yang dapat menyebarkan leptospirosis ke orang atau hewan lain. Hampir semua mamalia (seperti tikus, anjing, kuda, babi atau sapi) bisa terkena leptospirosis.
Hewan yang menderita leptospirosis dapat mencemari air atau kotoran (tanah) sehingga menyebarkan bakteri tersebut ke hewan lain atau manusia. Bunda bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan urine atau cairan reproduksi hewan yang terinfeksi.
Tidak hanya itu, Bunda juga bisa terinfeksi melalui air atau tanah yang terkontaminasi. Bahkan terkontaminasi dari minuman atau makanan yang terkena bakteri Leptospira.
Bahaya penyakit leptospirosis
Diperkirakan lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia terkena leptospirosis setiap tahunnya. Hampir 60.000 di antaranya meninggal karenanya.
Wabah leptospirosis telah terjadi di Amerika Serua setelah banjir di Hawaii, Florida dan Puerto Rico. Aktivitas rekreasi air tawar, terutama yang membuat Bunda bersentuhan dengan air yang terkontaminasi dalam jangka waktu lama, meningkatkan risiko.
Ini termasuk aktivitas yang membuat kepala terendam atau menyebabkan Bunda menelan air (misalnya saja, arung jeram, berenang, dan berperahu). Risiko Bunda bahkan lebih besar setelah hujan lebat atau banjir.
Gejala leptospirosis
Ada orang yang mengalami gejala leptospirosis mirip flu, ada pula yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada kasus leptospirosis yang parah, Bunda mengalami gejala pendarahan internal dan kerusakan organ.
Gejala leptospirosis biasanya muncul 7 sampai 14 hari setelah terpapar bakteri. Gejalanya meliputi:
- Demam tinggi
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Batuk
- Mual dan muntah
- Diare
- Ruam
- Mata merah
Ada dua fase leptospirosis, yakni fase leptospiremik (akut) dan fase imun (tertunda). Bunda mungkin mengalami gejala ringan atau tanpa gejala pada fase leptospiremi. Beberapa orang mengalami gejala parah pada fase kekebalan.
Fase leptospiremi
Selama fase leptospirosis (juga disebut fase septikemia), Bunda mungkin mengalami gejala mirip flu secara tiba-tiba. Ini biasanya dimulai dalam dua hingga 14 hari setelah infeksi Leptospira. Itu berlangsung antara tiga dan 10 hari.
Pada fase ini, bakteri berada di aliran darah dan berpindah ke organ Bunda. Tes darah akan menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Fase kekebalan
Pada fase kekebalan, bakteri Leptospira telah berpindah dari darah ke organ tubuh Bunda. Bakteri ini paling terkonsentrasi di ginjal yang menghasilkan urine. Tes urin akan menunjukkan tanda-tanda bakteri dan akan memiliki antibodi terhadap Leptospira dalam darah.
Sejumlah kecil orang akan menderita sindrom Weil pada fase ini. Sindrom Weil menyebabkan pendarahan internal, kerusakan ginjal, dan kulit dan mata menjadi kuning parah (penyakit kuning).
Kapan harus ke dokter bila terkena leptospirosis?
Jika Bunda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter. Leptospirosis yang tidak diobati dapat berkembang menjadi komplikasi serius, seperti gagal ginjal, kerusakan hati, dan meningitis.
Jika gejala sudah merujuk ke laptospirosis, dokter bisa merujuk Bunda untuk melakukan tes darah atau urin. Sampel darah akan diambil dari lengan dengan jarum kecil, atau Bunda buang air kecil di dalam cangkir untuk diambil sampel urinnya.
Laboratorium akan menguji sampel untuk mencari tanda leptospira. Jika Bunda menunjukkan tanda leptospirosis parah, petugas kesehatan mungkin akan melakukan rontgen dada, CT scan, atau skrinning lainnya.
Mereka akan menggunakan mesin untuk mengambil gambar bagian dalam tubuh Bunda untuk mencari kerusakan pada organ.
Pengobatan leptospirosis
Pengobatan leptospirosis tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pada kasus ringan, dokter mungkin hanya akan meresepkan obat untuk meredakan gejala.
Jika Bunda menderita leptospirosis parah maka akan dirawat di rumah sakit. Bunda akan diberi antibiotik langsung melalui infus (jarum yang dihubungkan ke tabung yang membawa obat ke darah). Tergantung pada organ mana yang terkena, Bunda mungkin memerlukan obat atau prosedur tambahan, di antaranya;
Antibiotik
Jenis antibiotik untuk mengatasi leptospirosis antara lain doksisiklin, amoksisilin, ampisilin, penisilin-G, dan ceftriaxone. Petugas kesehatan akan memutuskan mana yang akan digunakan berdasarkan seberapa sakit Bunda dan riwayat kesehatan Bunda.
Ventilasi mekanis
Jika paru-paru Bunda terinfeksi bakteri, mungkin akan kesulitan bernapas dan memerlukan bantuan mesin untuk bernapas. Petugas kesehatan akan memberi Bunda obat untuk tetap tertidur saat terhubung ke mesin
Plasmaferesis
Ini disebut pertukaran plasma. Plasmaferesis mungkin membantu jika Bunda berisiko mengalami kerusakan organ akibat leptospirosis.
Selama prosedur ini, petugas kesehatan akan mengeluarkan darah Bunda menggunakan tabung yang terpasang pada vena. Sebuah mesin memisahkan plasma dari darah Bunda dan menggantinya dengan pengganti plasma. Darah kemudian dikembalikan ke tubuh Bunda melalui tabung lain.
Cara mencegah leptospirosis
Berikut beberapa cara untuk mencegah leptospirosis:
- Hindari kontak langsung dengan air genangan atau lumpur.
- Gunakan alas kaki saat berada di luar ruangan.
- Tutup luka dengan perban kedap air.
- Jaga kebersihan lingkungan rumah.
- Lakukan pengendalian hama tikus.
Musim hujan memang identik dengan berbagai penyakit, termasuk leptospirosis. Namun dengan kewaspadaan dan pengetahuan yang cukup, kita dapat menjaga diri dan keluarga dari penyakit-penyakit tersebut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Peringatan Kemenkes soal Penyakit Mematikan saat Musim Hujan, Ini Gejalanya Bun

Mom's Life
8 Penyebab Perut Sakit Setelah Berhubungan Seks dan Cara Mengatasinya

Mom's Life
Tanda Ajal Sudah Dekat Menurut Seorang Ahli Medis

Mom's Life
7 Alasan Mengapa Gula Tidak Baik Bagi Tubuh Bunda, Salah Satunya Memicu Depresi

Mom's Life
Bunda Perlu Tahu, Ini 4 Jenis Minuman yang Ancam Kesehatan Ginjal


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Becky Tumewu Usai Operasi Mata Akibat Retina Lepas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda