MOM'S LIFE
7 Tanda Bunda Korban Quiet Firing di Kantor, Sengaja 'Dibikin' Resign
Amira Salsabila | HaiBunda
Jumat, 23 Feb 2024 18:30 WIBQuiet firing adalah ketika perusahaan menciptakan kondisi kerja yang tidak ideal untuk membuat karyawan yang berkinerja buruk berhenti. Contoh taktik ini termasuk menolak promosi dan mengisolasi karyawan.
Konsep ini merupakan cara yang kontroversial dan non-konfrontatif untuk meyakinkan karyawan agar meninggalkan perusahaan, namun ini bukan menjadi pendekatan yang disarankan karena banyak kelemahannya. Metode ini juga juga dikenal dengan istilah silent firing.
Praktik ini merupakan kebalikan dari quiet quitting dan merupakan ciri-ciri dari perusahaan dengan manajemen yang buruk, serta tempat kerja yang toxic. Ini adalah cara untuk memaksa pergantian dan pengurangan karyawan.
7 Tanda Quiet Firing di Kantor
Jika memperhatikan atasan tidak mengakui kerja keras dan kontribusi, mereka mungkin akan memecat Bunda secara diam-diam.
Melansir dari laman CNBC Make It, sebuah perusahaan pengembang tim, quiet firing adalah pendekatan pasif-agresif terhadap manajemen kinerja. Alih-alih memecat karyawan secara langsung, para atasan akan membuat tempat kerja menjadi tidak menyenangkan, dengan mendorong karyawan untuk berhenti atau mengabaikan mereka karena kurangnya umpan balik atau sumber daya.
Berikut adalah beberapa tanda perusahaan dengan sistem quiet firing yang perlu Bunda ketahui:
1. Kemajuan Karier yang Dihentikan
Tanda paling umum yang terlihat mungkin kurangnya kemajuan karier Bunda selama bekerja di perusahaan tersebut. Karyawan mungkin menjadi target berulang kali diabaikan untuk mendapatkan promosi atau peluang yang lebih baik.
Di tempat kerja yang sehat, pemimpin akan memberikan pedoman tentang apa yang harus dicapai oleh karyawan untuk naik ke tingkat berikutnya dalam karier mereka. Akan tetapi, dalam quiet firing, para atasan mungkin tidak merekomendasikan karyawan tersebut.
2. Menolak Kenaikan Gaji Karyawan
Kompensasi adalah sebuah alat yang bisa digunakan oleh para karyawan, dan lebih khusus lagi, ditahan, untuk mengeluarkan karyawan dari perusahaan tersebut. Setelah atasan sudah memutuskan untuk memecat karyawannya, mereka akan menolak permintaan kenaikan gaji atau negosiasi ulang paket kompensasi.
Penolakan ini mungkin merupakan taktik strategis untuk membuat karyawan berpindah pekerjaan demi mencari kompensasi yang lebih baik.
3. Memberikan Pekerjaan yang Sulit
Mungkin bisa hampir setiap hari karyawan yang akan dipecat diberikan tugas atau pekerjaan yang buruk atau tidak menyenangkan. Melakukan pekerjaan yang membosankan, tidak berarti, dan buruk secara terus-menerus dapat menjadi salah satu tanda peringatan akan terjadinya quiet firing.
Saat menugaskan beban kerja, orang yang diam-diam akan menyimpan pekerjaan paling tidak diinginkan untuk target mereka dengan harapan karyawan tersebut akan bosan dan berhenti bekerja.
4. Peningkatan Birokrasi
Pihak yang melakukan aksi diam-diam mungkin akan menambahkan langkah ekstra dan bahkan menerapkan kebijakan baru untuk membuat target mereka semakin terlihat buruk.
Para atasan ini mungkin menambahkan tingkat tinjauan tambahan untuk menambah gesekan pada sistem yang seharusnya disederhanakan. Proses sederhana menjadi rumit, tugas menjadi sangat memberatkan atau bahkan mustahil dikerjakan.
Pekerja menghabiskan jumlah waktu yang tidak proporsional untuk tugas-tugas administratif sehingga menyita waktu dan tanggung jawab lainnya. Segalanya menjadi lebih sulit dari yang seharusnya, dan karyawan dengan cepat menjadi frustrasi.
5. Menghentikan Proyek
Salah satu ciri dari quiet firing adalah melambatnya pertumbuhan dan terhentinya tugas-tugas atau proyek baru. Sementara karyawan lain mendapat kesempatan untuk memimpin proyek baru atau mendapatkan tugas baru, karyawan tersebut akan terjebak melakukan hal yang sama.
Karyawan yang akan dipecat mungkin meminta tantangan dan peluang baru untuk bersinar, namun para atasan menjawab bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi.
6. Menolak Janji
Janji-janji yang tidak ditepati adalah salah satu tanda bahaya paling umum dari tindakan ini. Daripada menolak karyawan secara langsung, mereka akan terus ingkar janji. Perusahaan mungkin akan terus-menerus membatalkan atau menjadwalkan ulang pembicaraan seperti tinjauan kinerja atau negosiasi gaji.
7. Tidak Mendapatkan Feedback dari Atasan
Kurangnya feedback atau umpan balik juga menjadi salah satu tanda yang perlu Bunda waspadai ketika bekerja. Perusahaan sering kali menandai karyawan sebagai orang yang tersesat dan memandang pembinaan hanya membuang-buang waktu.
Bagaimana Cara Mengatasi Situasi Quiet Firing?
Jika menjadi salah satu korban tindakan ini, Bunda perlu melakukan beberapa upaya untuk mempertahankan pekerjaan dengan baik. Berikut beberapa di antaranya:
1. Bicara dengan Atasan
Bicara dengan pimpinan dan dukung diri sendiri untuk melakukan perubahan. Minta waktu pada perusahaan untuk benar-benar melakukan perubahan.
2. Meminta Bantuan Orang Lain
Bunda juga bisa berkomunikasi dengan rekan kerja terpercaya untuk memberikan dukungan. Bunda bisa mengajak atasan untuk melakukan diskusi bersama rekan kerja yang mengetahui kinerja Bunda secara baik.
3. Menyelesaikan Tugas dengan Baik
Bunda perlu membiasakan diri untuk selalu memberikan hasil dan kinerja yang baik untuk perusahaan. Mulai dari mengerjakan pekerjaan tepat waktu, disiplin, dan rajin.
Nah, itulah beberapa tanda-tanda hingga bagaimana cara mengatasi quiet firing yang perlu Bunda ketahui. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa)