Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Penghargaan atau Hukuman, Mana yang Memotivasi Karyawan Agar Giat Kerja?

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Rabu, 10 Apr 2024 15:55 WIB

Ilustrasi wanita karier bekerja di kantor
Ilustrasi cara memotivasi karyawan/Foto: Getty Images/maroke
Daftar Isi

Motivasi karyawan menjadi kunci untuk mencapai tujuan perusahaan. Dua strategi umum untuk memotivasi karyawan bisa dengan penghargaan dan hukuman.

Polimatik abad ke-18 Jeremy Bentham pernah menulis, ‘Rasa sakit dan kesenangan menguasai kita dalam segala hal yang kita lakukan, dalam segala hal yang kita katakan, dalam segala hal yang kita pikirkan.’

Ilmu saraf modern sangat mendukung intuisi Bentham. Sistem limbik otak yang penting untuk emosi dan motivasi memproyeksikan ke seluruh otak, memengaruhi setiap aspek keberadaan, mulai dari kemampuan untuk belajar, orang-orang yang berteman dengan kita, hingga membuat keputusan.

Banner 40 Ucapan Idul Fitri

Untuk itu, tidak mengherankan jika ketika Bunda berusaha memotivasi orang maka mencoba untuk memperoleh antisipasi kesenangan dengan menjanjikan imbalan, misalnya, bonus, promosi, umpan balik positif, dan pengakuan publik.

Atau sebaliknya, Bunda mencoba memperingatkan akan hal tersebut melalui rasa sakit akibat hukuman (penurunan pangkat, umpan balik negatif, penghinaan di depan umum). Namun yang tidak selalu jelas, mana yang harus kita gunakan untuk bisa memotivasi karyawan agar lebih giat bekerja?

Ada beberapa penelitian mengenai hal yang bisa Bunda lakukan untuk memotivasi karyawan. Mengutip dari Harvard Business Review, berikut hasil penelitian untuk mengetahui lebih baik memberikan karyawan reward atau punishment yang bisa memacu kinerja mereka.

Kata penelitian

Sebuah penelitian di rumah sakit New York menunjukkan bahwa umpan balik positif lebih efektif dalam memotivasi staf medis untuk mencuci tangan dibandingkan dengan ancaman penyebaran penyakit. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan frekuensi staf medis mencuci tangan karena sanitasi di lingkungan medis sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit.

Staf medis berulang kali diingatkan akan hal ini dan tanda peringatan tentang konsekuensi dari tangan yang tidak bersih juga sudah ditempelkan di samping dispenser gel sanitasi.

Berdasarkan CCTV yang dipasang untuk memantau setiap wastafel dan dispenser pembersih tangan di unit perawatan intensif rumah sakit, menunjukkan bahwa hanya 10% staf medis yang membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah memasuki kamar pasien. Padahal para karyawan tahu bahwa mereka sedang direkam.

Kemudian intervensi diperkenalkan. Papan elektronik ditempatkan di lorong unit yang memberikan umpan balik instan kepada karyawan.

Setiap kali mereka mencuci tangan, papan akan menampilkan pesan positif (seperti “Good job!”) dan skor kebersihan tangan pada shift saat ini meningkat. Tingkat kepatuhan meningkat tajam dan mencapai hampir 90% dalam waktu 4 minggu.

Papan elektronik tersebut memberikan umpan balik positif instan kepada staf saat mereka mencuci tangan yang ternyata lebih memotivasi karyawan dibanding ancaman atau peringatan.

Penelitian lain menunjukkan bahwa orang lebih cepat bertindak untuk mendapatkan imbalan daripada menghindari hukuman. Dalam sebuah eksperimen, para sukarelawan lebih cepat menekan tombol untuk mendapatkan satu dolar daripada menghindari kehilangan satu dolar.

Menciptakan antisipasi positif pada karyawan mungkin lebih efektif dalam memotivasi mereka agar lebih giat bekerja. Dibandingkan mengancam karyawan dengan hukuman.

Contoh lain, memberikan imbalan uang kecil kepada orang-orang yang berolahraga atau mengonsumsi makanan sehat lebih efektif dalam mengubah perilaku daripada memperingatkan mereka tentang obesitas dan penyakit.

Otak Bunda mengodekan informasi positif lebih baik daripada informasi negatif. Ini karena orang sering mengabaikan informasi negatif dan menganggap hal positif sebagai sesuatu yang relevan sehingga menghasilkan pandangan optimis.

Ketika Bunda ingin memotivasi orang lain maka harus fokus pada manfaat yang didapat jika ingin mencapai tujuan. Daripada Bunda menakut-nakuti mereka dengan kegagalan.

Mengapa reward atau umpan balik positif lebih efektif?

1. Memicu sinyal imbalan di otak

Umpan balik positif memicu pelepasan dopamin yang memperkuat tindakan. Hal ini membuat karyawan lebih mungkin mengulang kepatuhan di masa depan.

2. Mendorong tindakan

Ketika Bunda mengharapkan sesuatu yang baik, otak  memberikan sinyal ‘go’ yang mendorong tindakan. Sebaliknya, ketika kita mengantisipasi sesuatu yang buruk, otak kita memberikan sinyal ‘tidak boleh’ yang menghambat tindakan.

3. Membangun optimisme

Orang-orang lebih mudah mengingat informasi positif dan menganggapnya relevan dengan diri sendiri sehingga meningkatkan optimisme serta motivasi.

Cara menerapkan reward pada karyawan

Demi meningkatkan motivasi karyawan agar lebih giat bekerja, Bunda bisa menerapkan reward kepada pekerja yang rajin dan berprestasi. Hal ini bisa memicu semangat karyawan lainnya. 

Reward tidak harus berupa bonus. Ini dia beberapa bentuk ‘reward’ yang bisa membantu Bunda dalam memotivasi karyawan untuk bekerja:

  • Memberikan pengakuan publik kepada karyawan yang produktif.
  • Memberikan imbalan kecil untuk perilaku yang diinginkan.
  • Menyoroti manfaat mencapai tujuan daripada memperingatkan tentang konsekuensi negatif.

Penghargaan dan umpan balik positif lebih efektif dalam memotivasi karyawan daripada hukuman dan ancaman. Hal ini karena otak manusia secara alami lebih terhubung untuk merespon dan bertindak terhadap potensi keuntungan daripada menghindari kerugian.

Mana yang lebih sering Bunda lakukan? Memberikan punishment atau reward kepada karyawan?

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda