Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Sudah Diet dan Berat Badan Turun tapi Perut Tetap Buncit, Apa Penyebabnya?

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Selasa, 25 Jun 2024 19:10 WIB

Woman worried about body fat touching her belly
Sudah Diet dan Berat Badan Turun tapi Perut Tetap Buncit, Apa Penyebabnya?/Foto: Getty Images/iStockphoto/AntonioGuillem
Daftar Isi

Menurunkan berat badan merupakan sebuah pencapaian yang patut dibanggakan. Namun terkadang usaha keras Bunda untuk diet dan berolahraga bisa terasa sia-sia ketika perut masih terlihat buncit meskipun berat badan sudah turun.

Hal ini tentu bisa membuat frustrasi dan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa berat badan turun tapi perut masih buncit?

Jangan khawatir, Bunda tidak sendirian. Faktanya, ada beberapa alasan mengapa berat badan turun tapi perut tetap buncit. Mengutip dari Cleveland Clinics dan Medical News Today, berikut beberapa penyebab perut buncit walaupun berat badan sudah turun serta cara mengatasinya.

Banner Kesalahan Ortu pada Anak LelakiBanner Kesalahan Ortu pada Anak Lelaki/ Foto: HaiBunda / Dwi Rachmi

Penyebab Berat Badan Turun tapi Perut Buncit

1. Lemak visceral

Lemak visceral adalah jenis lemak di sekitar organ perut, seperti hati, pankreas, dan usus. Lemak ini punya fungsi untuk melindungi berbagai organ di perut.

Meski demikian, lemak visceral juga bisa lebih berbahaya jika menumpuk daripada lemak di bawah kulit (subkutan) karena dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.

Meskipun Bunda berhasil menurunkan berat badan secara keseluruhan, lemak visceral mungkin masih membandel dan membuat perut terlihat buncit. 

2. Kurang olahraga kardio

Olahraga tidak hanya membantu membakar kalori dan menurunkan berat badan tapi juga membantu membangun massa otot. Massa otot yang lebih banyak membantu tubuh membakar kalori bahkan saat istirahat.

Jika Bunda hanya fokus pada diet tanpa berolahraga mungkin kehilangan lemak dan massa otot secara bersamaan. Hal ini dapat membuat metabolisme tubuh melambat sehingga perut terlihat lebih buncit.

Kurang olahraga kardio, seperti berlari, berenang, atau bersepeda, juga bisa menyebabkan perut buncit. Olahraga kardio sangat penting untuk membakar kalori dan lemak.

Kalau Bunda hanya fokus pada latihan kekuatan dan mengabaikan kardio, lemak visceral mungkin tidak terbakar secara optimal. Tak heran jika perut tetap buncit.

3. Konsumsi karbohidrat olahan berlebihan

Karbohidrat olahan, seperti roti putih, nasi putih, dan pasta, dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat. Hal ini dapat memicu pelepasan hormon insulin yang mendorong penyimpanan lemak di perut.

Kurangi konsumsi karbohidrat olahan dan ganti dengan karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, oatmeal, dan ubi jalar, Karbohidrat kompleks bisa membantu mengontrol kadar gula darah dan mengurangi lemak perut.

4. Kurang konsumsi protein

Protein membantu Bunda merasa kenyang lebih lama dan meningkatkan metabolisme. Kekurangan protein dapat membuat Bunda mudah lapar dan makan berlebihan sehingga lemak perut pun bertambah.

Pastikan untuk memasukkan sumber protein dalam setiap makanan Bunda sehari-hari, seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk olahan susu rendah lemak.

5. Stres berlebihan

Jika Bunda merasa stres, kemungkinan besar akan memilih makanan yang tidak sehat dan berkalori tinggi untuk mendapatkan kenyamanan yang cepat. Stres kronis dapat meningkatkan kadar hormon kortisol yang memicu penyimpanan lemak di perut. 

Lakukan aktivitas yang dapat membantu mengelola stres, seperti yoga, meditasi, atau menghabiskan waktu di alam.

6. Gangguan pencernaan

Beberapa kondisi pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) dan penyakit celiac, dapat menyebabkan kembung dan perut buncit. Penelitian yang sedang berkembang mengungkap betapa pentingnya microbiome Bunda (kumpulan bakteri di usus) untuk kesehatan dan berpotensi pada berat badan.

Ulasan yang diterbitkan pada Juni 2020 di Preventive Nutrition and Food Science ini menemukan bahwa probiotik, prebiotik, dan sinbiotik (campuran probiotik dan prebiotik) dapat membantu mencegah penambahan berat badan.

Dilaporkan juga bahwa orang dengan keanekaragaman mikrobioma usus yang lebih sedikit cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi. Jika Bunda mengalami gejala pencernaan yang persisten, konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.

7. Kondisi medis tertentu

Dalam beberapa kasus, perut buncit meskipun berat badan sudah turun dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti:

Cushing syndrome: Kondisi ini disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol.
Hipotiroidisme: Kondisi ini menyebabkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup.
Penyakit ginjal: Penyakit ginjal dapat menyebabkan retensi air dan kembung.

Cara Mengatasi Perut Buncit

1. Jalan-jalan

Aktivitas fisik dapat membuat Bunda buang air besar lebih teratur sehingga membantu mengeluarkan gas dan tinja berlebih. Menggerakan usus sangat penting terutama jika sering sembelit. Berjalan-jalan di sekitar rumah setiap hari dapat membantu mengatasi perut buncit.

2. Cobalah pose yoga

Pose yoga tertentu dapat memposisikan otot perut sedemikian rupa sehingga mendorong pelepasan gas berlebih dari saluran pencernaan. Hal ini dapat mengurangi kembung dan akhirnya mengurangi tampilan perut buncit. 

3. Coba pijat perut

Memijat bagian perut dapat membantu melancarkan buang air besar. Pijatan yang mengikuti jalur usus besar sangat membantu. Bunda dapat mengikuti langkah-langkah di bawah ini untuk melakukannya:

  • Meletakkan tangan tepat di atas tulang pinggul kanan.
  • Memijat dengan gerakan memutar dengan tekanan ringan ke atas menuju sisi kanan tulang rusuk.
  • Memijat lurus melintasi area perut bagian atas menuju tulang rusuk kiri.
  • Bergerak perlahan ke bawah menuju tulang pinggul kiri.
  • Ulangi lagi.
  • Jika pijatan menimbulkan rasa sakit, sebaiknya segera hentikan.

4. Gunakan minyak esensial

Sebuah studi dari tahun 2016 menguji efektivitas suplemen yang mengandung kombinasi minyak esensial adas dan kurkumin pada 116 orang dengan IBS ringan hingga sedang. Setelah 30 hari, orang-orang melaporkan adanya perbaikan pada gejala IBS mereka, termasuk kembung dan sakit perut.

Orang sebaiknya tidak mengonsumsi minyak esensial tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

5. Makan banyak protein

Mengonsumsi protein antara 25% sampai 30% kalori dapat meningkatkan metabolisme sebanyak 80 hingga 100 kalori per hari. Bunda secara otomatis mengonsumsi beberapa ratus kalori lebih sedikit per hari. 

Ini sebagian dimediasi oleh efek protein pada hormon pengatur nafsu makan, seperti ghrelin dan lainnya. Jika Bunda makan sarapan, pastikan untuk mengonsumsi protein. 


Studi menunjukkan bahwa mereka yang makan sarapan berprotein tinggi tidak terlalu lapar dan makan camilan lebih sedikit sepanjang hari. Asupan protein yang tinggi juga membantu mencegah perlambatan metabolisme, efek samping yang umum dari penurunan berat badan.

6. Latihan kardio dan kekuatan

Tingkatkan aktivitas fisik setiap hari. Bunda perlu lebih rajin latihan kardio.

Lakukan minimal 150 menit olahraga kardio intensitas sedang per minggu atau 75 menit olahraga kardio intensitas tinggi per minggu. Variasikan dengan latihan kekuatan.

Lakukan latihan kekuatan 2 sampai 3 kali per minggu untuk membangun massa otot. Otot membutuhkan lebih banyak kalori daripada lemak sehingga dapat membantu meningkatkan metabolisme dan membakar lebih banyak lemak visceral.

Jika Bunda merasa kesulitan untuk mengatasi perut buncit sendiri, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter agar mendapatkan panduan dan program yang lebih dipersonalisasi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda