HaiBunda

MOM'S LIFE

Pengaruh Fenomena Solstis di Indonesia terhadap Waktu Subuh & Magrib

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 02 Jul 2024 16:18 WIB
Ilustrasi Matahari/ Foto: Getty Images/iStockphoto/kitzcorner
Jakarta -

Bunda pernah merasa waktu siang atau malam panjang? Hal tersebut bisa terjadi karena fenomena solstis.

Fenomena solstis terjadi dua kali setiap tahunnya. Solstis merupakan fenomena yang menandai titik balik Matahari, di mana posisinya berada di titik paling utara dan paling selatan.

Perlu diketahui, posisi Matahari berada di paling utara sekitar 20 atau 21 Juni dan paling selatan pada 21 atau 22 Desember.


Menurut Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Santi Sulistiani, solstis terjadi karena kemiringan sumbu rotasi bumi sekitar 23,5 derajat terhadap sumbu orbitnya mengelilingi Matahari. Hal tersebut menyebabkan variasi musiman dalam jumlah cahaya Matahari yang diterima oleh berbagai bagian Bumi, yang kemudian mengakibatkan adanya musim.

"Fenomena ini juga dapat menjadi patokan penentuan waktu, terutama penghitungan tanggal kalender bahwa tidak selamanya setahun adalah 365 hari," ujarnya dalam Dialog Obrolan Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa, di YouTube BRIN Indonesia (28/6/2024), seperti dikutip dari rilis dalam laman BRIN pada Senin (1/7/24).

Lantas, adakah pengaruh di Indonesia?

Pengaruh solstis di Indonesia

Santi menjelaskan bahwa fenomena solstis tak memberikan pengaruh besar di Indonesia yang terletak di garus khatulistiwa. Pengaruhnya hanya sebatas perpanjangan waktu siang dan malam. Misalnya, waktu subuh dan magrib yang bergesar lantaran posisi Matahari terkadang di utara atau selatan.

Ada banyak budaya menggunakan solstis ni sebagai penanda waktu untuk kelender, Bunda. Contohnya kalender Julian dan Gregorian yang digunakan di dunia Barat. Kalender ini memasukkan solstis sebagai titik referensi menentukan tanggal penting dalam setahun.

Solstis dipakai sebagai titik referensi utama dalam kalender Gregorian untuk memastikan sinkronisasi dengan tahun tropis, yaitu waktu yang diperlukan Bumi untuk menyelesaikan satu orbit penuh mengelilingi Matahari kira-kira 365,24 hari.

Solstis juga dapat digunakan untuk menentukan tahun kabisat dalam kalender Gregorian. Lalu, seperti apa cara penentuannya ya?

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

3 Kebiasaan yang Tidak Boleh Dilakukan saat Cuaca Panas, Salah Satunya Sering Minum Es

TOPIK TERKAIT

TERPOPULER

Melahirkan di Usia 42 Th, Intip Potret Terbaru Kiki Amalia Bersama Sang Putri

Parenting Pritadanes & Annisa Karnesyia

Belum Suntik TT tapi Sudah Berhubungan Suami Istri, Berbahayakah?

Kehamilan Melly Febrida

5 Potret Claire Anak Shandy Aulia Semakin Cantik Seperti Sang Bunda

Parenting Nadhifa Fitrina

Mana yang Lebih Efektif untuk Diet: Nasi atau Roti? Simak Penjelasan Ahli Gizi

Mom's Life Arina Yulistara

15 Rekomendasi Kuliner Malam di Blok M Paling Legendaris dan Populer

Mom's Life Azhar Hanifah

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Melahirkan di Usia 42 Th, Intip Potret Terbaru Kiki Amalia Bersama Sang Putri

Belum Suntik TT tapi Sudah Berhubungan Suami Istri, Berbahayakah?

5 Potret Claire Anak Shandy Aulia Semakin Cantik Seperti Sang Bunda

Mana yang Lebih Efektif untuk Diet: Nasi atau Roti? Simak Penjelasan Ahli Gizi

Botol Susu: Tips Memilih, Cara Sterilisasi untuk Jaga Kesehatan Bayi & Rekomendasinya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK