HaiBunda

MOM'S LIFE

Diabetes Melitus: Kenali Gejala, Penyebab, dan Penanganan yang Tepat

dr. Franciscus Ari, Sp.P.D   |   HaiBunda

Senin, 07 Oct 2024 15:15 WIB
Ilustrasi Diabetes Melitus/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme tubuh yang menyebabkan kadar gula tinggi di dalam darah. Kadar gula yang tinggi ini akan terus menumpuk di dalam pembuluh darah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh untuk bekerja dengan semestinya.

Kasus diabetes melitus terus meningkat di seluruh dunia. Menurut International Diabetes Federation (IDF), prevalensi diabetes melitus di dunia ada 537 juta kasus di tahun 2021. Menurut prediksi, kasus akan meningkat hingga 643 juta di tahun 2030.

Indonesia berada di peringkat kelima sebagai negara dengan kasus prevalensi diabetes melitus tertinggi di tahun 2021, yakni sekitar 19,5 juta. Diprediksi terjadi lonjakan kasus mencapai 23 juta pada tahun 2023, dan 28,5 juta kasus di tahun 2045.


Prevalensi kasus diabetes melitus di dunia terus meningkat di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai menengah. Jika tidak segera diatasi, dampaknya akan semakin meluas yang juga berimbas pada meningkatnya beban ekonomi pada sektor kesehatan di suatu negara.

Fenomena diabetes melitus seperti gunung es yang hanya terlihat di permukaan, Bunda. Angka prevalensi kasus yang disajikan terkadang belum sesuai dengan data yang dilaporkan.

Banyak pengidap diabetes tidak melaporkan kondisinya ke fasilitas kesehatan. Selain itu, pada beberapa orang, gejala diabetes tidak terlalu khas sehingga sulit mendeteksi fase-fase dengan lebih cepat. Kebanyakan kasus diabetes melitus baru diketahui setelah ditemukan komplikasi. Padahal deteksi dini diabetes sangat mudah.

Selain itu, tidak diketahui juga secara pasti kapan jumlah atau kemampuan kerja insulin seseorang akan menurun di saat gaya hidup mulai buruk. Diabetes dapat terjadi kapan saja, bahkan dari usia anak-anak.

Penyebab diabetes melitus

Diabetes melitus terjadi akibat adanya gangguan produksi dari hormon insulin dan/atau gangguan kerja hormon insulin. Gangguan produksi hormon insulin disebut juga sebagai insulin defisiensi atau kekurangan insulin. Sementara itu, gangguan kerja hormon insulin disebut juga sebagai resistensi insulin.

Kedua penyebab diabetes tersebut umumnya terjadi secara bersamaan, walaupun pada beberapa tipe yang dominan, diabetes terjadi karena kurangnya atau rendahnya hormon insulin (insulin defisiensi).

Perlu diketahui ya, insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel beta di dalam pankreas. Fungsi utama insulin adalah untuk metabolisme glukosa atau gula di dalam tubuh, dengan cara menyerapnya ke dalam sel, lalu mengubahnya menjadi energi.

Ketika terjadi gangguan hormon insulin, baik jumlah atau cara kerjanya terganggu, maka terjadi penumpukan gula dalam darah.

Pada kondisi diabetes ini, gula tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk diubah menjadi energi. Akibatnya, tubuh mengambil asam lemak untuk dipecah menjadi energi, dan terjadilah ketosis atau peningkatan keton dalam darah yang berbahaya bagi tubuh.

Jika kondisi tersebut dibiarkan, tumbuh kembali menggunakan protein untuk dipecah dan dijadikan energi. Penyandang diabetes yang tidak terkontrol, hal tersebut dapat membuat massa ototnya menurun.

Jenis diabetes melitus

Diabetes melitus dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni:

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan karena adanya suatu antibodi yang merusak atau mengganggu kerja sel beta di pankreas. Penyandang diabetes tipe 1 tidak bisa atau sangat sedikit memproduksi insulin. Faktor genetik turut berperan dalam terjadinya diabetes tipe 1, Bunda.

Diabetes tipe 1 termasuk 'autoimun' dan disebut juga sebagai insulin dependent diabetes mellitus, yang artinya diabetes melitus yang tergantung dengan insulin. Penanganan diabetes tipe 1 tidak bisa dilakukan dengan obat-obatan, melainkan dengan pemberian insulin rutin seumur hidup.

Pada diabetes tipe 1, faktor genetik dihipotesiskan berperan sebagai penyebabnya. Namun, bukan berarti orang tua dengan diabetes tipe 1 sudah pasti menurunkan penyakit ini ke anaknya. Pada beberapa kasus, anak yang terdiagnosis diabetes tipe 1 terlahir dari orang tua yang tidak memiliki diabetes.

2. Diabetes Tipe 2

Sekitar 90 persen kasus diabetes melitus adalah tipe 2. Diabetes tipe ini terjadi akibat adanya gangguan atau penurunan jumlah hormon insulin secara bertahap. Diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gangguan kerja insulin disebut juga sebagai resistensi insulin.

Penyebab umum diabetes tipe 2 adalah gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan mengonsumsi makanan manis berlebihan, kurang aktif bergerak (olahraga), dan stres.
Faktor genetik juga berperan, tetapi bukan faktor yang dominan.

3. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi hanya ketika terjadi kehamilan. Diabetes ini terjadi pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya.

Kondisi ini umumnya terjadinya di trimester kedua kehamilan atau usia sekitar 24 hingga 28 minggu, yakni saat terjadi pematangan plasenta karena kadar hormon yang tinggi. Kenaikan kadar hormon ini dapat menyebabkan gangguan atau resistensi insulin.

Diabetes gestasional pada ibu hamil belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, dikatakan bahwa ibu hamil dengan riwayat diabetes atau sudah pernah mengalami resistensi insulin akan lebih berisiko mengalami diabetes gestasional.

Diabetes gestasional ini juga memiliki kemungkinan berubah menjadi diabetes melitus setelah persalinan. Untuk itu, sebaiknya para ibu hamil dengan diabetes gestasional perlu melakukan pemeriksaan berkala kadar gula darah setelah melahirkan.

4. Diabetes Tipe Lain

Diabetes tipe lain didefinisikan sebagai diabetes yang tidak memenuhi kriteria tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe lain ini ada banyak macamnya, salah satunya berhubungan dengan mutasi gen.

Pengidap diabetes tipe lain akibat faktor mutasi gen mengalami gangguan insulin yang menyebabkan kadar gula darahnya tinggi, meski sudah menjalani gaya hidup sehat.

5. Diabetes neonatus

Diabetes neonatus merupakan diabetes pada bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi karena gangguan yang disebabkan kerusakan sel beta di pankreas, Bunda.

Perlu dipahami bahwa diabetes neonatus berbeda dengan diabetes tipe 1. Pada diabetes bayi baru lahir, kerusakan sel beta tidak disebabkan oleh antibodi atau 'autoimun'.

Ilustrasi Diabetes Melitus/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Faktor risiko diabetes melitus

Diabetes melitus rentan dialami seseorang karena adanya beberapa faktor risiko, seperti:

  • Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula
  • Kurang aktivitas fisik (olahraga)
  • Riwayat diabetes melitus dalam keluarga
  • Riwayat penyakit jantung
  • Obesitas
  • Penggunaan obat golongan steroid jangka panjang

Gejala diabetes melitus

Gejala diabetes melitus tidak spesifik ya, Bunda. Berikut gejala yang umumnya dialami pengidap diabetes melitus:

  • Rasa haus berlebih
  • Sering merasa lapar
  • Sering buang air kecil
  • Mudah lemas
  • Sering merasa mengantuk
  • Sulit berkonsentrasi
  • Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas

Gejala diabetes melitus lain berkaitan dengan komplikasi pada organ tubuh. Beberapa gejala tersebut meliputi:

  • Rasa kebas atau kesemutan
  • Nyeri dada
  • Kepala pusing
  • Gangguan penglihatan

Komplikasi diabetes melitus

Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi pada fungsi kerja organ tubuh. Gejala akibat komplikasi ini akan berbeda tergantung organ tubuh yang terkena, Bunda. Berikut komplikasi diabetes melitus:

1. Komplikasi di pembuluh darah besar

Diabetes melitus yang memengaruhi pembuluh darah besar dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di jantung, otak, dan ginjal. Akibatnya, fungsi organ tersebut menurun dan meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan baru.

2. Komplikasi di pembuluh darah halus (perifer)

Ada beberapa komplikasi diabetes pada pembuluh darah halus, seperti:

  • Gangguan pembuluh darah di mata, seperti retinopati diabetes
  • Gangguan di persarafan, yakni neuropati sensorik (mati rasa di kulit) dan neuropati motorik (kontraksi otot terganggu)
  • Gangguan di saraf otonom yang memengaruhi kelenjar keringat sehingga menyebabkan kulit kering dan mudah luka
  • Periodontitis atau kerusakan di gusi sekitar gigi, yang membuat gigi mudah tanggal dan meningkatkan risiko infeksi

3. Mudah mengalami infeksi

Pengidap diabetes mengalami penurunan sistem imun akibat kadar gula darah yang tinggi. Akibatnya, tubuh sulit melawan infeksi.

Salah satu infeksi yang rentan dialami pengidap diabetes adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) akibat fungsi ginjal yang menurun. Pada ISK, urine yang mengandung glukosa bocor atau merembes, sehingga memudahkan bakteri masuk ke saluran kemih.

4. Penurunan kesadaran hingga mengancam nyawa

Kadar diabetes yang sangat tinggi dapat menyebabkan krisis hiperglikemia. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi akut, seperti ketosis dan Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS).

Pasien yang berada pada kedua kondisi tersebut dapat mengalami penurunan kesadaran, sesak napas, tubuh yang sangat lemas, hingga mengancam nyawa.

Kadar gula darah dalam tubuh

Kadar gula darah dalam tubuh dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Berikut jenis pemeriksaan dan hasilnya:

1. Pemeriksaan gula darah puasa

Gula darah puasa adalah pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang telah menjalani puasa selama 8 jam (tidak mengonsumsi gula dalam bentuk makanan atau minuman).

  • Nilai normal gula darah puasa:
  • Nilai gula darah puasa tinggi (diabetes): >125 mg/dL
  • Nilai pre-diabetes: 100 mg/dL - 125 mg/dL

Bagi Bunda yang sudah masuk kategori pre-diabetes, jika tidak dilakukan intervensi akan menjadi diabetes di kemudian hari. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat diatasi tanpa pengobatan. Namun, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam ya.

2. Pemeriksaan gula darah sewaktu

Gula darah sewaktu adalah pemeriksaan darah yang diambil setelah dua jam makan terakhir.

  • Nilai normal gula darah sewaktu:
  • Nilai gula darah sewaktu tinggi: >200 mg/dL
  • Nilai pre-diabetes: 140 mg/dL - 200 mg/dL

3. Nilai Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Pada TTGO, Bunda akan diminta minum air gula sekitar 75 gram. Kemudian, dua jam kemudian kadar gula darah akan dilihat untuk meyakinkan nilainya.

  • Nilai normal gula darah sewaktu:
  • Nilai gula darah sewaktu tinggi: >200 mg/dL
  • Nilai pre-diabetes: 140 mg/dL - 200 mg/dL

4. Tes HbA1c

Tes HbA1c dapat dilakukan untuk mengukur kadar gula darah yang terikat dengan hemoglobin (Hb), atau hemoglobin yang terglikasi oleh gula. Menurut penelitian, nilai Hb yang terglikasi ini dapat mencerminkan rata-rata gula darah seseorang selama tiga bulan terakhir.

Seorang pengidap diabetes harus melakukan tes HbA1c yang dilakukan 3-6 bulan sekali. Pada pengobatan awal diabetes, Bunda bahkan perlu melakukan pemeriksaan ini setidaknya tiga bulan sekali.

Tes HbA1c juga dapat dilakukan sebagai langkah screening pada seseorang yang tidak mengalami diabetes. Screening dapat dilakukan setahun sekali.

  • Nilai normal HbA1c: <5,7 persen
  • Nilai pre-diabetes: 5,7 - 6,4 persen
  • Nilai gula darah tinggi (diabetes): >6,5 persen
  • Target hasil HbA1c pada pengidap diabetes adalah

Pengobatan diabetes melitus

Pengobatan diabetes akan tergantung dari kondisi Bunda, termasuk komplikasi yang dialami. Berikut beberapa penanganan atau pengobatan diabetes melitus:

1. Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk menjaga kadar gula darah agar tidak naik. Perubahan gaya hidup yang dimaksud, yakni:

  • Pola diet dengan mengonsumsi makanan sehat serta rendah karbohidrat dan gula
  • Rutin olahraga (aerobik) selama 150 hingga 300 menit per minggu. Durasi 150 menit dapat dilakukan pada orang yang berusia lanjut, sementara durasi 300 menit pada orang dengan usia produktif. Olahraga dapat dibagi menjadi 30 menit per hari yang dilakukan selama 5 hari per minggu

Perubahan gaya hidup ini tidak selalu dapat diterapkan pada setiap pasien, Bunda. Ketika nilai HbA1c sudah tinggi, maka perlu mengonsumsi obat. Penelitian menunjukkan bahwa sel beta pada pengidap diabetes dengan HbA1c tinggi hanya memproduksi insulin kurang dari 50 persen.

2. Pemberian obat

Obat diabetes ada banyak jenisnya dan terus berkembang, Bunda. Saat ini, ada beberapa jenis obat diabetes yang berfungsi untuk merangsang pankreas mengeluarkan insulin, membuat kerja insulin lebih baik, mencegah ginjal menahan glukosa, dan merangsang hormon yang mengeluarkan insulin. Selain itu, ada juga insulin yang langsung disuntikkan ke dalam tubuh.

Pada sebagian besar kasus, penyandang diabetes diwajibkan untuk mengonsumsi obat setiap hari, bahkan seumur hidupnya. Jenis dan dosis obat yang dikonsumsi dapat berubah menyesuaikan kondisi. Misalnya, ada beberapa obat yang tidak dapat diberikan pada orang dengan komplikasi ginjal.

Dokter biasanya akan meminta penyandang diabetes untuk kontrol minimal 6 bulan sekali dalam rangka evaluasi jenis obat yang digunakan. Perlu dicatat, obat yang digunakan satu pasien dapat berbeda dengan pasien diabetes lainnya, sehingga Bunda sebaiknya menghindari berbagi obat sembarangan tanpa konsultasi ke dokter.

Selain jenis dan dosisnya, Bunda juga perlu memahami cara konsumsi obat diabetes yang benar ya. Apabila obat tidak dikonsumsi di waktu yang tepat (sebelum, setelah, atau saat makan), maka efektivitasnya dapat menurun atau malah dapat menimbulkan efek samping yang berat. Contohnya, penggunaan suntik insulin yang salah dapat menyebabkan gula darah menurun drastis.

Ada beberapa pertimbangan dokter dalam meresepkan obat diabetes ke pasien, yakni:

  • Nilai kadar gula darahnya
  • Usia pasien
  • Komplikasi yang sudah terjadi atau mungkin terjadi
  • Aspek sosial, seperti kemandirian pasien dalam menggunakan obat diabetes
Ilustrasi Minum Obat Diabetes Melitus/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Filmstax

Bolehkah konsumsi obat herbal untuk mengatasi diabetes melitus?

Konsumsi obat herbal pada pengidap diabetes sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter ya. Pada penyandang diabetes, konsumsi herbal tidak boleh mengesampingkan obat yang diresepkan oleh dokter.

Bunda sebaiknya hati-hati dalam memilih jenis pengobatan untuk diabetes. Herbal yang diklaim dapat menurunkan kadar gula darah bisa saja menambah efek samping, terutama pada herbal yang belum diteliti secara medis. Efek samping umumnya memengaruhi fungsi ginjal dan liver.

Apakah obat diabetes dapat merusak ginjal?

Obat diabetes tidak merusak ginjal, jadi aman untuk dikonsumsi jangka panjang. Dosisnya sudah dibuat sesuai dengan kondisi masing-masing penyandang diabetes. Bahkan, pemberian obat diabetes memang ditargetkan untuk dikonsumsi seumur hidup.

Namun, ada obat diabetes yang tidak bisa diberikan pada orang dengan gangguan fungsi ginjal karena dapat menumpuk di organ ini dan memperberat cara kerjanya. Sebaliknya, ada juga obat diabetes yang cara kerjanya justru mempertahankan atau menjaga fungsi ginjal agar tidak menurun.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obat diabetes itu aman dikonsumsi selama dalam pengawasan dokter, dan jauh lebih aman dari herbal.

Apakah diabetes dapat sembuh?

Diabetes tidak bisa sembuh. Kondisi diabetes hanya dapat terkontrol dengan perubahan gaya hidup dan konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter.

Diabetes pada anak

Diabetes juga dapat terjadi pada anak. Kasus diabetes pada anak yang umum terjadi, yaitu:

  • Diabetes tipe 1, di mana antibodi menyerang sel beta
  • Diabetes tipe lain akibat gangguan genetik atau mutasi gen
  • Diabetes akibat efek samping penggunaan obat steroid untuk pengobatan penyakit tertentu pada anak

Diabetes tipe 2 termasuk jarang terjadi pada anak-anak. Sebab, anak masih aktif bergerak dan menggunakan energinya untuk pertumbuhan. Namun, diabetes tipe 2 pada anak dapat berkembang ketika beranjak remaja dan dewasa, terutama jika Si Kecil mengalami sindrom metabolik atau obesitas.

Demikian penjelasan terkait diabetes melitus. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Sering Muncul di Malam Hari, Ini 5 Gejala Penyakit Diabetes

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah

Mom's Life Annisa Karnesyia

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

Parenting Asri Ediyati

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

3 Fakta di Balik Penggunaan Minyak Telon Bayi Beserta Rekomendasi yang Bagus dan Aman

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK