MOM'S LIFE
Cerita Ghina Khanza Alami Glaukoma Sejak Umur 4 Bulan, Kini Hidup dengan Bola Mata Palsu
Annisa Afani | HaiBunda
Jumat, 25 Oct 2024 19:00 WIBSebagian Bunda mungkin berpikir, bagaimana mungkin bayi bisa mengalami glaukoma, bukan? Percaya tak percaya, kondisi ini ternyata benar-benar terjadi dan dialami oleh Ghina Khanza.
Perempuan berusia 25 tahun ini mengaku menjadi pengidap glaukoma sejak masih berusia empat bulan. Kondisi ini membuat penglihatannya mengalami gangguan dan terus membengkak.
Perlu untuk dipahami, glaukoma merupakan kondisi mata yang merusak saraf optik. Kerusakan pada saraf optik sering kali berkaitan dengan tekanan yang tinggi pada mata.
Mengutip Mayo Clinic, glaukoma dapat terjadi pada semua usia namun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Penyakit ini juga menjadi salah satu penyebab utama kebutaan pada orang yang berusia di atas 60 tahun.
Cerita Ghina alami glaucoma sejak umur 4 bulan
Pada Uya Kuya dan Astrid Khairunisha, Ghina mengaku kondisi yang dialaminya itu cukup langka. Terlebih, masalah ini lebih sering dialami oleh orang-orang lanjut usia.
"Kalau penglihatan bola mata, itu hilang dari kecil, umur empat bulan. Jadi aku mengidap penyakit glaucoma," bebernya saat hadir dalam program acara Jam Praktek, dikutip dari kanal YouTube TRANS TV.
"Itu pun kayak langka, dulu (kasus serupa) itu sulit ditemukan. Karena biasanya glaukoma kan ditemukan pada orang yang sudah lanjut usia," sambungnya.
Kondisi tersebut membuat Ghina mengalamai kebutaan sebelah mata, Bunda. Ia terus bertahan dan tumbuh dengan glaukoma hingga melakukan operasi pengangkatan bola mata di usia 17 tahun.
Ghina mengaku, ia menahan untuk tak operasi karena belum siap. Keputusannya untuk yakin melakukan tindakan pengangkatan bola mata setelah dikuatkan dan diberi dukungan oleh dokter yang datang ke sekolah.
"Aku baru operasi itu umur 17 tahun," tuturnya.
"Sebenarnya dokter suruh diangkat, tapi akunya belum siap, masih takut. Umur 17 tahun itu di sekolah ada check up. Terus ada dokter bilang, 'Itu matanya kenapa?' Baru tuh cerita, dan dokternya menguatkan. 'Dioperasi saja, enggak apa-apa daripada nanti sakit'," sambungnya.
Selama 17 tahun itu, Ghina memang menahan rasa sakit pada matanya, Bunda. Glaukoma di mata membuat ia merasakan beberapa hal, termasuk pegal dan sering mengeluarkan air mata.
"Karena itu memang sakit. Selama 17 tahun itu aku menahan rasa sakit. Kadang pegal, netes air mata terus padahal enggak nangis di satu mata doang."
"Makanya aku memutuskan untuk siap nih dioperasi," kenangnya.
Punya koleksi mata palsu
Setelah menjalani operasi pengangkatan bola mata, kini rongga mata bagian kiri Ghina menjadi kosong. Untuk itu, kini ia menggunakan protesa mata untuk menggantikannya.
Protesa mata atau mata palsu adalah alat tiruan yang dipasang di rongga mata untuk menggantikan mata asli yang rusak atau hilang, Bunda. Bahan yang digunakan untuk membuat protesa mata yakni akrilik plastik keras.
Tak sembarangan, protesa mata dibuat oleh seorang spesialis, yaitu dokter mata. Barang ini juga dibuat khusus, custom sesuai dengan ukuran pasien.
Ghina sendiri mengaku sudah memiliki banyak protesa mata. Kini, koleksi mata palsunya itu mencapai 10 buah dengan harga yang fantastis.
"Ada tiga (yang paling mahal). Yang ini harganya Rp20 juta-an," tuturnya sambil menunjukkan beberapa protes mata yang ia bawa.
"Yang ini bagus nih, karena ini bisa menyala. Jadi glow in the dark gitu."
"Yang ini mata Rinegan, mata Naruto. Ini request-an wibu-wibu nih banyak banget. Ini harganya Rp20 juta juga, beli di Bandung."
"Kalau merah ini Saringgan. Sama, mata Naruto juga. Jadi banyak banget yang request malah para wibu, Rp20 juta ini," bebernya antusias, menjelaskan satu persatu mata palsu tersebut.
Meski mahal, ternyata protesa mata ini juga memiliki masa pakai terbatas. "Ada expired-nya gitu, umurnya cuma 5 tahun," ungkap Ghina.
"Setelah 5 tahun, diganti. Karena soket (rongga) matanya berubah. Jadi kayak yang tadi (pertama beli), sudah enggak sesuai, sudah enggak nyaman dipakai," paparnya.

Ghina sempat terpuruk karena alami glaucoma di usia muda