Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Resign dari Bank, Perempuan Ini Pilih Jadi Pemetik Buah Bergaji Rp300 Ribu/Jam di Australia

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 25 Jul 2025 18:50 WIB

Meri pemerik buah di Australia
Resign dari Bank, Perempuan Ini Pilih Jadi Pemetik Buah Bergaji Rp300 Ribu/Jam di Australia/ Foto: Instagram @meriiwinerry
Jakarta -

Keputusan untuk memulai karier baru di luar negeri bukanlah hal yang mudah bagi Merianti. Perempuan asal Pontianak, Kalimantan Barat ini bahkan rela resign dari pekerjaannya di bank untuk bisa memulai kehidupan baru di Australia, Bunda.

Merianti memutuskan untuk terbang ke Australia dan bekerja di sana menggunakan Working Holiday Visa (WHV). Selama di Australia, perempuan yang akrab disapa Meri ini sudah menjajal banyak jenis pekerjaan. Meri bahkan berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan pekerjaan agar bisa memperpanjang visanya.

"Pernah kerja jadi waitress, sorting buah,, kerja gudang, tukang cuci piring, petik apel, tomat, raspberry. Sekarang balik lagi sorting buah jeruk. Aku pindah-pindah dari satu state ke state yang lain demi cari kerja buat perpanjang visa," katanya, dikutip dari Instagram @meriiwinerry. Tim HaiBunda telah mendapatkan izin untuk mengutip konten ini.

Selama di Australia, Meri pernah menganggur selama lebih dari dua bulan. Ia juga pernah mengalami cedera yang membuatnya tidak bisa bekerja, Bunda.

"Pernah nganggur lebih dari dua bulan sampai sempat cedera serius waktu kerja dan enggak bisa kerja berminggu-minggu, tapi tetap harus bayar tempat tinggal dan groceries," katanya.

Meri bekerja sebagai pemetik buah dan digaji Rp300.000

Meri saat ini diketahui bekerja sebagai pemetik buah di Australia. Ia mendapatkan gaji Rp300.000 per jam.

Menurutnya, gaji yang didapatkannya adalah gaji minimum pekerja casual. Gaji minimum general di sana adalah 24.95 dollar Australia atau sekitar Rp265.105.

Meri mengatakan bahwa gaji yang diterimanya tak berarti membuatnya bisa mengumpulkan pundi-pundi uang dalam jumlah banyak. Gaji tersebut belum dipotong oleh pajak. Tak hanya itu, ia juga mesti mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya hidup di sana.

"Banyak banget yang bilang dengan digaji Rp300.000 per jam berarti Meri sudah kaya dong ya? Jadi Rp1 M setahun bisa dong? Jawabannya, enggak ya guys," ujar Meri.

"Walaupun upah minimum Australia itu 30 dollar per jam, tapi itu belum dipotong dengan pajak 15 persen untuk pemegang WHV. Belum lagi dipotong dengan uang sewa, uang groceries, uang kuota, dan beberapa biaya lainnya," sambungnya.

Meri mengaku bahwa ia pernah kesulitan menabung di tahun pertamanya bekerja di Australia, Bunda. Gaji yang diperolehnya banyak digunakan untuk biaya pengeluaran, Bunda.

Meski begitu, Meri percaya bahwa kerja kerasnya akan terbayar. Ia menganggap setiap orang pasti memiliki jalan masing-masing untuk bisa sukses.

"Tahun pertama WHV-ku bahkan susah banget buat nabung apalagi bisa Rp1 M. Tapi aku percaya tiap orang punya jalan dan keberuntungannya masing-masing," ungkapnya.

Meri bekerja di Australia menggunakan Working Holiday Visa (WHV). Menurutnya, WHV ini merupakan visa hasil kerjasama antara Indonesia dan Australia untuk anak muda Indonesia yang berusia 18-30 tahun.

Melalui visa ini, WNI bisa bekerja, tinggal, dan liburan di Australia sampai satu tahun. Setiap WNI yang memenuhi syarat bisa mendapatkan visa satu kali saja seumur hidup. Mereka juga dapat memperpanjangnya dengan syarat tertentu.

Demikian kisah Meri yang memutuskan resign dari bank untuk bekerja sebagai pemetik buah di Australia.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda