Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Dea Gadis Lulusan Cumlaude UGM Kini Bekerja Jadi Cleaner di Australia

Annisa A   |   HaiBunda

Kamis, 27 Jun 2024 19:31 WIB

Dea diaspora Indonesia yang bekerja di Australia
Kisah Dea, Diaspora Lulusan Cumlaude yang Kini Bekerja Jadi Cleaner di Australia / Foto: Instagram @dearaleyden

Setiap diaspora punya kisah dan perjuangan masing-masing. Kali ini, ada perempuan Indonesia yang menetap di Australia yang menggeluti pekerjaan tak biasa.

Dea merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyandang predikat cumlaude. Ia menyelesaikan pendidikan D3 Pariwisata dan melanjutkannya hingga D4 Bisnis Perjalanan Wisata.

Dua kali lulus berpredikat cumlaude, Dea sempat bekerja di Indonesia sebelum pada akhirnya terbang ke Negeri Kangguru. Ia bekerja di Australia dengan mengandalkan Working Holiday Visa (WHV), jenis visa yang memungkinkan seseorang tinggal di negara lain untuk bekerja sambil berlibur.

Setelah bekerja di sejumlah hotel Tanah Air, Dea ingin mencari perubahan pada kariernya. Ia pun mencari informasi tentang WHV secara mandiri. Dalam prosesnya, Dea juga beberapa kali mengalami rintangan.

"Meskipun ada fail-nya juga karena aku sambil kerja dan kuliah. Lalu dalam proses pengajuan visa WHV, aku salah medical check up. Harusnya di RS yang sudah ditentukan, tapi aku malah medical check up di tempat lain yang membuat visaku lama granted-nya," cerita Dea kepada HaiBunda, belum lama ini.

Berangkat ke Australia

Setelah berhasil mendapatkan visa, Dea menetap di Australia dan mencari pekerjaan di bidang yang sudah biasa ia geluti, yakni hospitality.

Dea diterima bekerja di hotel bintang lima, Bunda. Ketika hendak mengajukan izin perpanjangan visa, Dea sempat mendapatkan banyak tawaran kerja. Namun, Dea pada akhirnya mencoba pekerjaan FIFO (Fly in fly out).

"Alhamdulillah saat itu aku dapat pilihan untuk melanjutkan visa tahun keduaku. Pertama sebagai GSA lagi di Uluru, sebagai GSA di Broome, sebagai GSA di Rottnest Island, dan yang keempat sebagai FIFO Utility (housekeeping) fulltime di Newman," paparnya.

Dea mengatakan pekerjaan FIFO cukup terkenal di Australia karena negara tersebut memiliki banyak industri pertambangan. Awalnya, Dea ragu untuk terjun di bidang pekerjaan ini. Namun, hasrat untuk mencoba hal baru berhasil mengalahkan rasa takutnya.

"Meskipun awalnya takut banget karena keluar dari zona nyaman, tapi aku pengin coba and here I am now," ucapnya.

Lanjutkan membaca pengalaman Dea di Australia, Bunda. Klik halaman berikutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


PEKERJAAN DI AUSTRALIA

Dea diaspora Indonesia yang bekerja di Australia

Dea, diaspora Indonesia yang bekerja di Australia / Foto: Instagram @dearaleyden

Jadi cleaner di Australia

Pekerjaan baru itu membuat Dea harus ditempatkan di area pertambangan. Ia bekerja di bagian housekeeping dengan tugas bersih-bersih, Bunda.

"Sebagai housekeeping, kita bertugas untuk membersihkan akomodasi yang ada di camp site, jadi kita kerjanya making bed, cleaning the toilet, cleaning the room, terkadang juga membersihkan area publik," kata Dea.

"Untuk pekerjaanku sendiri definisinya lebih ke petugas kebersihan tapi lebih spesifiknya housekeeping attendant, jadi tidak hanya mengurus area publik tapi juga kebersihan akomodasi di camp site," sambungnya.

Kolesterol pada Wanita

Selain memiliki job desc yang berbeda dari cleaner pada umumnya, Dea juga harus memenuhi sejumlah syarat dari perusahaan, seperti visa resmi, lolos medical check up, hingga mendapatkan surat keterangan National Police Clearance.

Bekerja di tempat baru membuat Dea mendapatkan berbagai pengalaman seru. Apalagi, ia bisa menikmati pemandangan alam Australia yang berbeda dari negara lainnya.

"Berasa kerja di planet lain karena kayak padang gurun. Beautiful sunset and sunrise yang enggak biasa aku dapetin di kota-kota lain. Ketemu banyak orang baru dari berbagai negara, jadinya bisa memperluas koneksi sekaligus belajar bahasa baru," cerita Dea.

"Tapi kalau summer panas banget, suhunya bisa 40 derajat. Kalau winter paginya dingin banget. Adaptasi fisiknya tidak mudah karena kerja fisik hampir 11 jam. Jadi setelah jadwal kerja selesai, badan rasanya sakit semua, beneran pegal-pegal," ujarnya.

Tak hanya itu, Dea juga sempat mengalami culture shock ketika pertama kali tiba di Australia. Salah satu kesulitan yang dialaminya adalah faktor perbedaan bahasa.

Meski masyarakat Australia juga memakai Bahasa Inggris, aksen mereka cukup berbeda dan kerap membuat Dea kesulitan memahami ucapan orang lain.

"Bahkan sampai sekarang aku pun masih belajar untuk mendengar dan mengartikan dengan jelas apa yang mereka katakan. Pengalaman yang paling aku ingat ketika aku jadi GSA saat memproses check in tamu dengan Aussie accent, yang berakhir aku minta maaf karena enggak bisa mendengar apa yang tamu katakan dengan jelas dan minta diulang lagi," kenangnya.

Saat ini, Dea sudah menetap selama satu tahun di Negeri Kangguru. Ia punya rencana untuk terus mengeskplorasi kariernya dan tidak puas hanya dengan satu jenis pekerjaan.

Oleh karena itu, Dea masih ingin terus mencoba hal baru di Australia. Ia pun belum memiliki rencana untuk pulang ke Tanah Air, Bunda.

"Karena mau maksimalkan kesempatan yang aku dapatkan di Australia," ungkap Dea.

Kendati demikian, Dea masih punya mimpi untuk berkeliling dunia sambil mengembangkan kariernya. Ia tidak menutup kemungkinan untuk hidup berpindah-pindah ke negara lain.

"Tapi untuk tahun-tahun berikutnya, mungkin ada. Untuk mimpiku selanjutnya, I want to travel the world, develop my career dan aku sangat senang jika bisa menginspirasi anak-anak muda Indonesia untuk berani bermimpi dan mewujudkan mimpi mereka," tuturnya.

Simak juga video anak seleb yang berprestasi di bidang akademik:

[Gambas:Video Haibunda]




(anm/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda