Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Fenomena 'Japanese First' Ramai di Jepang, Adakah Dampak untuk Pekerja RI?

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Jumat, 25 Jul 2025 22:00 WIB

Shibuya Crossing, Asia, Japan, Shibuya Ward, Shinjuku Ward
Ilustrasi Jepang/ Foto: Getty Images/CHUNYIP WONG

Muncul fenomena 'Japanese First' di Jepang yang bisa saja memengaruhi pekerja asing, termasuk Indonesia. Apa ada kerabat Bunda bekerja di sana? Berikut penjelasan mengenai fenomena tersebut dan bagaimana dampaknya dengan pekerja dari Indonesia.

Fenomena kebangkitan partai populis sayap kanan Sanseito dengan slogan 'Japanese First' di Jepang memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi para pekerja migran Indonesia yang jumlahnya terus meningkat di Negeri Sakura. Sanseito, yang kini menjadi kekuatan oposisi keempat terbesar di parlemen Jepang setelah meraih 14 kursi dalam pemilu majelis tinggi terbaru, mengusung janji pembatasan ketat terhadap imigrasi dan pengetatan kebijakan kependudukan bagi warga asing.

Retorika nasionalis ini muncul di tengah frustrasi publik Jepang atas inflasi tinggi, melemahnya yen, dan kekhawatiran harga kebutuhan pokok yang semakin sulit dijangkau warga lokal. Di sisi lain, pertumbuhan jumlah pekerja migran Indonesia di Jepang menunjukkan tren signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data Kantor Imigrasi Jepang per Desember 2024, jumlah WNI di Jepang mencapai 199.824 orang, meningkat lebih dari 15 persen hanya dalam enam bulan terakhir. Mereka bekerja di berbagai sektor, termasuk konstruksi, pertanian, perhotelan, hingga sektor keperawatan melalui skema pekerja terampil.

Lonjakan jumlah pekerja RI ini juga terjadi bersamaan dengan meningkatnya volume wisatawan asing akibat melemahnya yen, memicu kekhawatiran warga Jepang akan 'over tourism' dan meningkatnya kepemilikan lahan oleh orang asing. Pertanyaannya, apakah gerakan 'Japanese First' Sanseito akan berdampak langsung pada pekerja Indonesia?

Pemimpin Sanseito, Sohei Kamiya, memang menegaskan partainya ingin membatasi jumlah warga asing maksimal 5 persen dari populasi di setiap kota dan memperketat proses naturalisasi kewarganegaraan. Meski Sanseito membantah retorika mereka bersifat xenofobia, banyak pihak menilai narasi ini bisa memicu kebijakan yang memperketat prosedur izin tinggal, menekan peluang kerja migran, serta meningkatkan pengawasan perilaku pekerja asing di Jepang ke depannya.

Adakah dampak langsung untuk pekerja Indonesia?

Saat ini, pekerja Indonesia di Jepang berkontribusi penting pada sektor-sektor yang mengalami kekurangan tenaga kerja. Hingga kini belum diketahui bagaimana dampak 'Japanese First' terhadap pekerja Indonesia. 

Meski demikian, bagi pekerja Indonesia, hal ini berarti penting untuk menjaga perilaku, kepatuhan terhadap hukum setempat, dan memperkuat kerja sama komunitas dalam menjaga citra baik WNI di Jepang. 

Pada saat yang sama, pemerintah RI perlu memonitor kebijakan imigrasi Jepang dengan cermat serta memperkuat perlindungan hukum bagi para pekerja migran Indonesia agar tidak terdampak oleh retorika populis yang bisa berkembang menjadi kebijakan diskriminatif di masa depan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda